"Mbak Niar ke rumah Mbah habis maghrib kan ya?."
"Iya. Kan tadi pasti dengar kan pas kita sekeluarga lewat."
Wajah Bulik mendadak tegang. Raut mukanya terlihat gelisah dan tak nyaman.Â
Ruang tamu mendadak sepi.Â
Bapak, Paklik, Ibu, serta rekan kerja Paklik mulai menyimak pembicaraan.Â
"Tadi Bulik ke rumah Mbak Niar sama Aji sama Adek. Niatnya mau nganter bubur kacang hijau." Terangnya.Â
"Tapi nggak jadi kan, Lik? Mana buburnya. Mau makan sini aja. Tak angetin ya." Ucap Mbak Niar. Ia hendak bangkit menuju dapur rumah Bulik.Â
"Jadi. Terus salam kaya biasa. Terus ada yang jawab dari dalam. Suaranya persis Mbak Niar."
Jelas Bulik dengan satu tarikan nafas.Â
"Tadi Mbak sudah jawab salam. Tapi malah Aji disuruh pulang sama Ibu. Ibu gendong Adek sambil lari. Aji di tinggal di belakang." Bocah berusia 7 tahun itu ikut menambahkan. Tangannya masih sibuk memainkan mobil remot miliknya seperti tak terjadi apa-apanya sebelumnya.Â
Mbak Niar diam. Lututnya lemas sementara yang lain masih menyelam dengan pikirannya masing-masing.Â