Kenyataan bahwa anak memiliki kebutuhan khusus sering kali menjadi momen yang sangat berat bagi orang tua. Menurut Puspita (2004), banyak orang tua yang mengalami pergolakan emosional ketika pertama kali mengetahui kondisi anak mereka. Reaksi umum meliputi ketidakpercayaan, keterkejutan, rasa bersalah, hingga kemarahan dan penolakan. Semua emosi ini adalah bagian dari proses yang disebut 5 Stages of Grief oleh Elisabeth Kübler-Ross, yaitu:
Tahap Penyangkalan (Denial): Orang tua cenderung menyangkal realitas diagnosis.
Tahap Marah (Anger): Kemarahan muncul sebagai bentuk protes terhadap situasi yang dirasa tidak adil.
-
Tahap Tawar-menawar (Bargaining): Membuat harapan dan doa agar keadaan berubah sering kali menjadi fokus pada tahap ini.
Tahap Depresi (Depression): Kesedihan mendalam akibat realitas yang tidak dapat diubah.
Tahap Penerimaan (Acceptance): Tahap dimana orang tua mulai menerima kondisi anak dan beradaptasi.
Namun, perjalanan menuju penerimaan diri memerlukan waktu, dukungan, dan pemahaman yang mendalam. Penerimaan diri, menurut Jersild, Brook & Brook (1995), merupakan kemampuan seseorang untuk menghormati diri sendiri, mengenali kelebihan dan kekurangan, serta merasa nyaman dengan kehidupan yang dijalani.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan ini menggunakan pendekatan: