Tapi faktanya diwaktu berikutnya aku tidak bisa marah.
- Kamu: “hey soul sister!!” keningku berkerut. Terdiam beberapa saat. Baru kemudian,
Aku: “iya…, soul sister? Meaning? Explain to me” berlagak bego. Kamu pun menjelaskannya (aku tersenyum dengan penjelasanmu). Padahal saat aku jeda diam tadi, kalimat yang sebenarnya seperti ini:
(soul sister? Belahan jiwa? Sedekat itukah kita? Jangan seperti itu. Biar aku tidak sering mengingatmu, biar aku tidak sering merindukanmu suatu saat. Biar aku bisa biasa saja ke kamu. seperti biasanya aku…)
- Di mobil waktu itu.
Kamu: “hey, diem aja nih… ngomong dong. Ngomong apa kek… perasaan saya terus yang ngomong dari tadi……… (jeda)… emang jarang ngomong ya?”
Aku menoleh sekilas kearahmu.
“yah?... kamu aja dulu yang ngomong. Aku lebih suka mendengar. Aku ngomong hanya saat diperlukan” lalu aku kembali melempar pandangan ke kiri jendela. Menatap jalanan. Sedikit berbohong. Padahal kalimat yang dikepala begini:
(gak juga. Biasanya aku selalu dominan dalam berbicara. Sekarang aku Cuma mau dengerin kamu ngomong. Ingin mendengarmu bercerita lagi. Karena ceritamu kadang memberiku inspirasi. Kadang membuatku semangat melakukan sesuatu)
- Iseng aku mengirim sms kosong saat senggang. Hanya berisi titik2 saja dan kata2 tak jelas dan tak bermakna. Dan kamu membalasnya dengan sms serupa.. Lalu,
Kamu: “lagi autis ya? :P”
Aku: “iya, lagi autis. Lagi gak jelas, lagi males melakukan aktivitas lain, lagi kekenyangan dan lagi………………” lagi iseng saja sebenarnya.
Kamu: “... lagi kangen saya sepertinya :D :P”