Mohon tunggu...
Queenzy Yuliansa Khilmy
Queenzy Yuliansa Khilmy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas PGRI Madiun Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris

Gemar berolahraga serta bermain musik. Menulis beberapa tulisan yang sempat dibukukan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengaruh Lingkungan Keluarga yang Tidak Kondusif Terhadap Kualitas Belajar Anak

14 Januari 2025   04:28 Diperbarui: 14 Januari 2025   12:56 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 (Sumber: halodoc.com)

Lingkungan keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama bagi seorang anak, sebelum mereka mengenal lembaga pendidikan lainnya (Munib, 2016:77). Penelitian Arifin (2022) menekankan pentingnya pendekatan komprehensif dalam mendukung pendidikan siswa di rumah. Pendidikan yang diterima di lingkungan keluarga tidak hanya mencakup aspek akademis, tetapi juga non-akademis, seperti nilai-nilai kehidupan, budi pekerti, serta keterampilan sosial yang tentunya sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan perilaku anak kedepannya.

Lingkungan keluarga yang baik membantu anak dalam pengembangan kognitif yang lebih baik (Rashmi, 2016: 54). Dalam konteks ini, lingkungan keluarga yang baik terdiri dari beberapa elemen kunci. Pertama, yaitu komunikasi yang terbuka dan saling menghormati antar anggota keluarga. Ketika orang tua memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup kepada anak, terciptalah suasana yang aman dan nyaman. Dengan demikian, anak merasa dihargai dan didukung dalam setiap usaha yang mereka lakukan. Selain itu, adanya lingkungan yang tenang dan harmonis, serta bebas dari konflik, tentunya berkontribusi pada stabilitas emosional anak, sehingga mereka merasa dapat lebih fokus pada pembelajaran dan pengembangan diri mereka.

Selanjutnya, lingkungan keluarga yang baik juga ditandai dengan keteladanan yang diberikan oleh orang tua. Sebagai panutan, orang tua menunjukkan nilai-nilai seperti kejujuran, kerja sama, dan rasa hormat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memberikan pendidikan yang baik serta mendukung minat dan bakat anak, orang tua berperan penting dalam membantu anak mengembangkan potensi mereka secara optimal. Situasi keluarga yang mendukung dapat memberikan efek positif yang berdampak pada peningkatan pada motivasi belajar siswa (Zuhrotunnisak, 2018). Sebaliknya, lingkungan keluarga yang kurang mendukung dapat menciptakan lingkungan yang tidak kondusif, sehingga anak menjadi kurang fokus dan merasa tertekan sehingga akan berdampak pada menurunnya motivasi mereka untuk belajar. Lingkungan keluarga yang tidak kondusif adalah di mana seorang anak di dalam keluarga tidak menerima dukungan emosional, perhatian, serta rasa aman yang cukup.

Lingkungan keluarga yang tidak kondusif dapat dikenali melalui berbagai karakteristik tertentu. Beberapa di antaranya adalah adanya konflik internal antara kedua orang tua, penerapan pola asuh yang terlalu keras atau otoriter, komunikasi yang kurang efektif, serta kurangnya kehadiran kedua orang tua dalam mendampingi proses belajar anak. Adanya konflik internal dan tekanan psikologis dalam lingkungan keluarga, dapat menyebabkan anak menjadi rentan terkena masalah mental dan psikis, yang pada akhirnya dapat memengaruhi kualitas belajar mereka. Suasana keluarga yang harmonis dan kondusif akan mendorong anak untuk disiplin dalam proses pembelajaran, dan sebaliknya pada suasana keluarga yang tidak harmonis, kurang menyenangkan, ditambah dengan keterlibatan orang tua yang berlebihan dengan urusan pribadi mereka, serta kurangnya pemenuhan terhadap kebutuhan belajar, akan cenderung membuat siswa menjadi malas dalam belajar sehingga hal ini pada akhirnya akan mengakibatkan pencapaian hasil belajar yang kurang memuaskan (Sasmito, dkk.,2012).

  • Studi Kasus

Seorang anak berinisial A, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), menghadapi kesulitan serius dalam berkonsentrasi selama belajar di sekolah. Masalah ini erat kaitannya dengan kondisi lingkungan keluarganya yang kurang mendukung. Ayahnya, yang terperangkap dalam rutinitas kerja yang padat, sering kali tidak memiliki waktu untuk berinteraksi dengan A. Ketidakhadiran emosional ini semakin diperburuk oleh seringnya konflik antara kedua orang tuanya, menciptakan suasana tegang dan penuh kecemasan di rumah. A merasa ketakutan setiap kali mendengar suara pertengkaran, dan tentunya ini mengganggu ketenangannya, sehingga sulit baginya untuk fokus dalam belajar nya.

Pola asuh ayahnya yang keras serta otoriter menambah beban psikologis yang dirasakan A. Dalam pandangannya, ayahnya bukan hanya pelindung, tetapi juga sumber tekanan. Kata-kata merendahkan yang kerap dilontarkan membuatnya merasa tidak berharga dan kehilangan semangat belajar serta melanjutkan pendidikannya. Ketegangan di rumah membuat A cenderung memilih untuk menghabiskan waktu dengan teman-temannya, berusaha mencari pelarian dari suasana yang tidak menyenangkan serta kekhawatiran yang menghantui. Meskipun berasal dari keluarga kelas menengah hingga atas di mana banyak orang menganggapnya memiliki segala yang dibutuhkan, namun A merasa kosong dan tidak bahagia dengan semua itu.

Di sekolah, A tampak sering melamun, terperangkap dalam pikirannya sendiri saat guru menjelaskan materi pelajaran. Ia kehilangan fokus dalam belajar, yang berdampak negatif pada prestasi akademiknya. Meskipun ayahnya bekerja di bidang yang relevan dengan jurusan yang diminatinya, kenyataannya, A tidak mendapatkan bimbingan atau dukungan belajar di rumah. Alih-alih merasa didampingi dan diarahkan.

Situasi ini merefleksikan dampak dari lingkungan keluarga yang tidak kondusif terhadap kualitas belajar anak. Ketidakharmonisan dalam keluarga, kurangnya perhatian dan dukungan emosional, serta kesibukan orang tua yang tidak menyediakan waktu untuk anak, berpotensi menghambat perkembangan akademik dan mental anak tersebut.

Untuk mengatasi permasalahan ini, terdapat beberapa solusi yang berlandaskan teori-teori psikologi pendidikan yang dapat diterapkan, seperti pendekatan humanistik dan behavioristik. Kedua pendekatan ini memberikan arahan yang jelas mengenai cara membangun lingkungan rumah yang mendukung perkembangan akademis dan emosional anak.

1. Pendekatan Humanistik

Teori humanistik dalam psikologi, yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Carl Rogers dan Abraham Maslow, menyoroti pemenuhan kebutuhan dasar manusia untuk meraih potensi optimalnya. Menurut Abraham Maslow, pendekatan humanistik berfokus pada pengkajian potensi dan kemampuan yang dimiliki manusia, dengan tujuan untuk mendukung perkembangan diri secara menyeluruh (Kurniawati, 2019). Pendekatan humanistik sangat sesuai untuk diterapkan pada anak berinisial A, mengingat penekanannya pada pemenuhan kebutuhan emosional dan pengembangan diri secara menyeluruh. Pendekatan ini menyoroti pentingnya memenuhi kebutuhan dasar manusia, seperti rasa aman dan kasih sayang, yang sangat relevan bagi A yang mengalami kecemasan akibat ketidakharmonisan di lingkungan keluarganya.

Untuk menerapkan pendekatan humanistik dalam mendukung perkembangan anak berinisial A, orang tua dan guru dapat mengambil beberapa langkah konkret berikut:

1. Menciptakan Lingkungan yang Aman:

- Orang Tua: Upayakan untuk menghindari konflik di hadapan A dan luangkan waktu berkualitas bersama keluarga, seperti menikmati makan malam tanpa gangguan.

- Guru: Ciptakan suasana kelas yang positif sehingga siswa merasa nyaman untuk berbicara dan bertanya tanpa rasa takut akan konsekuensi negatif.

2. Memberikan Dukungan Emosional:

- Orang Tua: Sediakan waktu khusus setiap minggu untuk berdialog dengan A tentang perasaannya, serta tunjukkan kasih sayang melalui sentuhan fisik.

- Guru: Tawarkan waktu setelah kelas untuk berbicara dengan A jika dia menghadapi kesulitan atau masalah pribadi.

3. Menggunakan Komunikasi Positif:

- Orang Tua: Hindari komentar negatif dan alihkan fokus kepada pujian atau dorongan positif.

- Guru: Berikan umpan balik konstruktif pada pekerjaan A, dengan menyoroti aspek positif terlebih dahulu.

4. Memberikan Kebebasan dalam Belajar:

- Orang Tua: Dorong A untuk memilih buku atau topik yang ingin dia pelajari di luar kurikulum sekolah.

- Guru: Berikan variasi dalam tugas atau proyek sehingga siswa dapat memilih apa yang paling menarik bagi mereka.

5. Mendorong Partisipasi Aktif:

- Orang Tua: Libatkan A dalam merencanakan kegiatan belajar di rumah dan dengarkan pendapatnya tentang pilihan pendidikan yang ingin dia ambil.

- Guru: Ajak A untuk aktif berpartisipasi dalam diskusi kelas dan berikan kesempatan baginya untuk menyampaikan pendapat mengenai topik yang sedang dibahas.

Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, orang tua dan guru dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan akademis dan emosional anak berinisial A, membantunya menemukan kembali semangat belajarnya dan mencapai potensi terbaiknya.

Melalui penerapan langkah-langkah tersebut, orang tua dan guru dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan akademis dan emosional anak berinisial A, membantunya menemukan kembali semangat belajarnya dan mencapai potensi terbaiknya.

Menciptakan suasana rumah yang stabil dan penuh cinta, memungkinkan A dapat merasakan keamanan yang lebih, yang pada akhirnya dapat meningkatkan konsentrasi dan motivasi belajarnya. Pendekatan ini juga berfungsi mengurangi tekanan psikologis yang mungkin dialami A akibat pola asuh yang keras. Dengan mengganti kritik yang merendahkan dengan pujian dan dorongan yang positif, A akan merasa lebih percaya diri dalam proses belajarnya. Selain itu, pendekatan humanistik memberikan anak kesempatan untuk mengambil kendali atas proses pembelajarannya sendiri dengan memberi kebebasan untuk memilih topik atau metode belajar yang sesuai dengan minatnya.

Dengan demikian, pendekatan ini tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis, tetapi juga pada pengembangan sosial-emosional A, sehingga ia dapat mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk sukses baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua faktor ini menjadikan pendekatan humanistik sangat relevan dan bermanfaat bagi perkembangan anak seperti A.

2. Pendekatan Behavioristik

Pendekatan behavioristik yang dikemukakan oleh B. F. Skinner dan Ivan Pavlov, menekankan pentingnya penguatan positif terhadap perubahan perilaku yang diinginkan. Perilaku siswa yang positif dapat berkembang ketika mereka menerima penguatan, sementara perilaku tersebut cenderung menghilang jika dikenakan hukuman (Nasution, 2006).

Pendekatan behavioristik sangat cocok diterapkan untuk A dikarenakan pendekatan ini menekankan pentingnya penguatan positif dalam mendorong perubahan perilaku yang diinginkan. Dalam situasi A, yang mengalami kesulitan berkonsentrasi dan kehilangan motivasi belajar akibat lingkungan keluarga yang tidak mendukung, strategi ini dapat menjadi kunci untuk menciptakan perilaku belajar yang lebih konstruktif. Penguatan positif, seperti pujian atau hadiah atas pencapaian kecil, dapat membuat A merasa dihargai dan terinspirasi untuk terus belajar. Di sisi lain, perilaku negatif seperti melamun atau hilangnya fokus dapat diatasi dengan mengurangi hukuman atau kritik yang merendahkan, sehingga A tidak merasa tertekan dan lebih terbuka untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar.

Langkah-Langkah Menerapkan Pendekatan Behavioristik :

1. Penguatan Positif:

- Orang Tua: Berikan pujian atau reward saat A menunjukkan kemajuan dalam belajar, misalnya ketika ia menyelesaikan tugas dengan baik atau menunjukkan peningkatan konsentrasi di kelas. Hal ini sejalan dengan teori behavioristik yang menyatakan bahwa perilaku positif cenderung berkembang ketika mendapat penguatan (Nasution, 2006).

- Guru: Gunakan sistem poin atau penghargaan bagi siswa yang aktif berpartisipasi di kelas dan menunjukkan perilaku positif, seperti bertanya atau menjawab pertanyaan dengan baik.

2. Pengurangan Hukuman

- Orang Tua: Hindari komentar negatif atau hukuman saat A tidak berhasil mencapai target belajarnya. Sebagai alternatif, dukung A dengan moril dan dorongan untuk mencoba lagi.

- Guru: Terapkan pendekatan disiplin yang lebih mendukung, seperti memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki kesalahan mereka tanpa merasa tertekan atau dihukum.

3. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Positif

- Orang Tua: Ciptakan suasana rumah yang mendukung belajar dengan menyediakan waktu tenang dan tanpa gangguan bagi A.

- Guru: Aturlah kelas sedemikian rupa agar mendukung interaksi positif antar siswa, seperti kelompok belajar di mana mereka dapat saling membantu.

4. Memberikan Tugas yang Sesuai:

- Orang Tua: Berikan tugas rumah yang sesuai dengan kemampuan A agar ia tidak merasa terbebani dan dapat merasakan pencapaian saat menyelesaikannya.

- Guru: Rancang materi pelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik dan kemampuan awal siswa, sehingga masing-masing siswa memiliki kesempatan untuk berhasil.

5. Monitoring dan Evaluasi Berkala:

- Orang Tua: Secara rutin, periksa kemajuan A dalam belajar dan berikan umpan balik positif untuk setiap langkah kecil yang dicapainya.

- Guru: Lakukan evaluasi berkala untuk menilai perkembangan siswa dan berikan umpan balik konstruktif serta penguatan positif berdasarkan hasil evaluasi tersebut.

Dengan menerapkan pendekatan behavioristik ini secara konsisten, baik orang tua maupun guru dapat membantu anak berinisial A mengembangkan perilaku belajar yang lebih positif dan meningkatkan motivasinya untuk belajar. Pendekatan ini tidak hanya akan mendukung A dalam mencapai prestasi akademis, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendorong pertumbuhan emosional dan sosialnya.

Kesimpulan

Lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kualitas belajar anak. Situasi keluarga yang tidak mendukung dapat menghalangi pertumbuhan akademik dan emosional anak, yang selanjutnya berdampak pada motivasi mereka untuk belajar. Beragam faktor, seperti adanya konflik dalam keluarga, pola asuh yang terlalu otoriter, serta komunikasi yang kurang baik, dapat membuat anak merasa tertekan, sehingga berdampak pada menurunnya motivasi mereka dalam belajar. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk menciptakan suasana rumah yang harmonis serta mendukung, di mana anak dapat merasa aman, dihargai, serta mendapatkan dukungan emosional yang dibutuhkan.

Dengan mengimplementasikan teori-teori seperti humanistik dan behavioristik, diharapkan anak-anak dapat merasakan pengaruh positif dari lingkungan keluarga yang mendukung, yang tidak hanya memperkuat pembelajaran akademik, tetapi juga mendukung pertumbuhan mental dan emosional mereka. Orang tua yang memberikan perhatian sepenuhnya terhadap perkembangan anak akan membangun fondasi yang kokoh untuk masa depan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2022). Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak. Jakarta: Pustaka Akademika. 

https://ejournal.edutechjaya.com/index.php/edukatif/article/view/653/498                                            

Kurniawati, I. (2019). Efikasi Diri Remaja Untuk Mengurangi Delinkuensi Dengan Pendekatan Humanistik (Studi Kasus) Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 11 Medan Tahun Pembelajaran 2018/2019. Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.  

https://pdfs.semanticscholar.org/6550/8ac045893354544f285b2b17e3f307972698.pdf

Munib, A. (2004). Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES. 

https://journal.unnes.ac.id/sju/eeaj/article/view/22885

Nasution. (2006). Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. 

https://pratama.ac.id/index.php/Pendekar/article/view/291/252

Sasmito, A., Sukardi, F. X., & Tarmudji, T. (2012). Pengaruh Disiplin Belajar dan Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar Menafsirkan Persamaan Akuntansi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Mardisiswa Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. Economic Education Analysis Journal, 1(1). 

https://journal.unnes.ac.id/sju/eeaj/article/view/529

Zuhrotunnisak, Z. (2018). Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SMP Ma'arif NU Banyuputih Batang (Skripsi). Universitas Wahid Hasyim, Fakultas Agama Islam, Semarang.

https://jonedu.org/index.php/joe/article/view/5436/4410

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun