Mohon tunggu...
qonitafairussalsabila
qonitafairussalsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

baca buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kesehatan Mental dan Komunikasi Asertif: Cara Efektif Mengungkapkan Perasaan di Masa Sulit

6 Januari 2025   15:18 Diperbarui: 6 Januari 2025   15:18 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kesehatan Mental dan Komunikasi Asertif: Cara Efektif Mengungkapkan Perasaan di Masa Sulit


Indyana Mariyatul Q. (202401021086)

Qonita Fairus Salsabila (202401021085)

Humas@hayamwuruk.ac.id

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Hayam Wuruk Perbanas

 

Kesehatan mental menjadi semakin penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama di masa-masa sulit. Artikel ini membahas bagaimana komunikasi asertif dapat membantu kita mengungkapkan perasaan dan kebutuhan dengan lebih baik. Komunikasi asertif memungkinkan kita untuk berbicara dengan jujur dan tegas tanpa menyakiti orang lain, yang sangat penting untuk menjaga kesehatan mental. Dengan menggunakan teknik komunikasi asertif, kita dapat mengurangi stres, meningkatkan rasa percaya diri, dan membangun hubungan yang lebih baik dengan orang-orang di sekitar kita. Artikel ini juga memberikan tips praktis dan contoh nyata untuk membantu pembaca menerapkan komunikasi asertif dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat mendukung kesehatan mental mereka di tengah tantangan yang dihadapi.

Di tengah dinamika kehidupan modern yang semakin kompleks, kesehatan mental sering kali terabaikan. Tekanan dari berbagai aspek, seperti pekerjaan, hubungan pribadi, dan situasi global, dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang berdampak pada kesejahteraan kita. Dalam konteks ini, kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif menjadi sangat penting.

Komunikasi asertif adalah salah satu cara yang bisa kita gunakan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan dengan jelas dan percaya diri. Dengan berkomunikasi secara asertif, kita tidak hanya mengungkapkan apa yang kita rasakan, tetapi juga memberi ruang bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Ini menciptakan dialog yang terbuka dan saling menghargai, yang sangat penting untuk menjaga kesehatan mental.

Artikel ini akan menjelajahi bagaimana komunikasi asertif dapat menjadi alat yang efektif dalam mengelola emosi, mengurangi stres, dan memperkuat hubungan interpersonal. Dengan memahami dan mempraktikkan komunikasi asertif, kita dapat lebih baik dalam menghadapi tantangan hidup, menciptakan ikatan yang lebih kuat, dan meningkatkan kesejahteraan mental kita secara keseluruhan. Melalui pemahaman ini, diharapkan pembaca dapat menerapkan prinsip komunikasi asertif dalam kehidupan sehari-hari untuk mendukung kesehatan mental mereka.

Menghadapi masa sulit sering kali menjadi ujian besar bagi kesehatan mental. Kondisi ini dapat memunculkan emosi seperti sedih, kecewa, marah, atau cemas. Jika tidak diungkapkan dengan cara yang tepat, emosi tersebut dapat menumpuk dan berdampak buruk pada diri sendiri maupun hubungan dengan orang lain. Salah satu solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan komunikasi asertif. Komunikasi asertif memungkinkan Anda menyampaikan perasaan dengan jujur, jelas, dan tetap menghormati pihak lain. Berikut adalah langkah-langkah efektif untuk mengungkapkan perasaan di masa sulit: 

1. Kenali Perasaan Anda Terlebih Dahulu  

Sebelum berbicara dengan orang lain, penting untuk memahami emosi Anda. Mengetahui apa yang Anda rasakan dapat membantu menyampaikan pesan dengan lebih jelas. 

Apa yang bisa dilakukan? 

  • Luangkan waktu untuk refleksi diri, misalnya dengan menulis jurnal atau merenung. 
  • Tanyakan pada diri sendiri, "Apa yang sebenarnya saya rasakan, dan mengapa?" 
  • Validasi emosi Anda, seperti mengatakan, “Tidak apa-apa merasa sedih dalam situasi             seperti ini”.

Mengapa penting?

Menyadari perasaan membantu Anda mengungkapkan emosi secara terarah tanpa membuat percakapan emosional menjadi kacau. 

2. Gunakan Pernyataan “Saya” 

Dalam komunikasi asertif, penting untuk menyampaikan perasaan dari sudut pandang Anda sendiri, tanpa menyalahkan pihak lain. 

Contoh: 

  • Ganti “Kamu selalu membuatku marah!” dengan “Saya merasa kesal ketika kamu tidak   mendengarkan pendapat saya.” 
  • Ganti “Kamu tidak peduli!” dengan “Saya merasa kurang dihargai ketika kebutuhan saya tidak dipertimbangkan.” 

Mengapa penting? 

Pernyataan “Saya” membantu mengurangi kesalahpahaman dan membuat orang lain lebih terbuka mendengar Anda

3. Pilih Waktu dan Tempat yang Tepat

Mengungkapkan perasaan di saat emosi sedang memuncak atau di tempat yang tidak kondusif dapat memicu konflik. Oleh karena itu, penting untuk memilih momen yang tepat.

 

Apa yang bisa dilakukan?

  • Tunggu hingga Anda dan orang yang bersangkutan berada dalam kondisi lebih tenang. 
  • Pilih tempat yang nyaman dan privat, seperti ruang tamu atau lokasi yang jauh dari keramaian. 

Mengapa penting?

Lingkungan yang kondusif dan suasana yang tenang membantu kedua belah pihak fokus pada percakapan tanpa tekanan tambahan.

 

4. Dengarkan dengan Empati 

Komunikasi bukan hanya soal berbicara, tetapi juga mendengarkan. Saat Anda menyampaikan perasaan, berikan ruang bagi pihak lain untuk merespons dan tunjukkan empati terhadap apa yang mereka sampaikan. 

Apa yang bisa dilakukan? 

  • Biarkan orang lain berbicara tanpa interupsi. 
  • Gunakan ungkapan seperti, “Saya mengerti kenapa kamu merasa seperti itu.” 
  • Tanyakan pendapat mereka dengan sopan, seperti, “Bagaimana menurutmu tentang hal ini?” 

Mengapa penting?

Mendengarkan dengan empati menciptakan suasana saling pengertian dan membantu Anda menemukan solusi bersama. 

5. Hindari Nada dan Bahasa yang Konfrontatif 

Nada suara dan bahasa yang kasar dapat membuat percakapan berubah menjadi konflik. Bahkan jika Anda merasa kesal, usahakan tetap tenang saat berbicara. 

Apa yang bisa dilakukan?

  • Jika emosi memuncak, tarik napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara. 
  • Gunakan nada suara yang tenang dan bahasa yang sopan, misalnya: “Bisakah kita mendiskusikan hal ini dengan tenang?” 
  • Hindari kata-kata seperti “Kamu selalu” atau “Kamu tidak pernah,” karena terkesan menyalahkan. 

Mengapa penting?

Sikap tenang membantu menciptakan percakapan yang produktif dan mengurangi risiko konflik.

 

6. Fokus pada Solusi, Bukan Masalah 

Setelah mengungkapkan perasaan, arahkan pembicaraan ke langkah konkret untuk mengatasi situasi. 

Apa yang bisa dilakukan? 

  • Tawarkan solusi yang realistis, seperti: “Bisakah kita mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini bersama-sama?” 
  • Jika tidak ada solusi langsung, buat kesepakatan untuk mendiskusikan hal ini lagi di lain waktu. 

Mengapa penting?

Fokus pada solusi menunjukkan bahwa Anda tidak hanya ingin menyampaikan keluhan, tetapi juga ingin memperbaiki situasi.

 

Kesimpulan  

Mengungkapkan perasaan di masa sulit adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental dan hubungan yang sehat dengan orang lain. Dengan mengenali emosi Anda, menggunakan bahasa yang tepat, memilih waktu yang tepat, mendengarkan dengan empati, dan fokus pada solusi, Anda dapat menyampaikan perasaan tanpa menciptakan konflik. 

Komunikasi asertif bukan hanya soal berbicara, tetapi juga tentang menciptakan ruang untuk saling memahami. Dengan menerapkan cara-cara ini, Anda dapat melewati masa sulit dengan lebih baik dan membangun hubungan yang lebih kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun