Kazuo Murakami, pekar genetika Jepang, menngemukakan bahwa gen yang lemah dapat diaktifkan oleh kekuatan pikiran dan persaan positif. Senada dengan hal itu, Pais-Ribeiro mengatakan bahwa pikiran positif mempunyai keterkaitan kuat dengan kesehatan fisik dan mental. Pikiran positif juga berperan penting dalam mengurangi risiko terkena gangguan mental, misalnya gangguan cemas dan dan depresi. Hal ini karena orang yang sering berpikir positif bisa mengatasi dan mengelola stres dengan lebih baik, serta lebih bersemangat dalam menghadapi tantangan hidup. Sementara itu, orang yang berpikir pesimis cenderung menyalahkan diri sendiri terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Dengan demikian, risiko untuk mengalami gangguan cemas, stres, dan depresi akan makin besar.
3) Lebih Percaya Diri
Kepercayaan diri seseorang akan bernilai negatif atau positif. sangat tergantung pada persepsi dirinya terhadap peristiwa atau pengalaman yang dialami. Loehr dalam Gulen sependapat dengan pernyataan di atas, bahwa kehidupan positif tidak dapat dilepaskan dari cara berpikir positif, dengan berpikir positif dapat membangun kepercayaan diri yang tinggi. Pikiran Positif mampu meningkatkan rasa percaya diri seseorang, rasa percaya diri orang yang memiliki pikiran positif mungkin lebih baik daripada orang yang berpikir negatif. Pasalnya, orang yang dapat berpikir positif cenderung dapat "berbicara" kepada diri sendiri mengenai hal-hal baik yang ada di dalam dirinya. Hal ini akhirnya berdampak terhadap peningkatan rasa percaya diri.
4) Bersyukur terhadap hidup
Orang yang punya pikiran positif cenderung dapat mensyukuri segala hal-hal baik yang terjadi pada dirinya. Jika pun ada peristiwa buruk yang menimpanya, ia akan lebih mudah untuk menerima karena beranggapan bahwa kejadian tersebut hanyalah bersifat sementara. Jadi, tidak perlu dikhawatirkan berlebih. (Ahmad, 2022)
Mekanisme psikologis dan fisiologisÂ
Pikiran positif mempengaruhi sistem psikologis dan fisiologis dalam tubuh, termasuk sistem saraf otonom dan respon hormonal terhadap stres, melalui beberapa jalur. Berikut adalah beberapa contoh:
1. Sistem Saraf Otonom
Pikiran positif dapat mempengaruhi sistem saraf otonom dengan mengaktifkan sistem parasimpatik. Sistem parasimpatik berfungsi sebagai "pemulih" yang mengatur kembali fungsi tubuh setelah stres. Aktivasi parasimpatik dapat mengurangi tekanan darah, meningkatkan detak jantung, dan mengurangi keringat.
2. Respon Hormonal
Pikiran positif dapat mempengaruhi respon hormonal terhadap stres dengan mengatur kembali produksi hormon seperti kortisol. Kortisol, yang diproduksi oleh korteks adrenal, berfungsi sebagai anti-inflamasi dan memberikan perlawanan alami terhadap stres. Pikiran positif dapat membantu mengatur kembali produksi kortisol, sehingga mengurangi efek negatif stres pada tubuh.