Mohon tunggu...
Lofty Qoyyimah
Lofty Qoyyimah Mohon Tunggu... -

menarik.istimewa.rajin.malas.hardworker.cinta buku.ceria.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Absurd Thing

20 September 2012   10:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:10 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai kamu,…

Semoga kamu selalu baik2 saja dalam penjagaanNYA dimanapun kamu. Aku sedang dalam perjalanan saat menulis ini. Tiba2 disela-sela lajunya bus aku teringat sesuatu. Ku keluarkan notebook untuk menuliskannya. Mendadak terlintas untuk menghitung entah sudah berapa lama kita saling berbagi cerita, sudah banyak bab sepertinya. Ya, aku memang sangat suka mendengar dan menyimak orang bercerita pengalamannya, termasuk cerita2mu. Aku mengingatnya secara acak. Dan aku menikmati setiap momennya. Isi ceritanya sih biasa saja sebenarnya. Tidak terlalu ‘wow’.  Tapi terasa asik aja menyimaknya.

Dan diantara momen2 itu ada bagian2 dimana aku tidak bisa lupa. Mungkin seperti sebuah peristiwa penting dunia yang kemudian dibukukan untuk menjadi sejarah agar tidak ada yang lupa. Bedanya ini bukan sejarah penting dunia dan aku tidak membukukannya. Hanya menulisnya disini. Iseng2. Mungkin sebenarnya bisa disebut sejarah juga suatu hari nanti. Tapi mungkin sejarahku. Bukan sejarah penting bagi orang lain. Entah bagimu. Tapi aku tidak peduli itu. Karena sebenarnya ini hanya menuliskan banyaknya kalimat yang selama ini tersembunyikan. Ya, kita selalu berbincang. Tapi kamu tidak tahu, seringkali aku mengatakan sesuatu tapi sebenarnya yang ingin ku katakan bukan itu.

Dan kapan pun kita berbincang kalau saja kamu sadar, kadang aku memalingkan mukaku sebentar. Itu karena aku takut ada kalimat yang melompat keluar dari mulutku, seperti “Aku suka ketika kamu bercerita”, misalnya. Aku tidak suka berkata seperti itu, aku benci membuatmu geer.

Jadi aku ingin menuliskannya sekarang. Apa yg sebenarnya ingin ku katakan waktu itu. Semuanya adalah perbincangan kita apa adanya. Kecuali yang dicetak miring dan sengaja ku kurung. Itu adalah kalimat yang tak pernah ku sampaikan padamu. Alasannya sederhana, kalimat itu memang masih terkurung sampai sekarang. Kecuali kamu merusak kurungnya dengan membaca tulisan ini. :) :D

Oiya, kalaupun kamu membaca ini, aku tidak meminta apapun, tidak menginginkan apapun dan tidak mengharapkan apapun. Aku hanya ingin kamu tahu kalimat2 yang kusembunyikan. Hanya itu.

Dan aku sengaja menulisnya secara acak, karena memori tentangmu terlalu banyak.

Ini.


  1. Kemaren2 aku memang sempat berpikir begini. Ingin mengatakan ini:


(mungkin kita harus berhenti melakukan ini. Berbincang seringkalibertemu seringkali. Aku takut rasa ini jadi semakin absurd dan ini…  juga sebenarnya sangat absurd bagiku, bagi kamu (mungkin?), bagi kita… mengingat kita sudah sama2 ‘paham’) tapi aku tidak jadi mengatakannya. Karena hatiku berkata:

(jangan. Gimana kalo nanti aku pengen sharing lagi? Gimana kalo aku pengen curhat? Dan gimana kalo nanti aku kangen?)

Jadi, ku biarkan saja kalimat itu tetap tersimpan di otak, sampai kamu yang berinisiatif.

Dan justru ternyata kalimat yang muncul adalah:

“heey, kamu lagi sibuk?.........., ngobrol yuuuk……….., aku pengen cerita………”

Kamu: “gak sibuk kok. Lagi santai aja… ayok. Mau cerita apa?….”

Atau,

“ayo kesini……temui aku di………………”

Pokoknya ada saja tema obrolan untuk kita perbincangkan, kapanpun.

Lalu mengalir.


  1. Aku bilang: “I love it!” atas ceritamu dalam perbincangan waktu itu. Ada point yang aku suka. Dan aku memang suka berekspresi seperti itu. Lalu kamu,


“you love me? :D” tertawa. Aku langsung menyangkalnya ketika itu.

“I said: I love it! Not I love you. That’s different, oke??. Jangan geer!”

Padahal kalimat asli yang tersimpan seperti ini:

(Asytaghfirullah… kamu ngerasa gituh? Merasa kalau aku sudah mulai merasa nyaman berbincang denganmu? Merasa kalo aku sudah mulai menyukaimu?... lain kali jangan bercanda seperti itu. Aku bisa marah…)

Tapi faktanya diwaktu berikutnya aku tidak bisa marah.


  1. Kamu: “hey soul sister!!” keningku berkerut. Terdiam beberapa saat. Baru kemudian,


Aku: “iya…, soul sister? Meaning? Explain to me” berlagak bego. Kamu pun menjelaskannya (aku tersenyum dengan penjelasanmu). Padahal saat aku jeda diam tadi, kalimat yang sebenarnya seperti ini:

(soul sister? Belahan jiwa? Sedekat itukah kita? Jangan seperti itu. Biar aku tidak sering mengingatmu, biar aku tidak sering merindukanmu suatu saat. Biar aku bisa biasa saja ke kamu. seperti biasanya aku…)


  1. Di mobil waktu itu.


Kamu: “hey, diem aja nih… ngomong dong. Ngomong apa kek… perasaan saya terus yang ngomong dari tadi……… (jeda)… emang jarang ngomong ya?”

Aku menoleh sekilas kearahmu.

“yah?... kamu aja dulu yang ngomong. Aku lebih suka mendengar. Aku ngomong hanya saat diperlukan” lalu aku kembali melempar pandangan ke kiri jendela. Menatap jalanan. Sedikit berbohong. Padahal kalimat yang dikepala begini:

(gak juga. Biasanya aku selalu dominan dalam berbicara. Sekarang aku Cuma mau dengerin kamu ngomong. Ingin mendengarmu bercerita lagi. Karena ceritamu kadang memberiku inspirasi. Kadang membuatku semangat melakukan sesuatu)


  1. Iseng aku mengirim sms kosong saat senggang. Hanya berisi titik2 saja dan kata2 tak jelas dan tak bermakna. Dan kamu membalasnya dengan sms serupa.. Lalu,


Kamu: “lagi autis ya? :P”

Aku: “iya, lagi autis. Lagi gak jelas, lagi males melakukan aktivitas lain, lagi kekenyangan dan lagi………………”  lagi iseng saja sebenarnya.

Kamu: “... lagi kangen saya sepertinya :D :P”

Aku: “Ih apaan! Pede dahsyat. Gak!.”

Sebenarnya:

(iiih nyebellin ya... Emang iya gituh aku kangen? *mikir, sambil bertanya ke diri sendiri* jangan ngomong gitu. Aku khawatir itu jadi beneran. Aku takut aku beneran seperti itu entar. Mengingatmu seringkali. Merindukanmu seringkali)

……

Absurd.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun