Mohon tunggu...
Qurotu Ayun
Qurotu Ayun Mohon Tunggu... Mahasiswa - student of Islamic thought at Yogyakarta University✧*。

Pemikir Islam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cahaya Hidayah dalam Al-Qur'an: Kajian Toshihiko Izutsu

20 Juni 2024   22:29 Diperbarui: 23 Juni 2024   07:38 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

            Penting untuk diperhatikan bahwa jalan yang dipilih seorang manusia adalah jalan yang benar, jalan yang Jalan yang ditunjukkan Tuhan lewat Ayat-Nya yang merupakan sebuah jalan yang lurus, Ini artinya menurut konteks Al-Qur'an, maka akan menuntun diri kepada keselamatan Izutsu juga menunjukkan bahwa hidayah sering kali berkontraposisi dengan kata-kata seperti "dhalal" (kesesatan), menegaskan pentingnya bimbingan ilahi dalam menyelamatkan manusia dari kesesatan.

 

            Dalam Al-Qur'an, Tuhan mengirimkan ayat-ayat yang berfungsi sebagai bimbingan-Nya. Ayat-ayat ini merupakan bentuk konkret dari tujuan Tuhan untuk membimbing umat manusia ke jalan yang benar. Manusia meresponsnya baik dengan menerima kebenaran (tasdiq) atau menolak sebagai kepalsuan (takdhib). Pilihan ini mengarah pada iman (tasdiq) atau kekufuran (takdhib). Dalam sistem kedua, manusia dapat memilih untuk mengikuti bimbingan (ihtida) yang telah ditawarkan atau menyimpang dari  jalan yang benar (dalal) dengan menolak mengikuti bimbingan tersebut. Orang-orang yang memilih jalan pertama menuju surga (jannah), sedangkan yang memilih jalan kedua menuju neraka (jahannam).

 

            Sampai sini kita tahu bahwa pentingnya huda, terutama menjadi Hadi yang baik bagi perjalanan diri sendiri, Di dalam dunia Al-Qur'an, konsep Hadi juga menempati posisi yang sangat penting. Hanya saja, di dalam Al-Qur'an, Hadi itu adalah Tuhan sendiri, Pembimbing yang tak pernah tersesat, sehingga benar-benar dapat diandalkan. Konsep huda menjadi sangat erat kaitannya dengan perjalanan hidup manusia, yang secara metaforis diumpamakan sebagai padang pasir yang sangat luas yang harus dilalui manusia. Dalam konteks ini, huda berfungsi sebagai kompas ilahi yang membimbing manusia melalui tantangan dan kesulitan hidup, membantu mereka menemukan jalan yang benar di tengah kesulitan dan kebingungan. Dengan mengikuti petunjuk ilahi ini, manusia dapat mencapai tujuan hidup yang dikehendaki oleh Tuhan, yaitu hidup yang penuh makna dan keberkahan. Oleh karena itu, konsep huda dalam Al-Qur'an tidak hanya menawarkan bimbingan praktis tetapi juga memberikan kerangka spiritual yang membantu manusia memahami tujuan dan makna hidup mereka dalam kaitannya dengan kehendak ilahi.

 

 Kesimpulan                                                      

             studi thoshiku Izutsu tentang huda atau yang sering diterjemahkan sebagai petunjuk atau bimbingan, merupakan sesuatu yang penting dalam Islam, terutama untuk manusia, sebagai sebuah pentujuk ilahi yang diberikan kepada manusia agar mereka dapat menjalani hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, Dengan demikian, Al-Qur'an sepenuhnya menspiritualkan konsep tersebut, ia mengubahnya dari wilayah aspek kehidupan manusia yang paling material ke tingkat konsepsi kehidupan manusia yang religious. Dengan kata lain, Al-Qur'an menjadikan huda sebagai panduan spiritual yang tidak hanya memengaruhi tindakan fisik tetapi juga memperdalam kesadaran dan pemahaman religius manusia, sehingga memungkinkan mereka untuk menjalani kehidupan yang selaras dengan prinsip-prinsip ilahi dalam Islam.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun