"Hanin."
Deg. Suara itu. Suara yang sudah begitu lama tak ku dengar. Suara yang tiap malam begitu keras ku hilangkan dalam ingatan. Suara berat milik seseorang yang tiba-tiba hilang tanpa aba-aba itu terdengar dengan jelas di telingaku. Lagi.
Aku masih berusaha mengangan-angan apa yang akan terjadi lagi setelah sekian lama kabarnya tak ku dengar sampai sini.
"Hanin. Ini saya."
Egoku kalah. Badanku dengan ringannya berbelok arah ke belakang. Tapi bukan ini yang aku harapkan, batinku memberontak.
Lihat? Setelah sepersekian detik kita saling menatap, tak ada yang memulai pembicaraan. Ku dengar napasnya begitu berat. Dan, astaga! Kemeja itu? Kemeja coklat dengan motif semi modern itu benar-benar terlihat pas di tubuhnya. Kemeja coklat yang sengaja ku berikan sebagai kado di hari wisudanya.
"Hanin. Bisa kita bicara?"
Aku tersadar dari lamunanku. Ku gelengkan kepalaku pelan.
"Maaf, Mas. Saya harus mengembalikan kunci ke kantor fakultas. Saya buru-buru. Permisi"
Aku segera mempercepat langkahku dan meninggalkannya sendirian. Moodku mendadak begitu buruk. Emosionalku meningkat begitu saja. Pada akhirnya ku akui bahwa ia masih menjadi satu-satunya pemilik. Bodoh.
***