Nama : Qodriyatul Alfiyah (221420000643)
Prodi : Perbankan Syariah
Dosen Pengampu : Dr. Wahidullah, S.H.I.,M.H
Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara
Tugas Easy Mata Kuliah Kewarganegaraan "Menguji komitmen kepedulian lingkungan hidup para caleg pemilu 2024 bagi kewarganegaraan"
Penting agar pemilu 2024 ditanggapi dengan serius, membawa tujuan dan gagasan kebijakan untuk menjaga lingkungan dan meningkatkan taraf hidup generasi mendatang di tengah pusaran pemilu 2024. Â
Sistem demokrasi menjadikan partai politik sebagai elemen penting demokrasi. Partai politik menjadi "pabrik" yang menghasilkan pemimpin di tingkat nasional dan daerah. Namun, di tengah dinamika politik saat ini, ada yang luput dari perdebatan publik, yaitu agenda politik parpol dan kandidat pada Pemilu 2024. Pembahasan substantif tentang isu-isu kunci yang dihadapi masyarakat, nyaris sunyi dan di tengah-tengah gejolak konsolidasi elit politik.
Partai politik dan kandidat tampaknya tidak mau membahas masalah terpenting rakyat atau menghadirkan tantangan serius bagi Indonesia dalam proses konsolidasi politik yang sedang berlangsung. Bukankah menghubungkan agenda atau ide menjadi bagian penting dalam menghubungkan kandidat? Pada akhirnya, mereka yang dicalonkan dan dipilih memimpin bangsa ini, mempengaruhi kehidupan kita sebagai warga negara, dan bahkan berdampak signifikan bagi kelestarian lingkungan di masa depan.
Dengan satu setengah tahun sebelum pemilu 2024, jumlah pemilih yang meragukan tampaknya semakin berkurang karena pemilih semakin fokus pada partai pilihannya. Namun, apakah jumlah pemilih yang ragu akan berkurang atau bisa terkonsentrasi kembali? Pemilih ragu-ragu yang dimaksud dalam artikel ini adalah pemilih Polling Nasional Kompas yang belum menentukan partai mana yang akan dipilihnya pada Pemilu 2024. Â
Responden dapat menjawab dalam bentuk "tidak tahu/rahasia", "tidak menjawab" atau "tidak ada". Responden yang menyatakan memilih partai politik tidak dianggap sebagai pemilih yang patut dipertanyaka. Â
Artikel ini membahas, dengan bahasa sederhana, "sisa" suara pemilih yang belum memutuskan partai politik. Semakin banyak suara dari pemilih yang meragukan, semakin besar kemungkinan susunan pemenang pemilihan umum akan berubah dan sebaliknya.
Dalam survei terakhir pada Juni 2022, profil reaksi mencurigakan berupa corong menyusut. Ternyata hanya 16,0 persen responden yang tidak menentukan pilihan atau menjawab tidak tahu memilih partai politik yang mana. Jumlah itu berkurang setengahnya pada Oktober 2019, ketika periode kedua Jokowi, 2019--2024, dimulai.Â
Pola penghitungan ini berbeda dengan hasil pemilu periode pertama Jokowi pada 2014 hingga 2019 yang pola responsnya menyerupai corong naik. Pada periode yang sama, proporsi responden yang masih ragu-ragu naik dua kali lipat dari 17,3% (Januari 2015) menjadi 29,5% (April 2017). Survei yang dilakukan pada April 2019 menemukan 23,3 persen responden tidak memilih.