Mohon tunggu...
Langit Quinn
Langit Quinn Mohon Tunggu... Freelancer - Ghost writer, Jokower, Ahoker...

Founder Fiksiana Community

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Kanaya, Artis Ternama

25 November 2011   02:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:14 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

'

Kanaya bintang sinetron nan seksi. Penggemaranya banyak sekali. Dirinya sibuk setiap hari. Pergi pagi pulang malam hari. Syuting sinteron berseri - seri. Yang tayang di televisi setiap hari. Ia tinggal di rumah mewah. Dengan perlengkapan yang wah. Setiap hari uang datang melimpah.

"Menjadi bintang terkenal adalah impianku. Sekarang aku sudah menikmati impian itu. Rumah dan mobil keluaran terbaru. Hidupku sangat berkecukupan. Aku tak mau sia siakan kesempatan. Aku hidup di kota metropolitan. Yang tentu banyak sekali tantangan. Beberapa waktu lalu aku berkenalan dengan seseorang. Pemuda tampan anak orang terpandang".

"Hidup ini memang harus kunikmati. Aku tak peduli  apa kata orang. Aku sudah bekerja keras demi kesuksesan. Fadli calon suamiku. Anak dari salah serorang terpandang di negeri ini. Kepadanya ku katakan, aku hidup sendiri, tak memiliki siapa siapa lagi. Meski aku tau aku memiliki ayah yang sudah renta".

Kanaya sang artis sedang menikmati harinya dengan bersantai.Mengenakan bikini di pinggir pantai. Berjemur layaknya para bule.

***

Di sebuah rumah petak. Seorang lelaki renta sedang duduk membaca koran kemarin sore. Dialah Darman ayah Kanaya. Rambutnya telah memutih, badan kurus, dan muka tirus. Harinya di habiskan dirumah menikmati masa tua dan pensiun, dulunya ia seorang guru.

Di halaman rumah, Kanaya baru saja turun dari mobil mercy keluaran terbaru. Menghampiri sang ayah dengan tampang belagu.

"Bapak ikut saya sekarang..." Serunya.

"Kemana nak??"

"Ikut saya saja. Jangan banyak bicara..!"

Kanaya membereskan beberapa baju sang Ayah ke dalam tas. Membawanya ke dalam mobil. Sang ayah berjalan perlahan dengan tongkat di tangannya. Menuju mobil milik Kanaya. Anak satu-satunya yang kini telah sukses jadi artis ternama.

Tak berapa lama sampailah mereka ke sebuah panti jompo. Kanaya membawa ayahnya ke sana. KEJAM. Beginikah kelakuan seorang anak yang telah di besarkan dengan susah payah? Saat kesuksesan menghampirinya ia buang sang ayah demi suatu alasan.

"Aku tak mau repot. Bolak balik ke rumah kumuh itu. Aku juga malu dengan teman-temanku memiliki ayah tua renta yang berjalanpun sudah tak bisa. Apalagi aku akan dilamar pangeran cinta yang kaya raya. Lebih baik ku asingkan dia. Aku tak mau mengurusnya. Rumah mewahku akan ternoda kalau ku bawa ia serta".

***

Enam bulan berlalu, Kanaya tetap dengan kesuksesannya. Tak pernah ia datangi tempat ayahnya berada. Hampir di setiap infotaimen ia berkata : "Ayah ibuku sudah meninggal. Waktu aku kecil". Ah Kanaya, demi uang kau berdusta. Gayamu bak peri. Tanpa dosa. Menjadi duta anak-anak terlantar. Tanpa mereka tau ayahmu telah kau telantarkan. Wajahmu ibarat malaikat. Pandai berpura-pura di depan mereka semua.

"Bulan depan aku menikah. Pesta telah di persiapkan di gedung yang mewah. Aku Kanaya akan menjadi istri salah seorang putra yang berpengaruh di negeri ini. Hidupku akan sempurna. Tak perlu lagi nantinya aku bekerja".

Kanaya mematut dirinya di cermin. Mengagumi wajahnya yang cantik. Mengagumi tubuhnya yang aduhai.

"Hidupku nyaris sempurna...." Pekiknya.

***

Hari ini adalah hari pernikahan Kanaya. Ia sedang di dandani dengan busana yang wah. Senyum terus mengembang di bibirnya. Ingatkah ia akan ayahnya di hari bahagianya? Ataukah ia berpikir memusnahkan ayahnya saja?  Sesekali ia melihat HP.  Seperti gelisah menunggu sesuatu. Pergulatan batin beberapa minggu terakhir membuatnya gelisah hingga detik ini.

Di panti jompo, ayah Kanaya duduk melamun. Sesekali ia menerawang. Mengingat masa silam. Di mana Kanaya kecil sangat lucu. Terngiang di telinganya Kanaya kecil berceloteh : "Bapak, Kanaya ingin jadi artis. Kanaya ingin cari uang. Kanaya ingin bahagiakan bapak. Kanaya ingin ajak bapak jalan-jalan naik pesawat". Tanpa terasa air mata menitik di kedua pipi tirusnya. Mengingat kenangan indah bersama Kanaya.

Empat orang berbaju serba hitam menghampirinya.  Memaksanya ikut denganya. Darman tak berdaya. Tubuh rentanya tak bisa melawan. Ia di bawa ke sebuah mobil dan dibawanya pergi.

Salah seorang mengirim SMS. "Sudah beres. Semua berjalan lancar bu Kanaya".

Penculikan Darman berjalan lancar, tanpa hambatan.

***

Di rumahnya dalam suasana pernikahan, Kanaya masih duduk di dalam kamar. Masih dengan HP di tangannya Hingga seseorang menghampirinya dan berkata :

"Kanaya... Penghulu sudah datang..."

Kanaya berjalan keluar kamar. Menuju meja penghulu. Pernikahan ini di adakan di rumahnya . Dan resepsi akan di adakan di gedung nan mewah. Belum sempat ia duduk, laki-laki berbaju hitam penghampirinya dan berbisik. Kanaya urung duduk, ia berdiri lagi dan berjalan ke belakang meninggalkan tanya para tetamu. Juga awak media yang datang khusus untuk meliput secara langsung hari pernikahanya.

Tak berapa lama ia muncul kembali. Semua mata tertuju padanya. Masih dalam posisi bediri ia berkata :

"Kepada semua ingin ku katakan sebuah kejujuran. Aku Kanaya selama ini telah membohongi kalian. Artis sinetron terkenal seorang yatim piatu. Sesungguhnya itu palsu. Dialah ayahku....."

Dari balik ruang muncul Darman dengan empat orang berbaju serba hitam. Orang-oramg suruhan Kanaya untuk menjemput ayahnya ke  rumahnya.  Kanaya menahan ari mata. Pergumulanya mencapai puncak. Dan ia merasa inilah saatnya.

"Dialah ayahku yang selama ini aku telantarkan. Jika pernikahan ini harus batal, silahkan. Kepada calon suamiku aku serahkan. Aku bukan calon istri yang baik baginya. Kepada kalian semua juga ku katakan, aku bukan artis yang seperti kalian bayangkan. Baik budi bak peri. Aku manusia berdosa, durhaka, meminta maaf sebesar besarnya kepada semua yang mengenalku di manapun berada. Kini tidak penting lagi kemewahan. Aku hanya ingin mengurus ayahku seorang".

Seseorang berdiri di antara tetamu yang datang.

"Tak peduli apapun, pernikahan ini akan terus berjalan. Aku senang dengan kejujuran yang telah di ungkapkan. Semoga hadirinpun demikian...."Suara Fadli sang calon suami.

Kedua orang tua Fadli mengangguk  dan tersenyum menyambut keputusanya. Hadirin bertepuk tangan. Kanaya menangis. Berkali kali sungkem meminta maaf kepada sang Ayah. Darman tersenyum. Inilah pernikahan sang putri tercinta... Tanpa ia ketahui Kanaya yang telah menyadari kekeliruanya....

'

'

*Nb : Ku persembahkan ini untuk  teman-teman yang memberi masukan kepadaku untuk membuat cerita yang tak selalu tragis endingnya :). Terima kasih atas masukanya. Mengharapkan masukan dan kritik dari semuanya.

.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun