HAKEKAT PENDIDIKAN
DALAM PERSPEKTIF JOHN DEWEY
Tinjauan Teoritis
Wasitohadi
Program Studi S1 PGSD
FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Mengenai hakekat pendidikan, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks.
Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasanpun yang cukup memadai
untuk menjelaskan hakekat pendidikan secara lengkap. Batasan tentang hakekat pendidikan
yang dibuat para ahli beraneka ragam, dan kandungannya kadang berbeda satu dari yang
lainnya. Perbedaan tersebut mungkin terjadi karena perbedaan orientasinya, konsep dasar
yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.
Bagi John Dewey, pengalaman adalah basis pendidikan, atau dalam terminologi Dewey
sendiri "pengalaman" sebagai "sarana dan tujuan pendidikan". Pendidikan pada hakekatnya
merupakan suatu proses penggalian dan pengolahan pengalaman secara terus-menerus.
Inti pendidikan adalah usaha untuk terus-menerus menyusun kembali (reconstruction) dan
menata ulang (reorganization) pengalaman hidup subjek didik. Pendidikan haruslah
memampukan subjek didik untuk menafsirkan dan memaknai rangkaian pengalamannya
sedemikian rupa, sehingga ia terus bertumbuh dan diperkaya oleh pengalaman tersebut.
Kata kunci: Hakikat Pendidikan, John Dewey.
PENDAHULUAN
Istilah hakekat bisa diartikan sebagai
karakteristik atau ciri khas dari sesuatu, yang
bisa membedakannya dari yang lain. Hakekat
adalah hal terpenting dari sesuatu yang terdiri
atas pengertian yang sifatnya abstrak. Abstrak
berarti tidak konkrit atau tidak dapat dihayati
atau diamati dengan panca indra (Imam
Barnadib, 2002:4). Hakekat pendidikan,
misalnya, dengan demikian bisa dimaknai
sebagai karakteristik atau ciri khas dari
pendidikan, yang sifatnya abstrak, yang bisa
membedakannya dengan yang bukan pendidikan. Yang bukan pendidikan ini bisa
bermacam-macam wujudnya. George R.
Knight, misalnya, ketika membahas "apa
hakekat pendidikan itu", dengan sadar ia
membedakannya dengan istilah sekolah,
belajar dan pelatihan, meskipun istilahistilah tersebut saling berkaitan (George R.
Knight, 1982:7-10).
Sementara itu, ada pula yang memahami hakekat pendidikan itu, dengan bertolak
dari adanya perbedaan hakekat manusia
dengan makhluk lain, misalnya binatang.
Bertolak dari sini, kemudian muncul banyak
pemahaman, misalnya bahwa pendidikan itu
adalah untuk manusia, bukan untuk binatang.
Manusia, kata pendapat ini, adalah animal
educandum (binatang yang dapat dididik),
ada pula yang mengatakan manusia adalah
zoon politicon (hewan yang bermasyarakat),
Max Scheller bilang manusia adalah Das
Kranke Tier (hewan yang sakit) yang selalu
gelisah dan bermasalah (Umar Tirtarahardja,Satya Widya, Vol. 30, No.1. Juni 2014: 49-61
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas mengenai "hakekat pendidikan dalam
perspektif John Dewey". Pembahasan dimulai
dengan memahami hakekat pendidikan
secara umum, baru kemudian hakekat pendidikan dalam perspektif John Dewey,
terutama menyangkut komponen-komponen
yang esensial. Sesudah itu, akan dilanjutkan
dengan catatan-catatan kritis dan kesimpulan
sebagai penutup tulisan ini.
HAKEKAT PENDIDIKAN DALAM
BERAGAMPERSPEKTIF
Pendidikan, seperti sifat sasarannya
yaitu manusia, mengandung banyak aspek
dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah
batasanpun yang cukup memadai untuk
menjelaskan hakekat pendidikan secara lengkap. Batasan tentang hakekat pendidikan
yang dibuat para ahli beraneka ragam, dan
kandungannya kadang berbeda satu dari yang
lainnya. Perbedaan tersebut mungkin terjadi
karena perbedaan orientasinya, konsep dasar
yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan,
atau karena falsafah yang melandasinya.
Imam Barnadib (2002:4), memandang
pendidikan sebagai fenomena utama dalam
kehidupan manusia di mana orang yang telah
dewasa membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik untuk menjadi
dewasa. Pendidikan dalam arti luas semacam
itu, telah ada sejak manusia ada. Sejak awal
mula kehidupannya, manusia sudah melakukan tindakan mendidik atas dasar pengalaman, bukan berdasarkan teori bagaimana sebaiknya mendidik. Dalam hal ini, pendidikan
menunjuk pada pendidikan pada umumnya,
yaitu pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat umum.
Batasan pendidikan sebagaimana dikemukakan Imam Barnadib, mirip atau bisa
dikatakan inti substansinya sama dengan
pendapat Langeveld. Langeveld mengartikan
pendidikan sebagai suatu bimbingan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada anak
yang belum dewasa untuk mencapai tujuan,
yaitu kedewasaan. Sementara itu, Crow and
Crow mendefinisikan pendidikan sebagai
proses yang berisi berbagai macam kegiatan
yang cocok bagi individu untuk kehidupan
sosialnya dan membantu meneruskan adat
dan budaya serta kelembagaan sosial dari
generasi ke generasi (Slameto, 2006:17)
Sementara itu, H.A.R Tilaar (1999: 17)
memahami hakekat pendidikan dari dua jenis
pendekatan, yaitu pendekatan reduksionisme
dengan pendekatan holistik integratif. Kedua
jenis pendekatan tersebut mempunyai kesamaan di dalam memberikan jawaban terhadap persoalan hakikat pendidikan, ialah
bahwa pendidikan tidak dapat dikucilkan dari
proses pemanusiaan. Tidak ada suatu masyarakatpun yang dapat eksis tanpa pendidikan.
Pendekatan reduksionisme melihat proses
pendidikan, peserta didik dan keseluruhan
perbuatan pendidikan, termasuk lembagalembaga pendidikan, telah menampilkan
pandangan-pandangan ontologis maupun
metafisis tertentu mengenai hakikat pendidikan. Pandangan-pandangan tersebut tidak
menampilkan hakikat pendidikan secara utuh
tapi sepihak berdasarkan sudut pandang yang
digunakan. Dengan demikian proses pendidikan tidak dilihat secara keseluruhan. Ada
berbagai jenis pendekatan reduksionisme,
yang berdasarkan sudut pandang yang digunakan, masing-masing memiliki pendapat yang
berbeda mengenai apa hakikat pendidikan
itu.
Pertama, pedagogisme. Dalam menjelaskan mengenai hakekat pendidikan, pendekatan ini bertolak dari keyakinan bahwa
anak akan dibesarkan menjadi dewasa. Ini
melahirkan teori yang menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H