Lone wolf, itu istilah yang banyak dipakai di film2 yang gw tonton untuk aksi solo. Dan hari ini gw berjalan dengan istilah itu. Biasanya hari Sabtu gini gw habiskan sama istri dan anak2 eh kali ini gw malah ngelayap sendiri. Diizinkan lagi.
Padahal dari kemarin2 mau izin ikut Konser Putih BerSATU (kasihan kalo Pak Jokowi diolok-olok lantaran ada aksi rame yang dukung sang penantang dan diklaim macam-macam); tapi takut jadi masalah..., eh ini malah gampang saja. Pas bilang ke istri kemarin sore banget (Jumat) kalo janjian sama rekan2 eks-rekan kerja di koran Investor Daily (ID) yang dulu gw sortir tiap hari tuk ketemuan di acara Jokowi di GBK dia malah dukung. Katanya biar ada pemikiran baru, kali saja ada ide kreatif. Tadi pagi malahan istri sendiri yang siapin bekal dan perlengkapan yang mau dibawa, bahkan ngisiin saldo kartu BRIZZI buat naik MRT, biar gampang ke Gelora Bung Karno (GBK).
Anak2? Sebenernya sempat ada pemikiran istri dan anak2 ikut saja. Gw gak khawatir ada kerusuhan (gw yakin Tuhan sayang bangsa Indonesia), tapi alasan gak bawa anak2 datang dari mereka sendiri. FYI, Sabtu lalu gw ajak anak2 ke GBK buat jalan sore, tapi karena mendung anak2 gw ajak pulang sebelum merasakan ada yang seru di sana. Jadi pas tadi tanya, mau ikut gak ke GBK? Anak2 jawab kompak: males!! Jadi, jalan sendiri deh.
Naik motor sampai Lebak Bulus, perjalanan dilanjut dengan MRT sampai Stasiun Istora (ada gunanya juga ke GBK Sabtu lalu dan baca saran Mak Lambe Turah di FB tadi pagi). Dalam MRT, komunikasi dengan rekan2 di ID dijalankan. Tanpa atribut selain topi merah dan kemeja putih gw sampai di Stasiun MRT Istora Mandiri. Sudah senyum2 sendiri padahal kala di setiap stasiun MRT yang gw lewati ngelihat para calon penumpang berbaju atau kaos putih bertulis #01 (artinya gw gak sendiri); tapi hati ini berasa haru waktu turun dari MRT.
Stasiun yang pekan lalu sepi hari ini ramai banget, dan hampir seluruhnya berbaju putih dengan atribut #01 yang artinya pendukung Pak Jokowi. Gw gak sendiri, banyak yang punya rasa dan asa yang sama dengan gw ternyata. Belum keluar dari stasiun tahu2 ada yang teriak: JOKOWI!!! Sontak seisi lorong keluar teriak sama: JOKOWI!!!
Keluar dari stasiun MRT sekitar pukul 13.00, massa sudah ramai di sisi Jalan Jenderal Sudirman. Berbagai properti Tari Reog Ponorogo nampak di sisi trotoar. Gw pikir mau tampil kali nanti di dalam, eh belakangan gw baru tahu kalau mereka mentas di jalan situ untuk massa yang gak bisa masuk ke GBK. Massa juga sudah ada banyak sekali di kompleks GBK saat rombongan yang bareng jalan dengan gw masuk. Di belakang gw massa yang mau masuk gak ada habisnya.
Mau belok ke Istora, partai PKPI ternyata bikin panggung sendiri di sisi jalan, grup band REPVUBLIK lagi manggung. Keren juga pikir gw, tapi tujuan gw Stadion GBK. Di depan Istora ada antrean buat para peserta yang datang bisa berfoto yang langsung cetak dengan template #01 secara gratis. Ada relawan juga yang bagikan air mineral gratis.
Lewatin Istora, baru belok kiri menuju stadion. Di sinilah dapat kipas tangan yang dibagikan gratis buat para peserta yang lewat. Banyak bendera dan papan tertulis milik para pendukung disita keamanan. Ternyata masuk dalam stadion dilarang membawa bendera atau papan alat peraga kampanye (makanya sotoy kalo ada yang fitnah bilang dikasih uang di pintu gerbang kalo bawa bendera partai tertentu).
Massa yang berseliweran makin banyak saat lingkar luar stadion gw jalani. Sempat coba masuk ke tribun tuk cari kawan2 yang sudah terlanjur masuk, eh gw gak bisa. Pintu dijaga keamanan dan dilarang masuk karena sudah penuh. Saran yang diajukan jadi peserta festival: masuk ke lapangan lewat pintu buat bus yang biasanya bawa tim sepakbola yang bertanding. Setelah digeledah petugas, akhirnya gw masuk stadion.....
Pernah nonton film PELE (2016). Adeganawal filmnya hampir sama gw rasakan pas masuk. Masuk lapangan (walau rumputnya sudah dicover) gw cengo karena ke arah manapun gw memandang itu tribun penuh. Tapi lapangannya belum penuh sih. Jadi kayak berasa ditontonin orang di tribun. Serasa jadi atlet atau gladiator, walau sebenernya Gading Marten dan Indra Bekti-lah yang jadi fokus di panggung.
Sok langsing dan gesit, gw pun merangsek ke posisi depan panggung persis. Center-lah, tapi gak sampai nyentuh panggung. Kira2 15-20 meterlah dari panggung. Ngeri kalo gw pingsan kepanasan, karena lone wolf, siapa yang bakal nolongin. Jadi berstrategilah. Cukup di situ, toh masih ada tempat kosong di belakang.
Tapi, 5-10 menit kemudian situasi jadi susah bergerak. Padat banget di lapangan. Gak bisa mundur apalagi maju. Untung kondisi badan fit dan Tuhan sudah bantu dengan kasih cuaca cerah namun sesekali tertutup awan. Jadi, gak panas2 amat. Berdiri beberapa jam juga gak begitu terasa lantaran seru lihat para pengisi acara.
Apalagi aksi para artis di atas panggung itu nampak amat seru. Walau agak gak bisa lihat langsung lantaran pandangan ke depan sering keblok tangan2 yang lagi pada ngangkat HP-nya, tapi kehadiran artis2 itu terasa dan terkonfirmasi setiap muncul di layar besar yang ada di sisi panggung. Ngelihat Cak Lontong, Boris Bokir, Ari Kriting, atau Uus ngebanyol saja seru. Ditambah lagi para penyanyi yang gonta-ganti tampil. Ada Iwa Kusuma, Igor Saykoji, Andre Taulani, Desta, Nunung, Titi Puspa, Tina Toon, Karina Larasati, Angel Karamoy, pokoknya banyak deh!! Gak penyanyi cowok, gak penyanyi cewek, semua keren! Apalagi ada aksi puluhan gitaris top main bareng walau lagu yang dilantunkan gak sekeren nama besar mereka dan band mereka. Mungkin karena kebanyakan hehehehe... Secara kan mereka bukan orkestra.
Sempat mulai boring dan terpancing capek, eh Mars Slankers dilantunkan Kaka. Keren!! GBK bergelora, dan setelah lagu Kuil Cinta yang mengajak kita ingat akan pesan damai maka muncullah yang ditunggu. Pak Jokowi muncul setelah hitungan mundur dalam slide panitia.
FYI: Lima tahun silam, di Konser Salam Dua Jari gw masih inget banget kalo Jokowi masuk panggung sambil lari bagai pesepakbola yang habis cetak gol. Dan tadi, saat Jokowi mau masuk gw teriak: lari Pak kayak dulu! Orang2 yang berdiri di dekat gw sontak tertawa karena Pak Jokowi seakan dengar teriakan gw (padahal gak, pastinya). Doski lari loh masuk panggung. Gw meleleh, dia bisa sehati sama gw rakyatnya, walau cuma urusan cara masuk panggung.
Jokowi pun berpidato persis di depan gw. Dan ini melengkapi zigzag pertemuan kami. (FYI lagi: Pertama ketemu Jokowi dia di panggung, gw di bawah waktu Konser Salam Dua Jari [2014]; bulan lalu di acara Pemuda Pancasila gw ketemu Pak Jokowi juga, tapi dia di bawah panggung sementara gw lagi nyanyi di panggung jadi choir; sekarang beliau di panggung lagi dan gw di bawah.... FYI yang gak penting yah).
Gw denger pidatonya. Keren. Sebagai guru bahasa, memang ada nilai minus karena ada beberapa momen gugup yang buat beliau salah ucap. Tapi Jokowi sadar dan memperbaikinya. Tapi alur berucapnya gak mutar2. Tuturannya gw rasa dimengerti kita yang mendengarkan. Secara bahasa baik sekali, namun lebih bernilai lagi dalam pesan yang disampaikannya yang sama sekali gak menyinggung rivalnya dalam kontestasi ini.
Pertama beliau gak mengolok-olok lawannya atau memancing kita berpikir demikian. Walau ada sindiran dilantunkan perihal optimisme dan pesimisme, tapi Jokowi gak ejek lawannya yang menurut saya banyak bergantung dari berita dan cerita yang masih belum bisa dipertanggungjawabkan bahkan kerap memperoloknya.
Kedua, Jokowi mengajak dan menekankan kata "satu". Cerdas, karena kata ini jadi ambigu. Bersatu atau mempersatukan adalah diksi yang bagus dalam kondisi kebangsaan yang agak memanas dari persaingan dua kubu, tapi kata "satu" di dalam kata "bersatu" atau "mempersatukan" adalah kode yang melekat pada pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Ketiga, beliau gak asal ucap soal jumlah peserta yang hadir dalam rapat rakyat atau kampanye akbar ini. Gak seperti kubu lawan yang main klaim hingga satu juta peserta, Jokowi gak menyinggungnya. Padahal di beberapa media ada video tentang padatnya jalan-jalan akses yang berhubungan dengan GBK bahkan hingga Monas. Bisa saja ada klaim seperti tujuh juta peserta di waktu lalu, tapi Jokowi gak lakukan itu yah!
Closingnya pidato Jokowi yang keren. Kalo buat gw yang suka nonton film Kamen Rider atau Super Sentai dalam episode cross over begitu semisal film OOO, Den-O, All Riders: Let's Go Kamen Riders atau Super Hero Taisen Z, ini closing keren.
Di akhir pidato Jokowi perlahan Ma'ruf Amin dan Jusuf Kalla datang dari belakang. Setelah itu muncul perlahan para "jawara" pendukung dari belakang sosok2 besar seperti Surya Paloh, Hary Tanoesudibyo, Yusril Ihza Mahendra, Erick Tohir, Suharso Manoarfa, Airlangga Hartarto, Tuan Guru Bajang, Muhaimin Iskandar, Grace Natalie, Ustaz Yusuf Mansyur, bahkan Ruhut Sitompul dll. Jadi ada rasa keren2nya gitu.
Kelar pidato artinya sajian utama sudah terkonsumsi. Maksud hati mau dukung karena beliau kerap dibilang gak punya pendukung sebanyak lawannya (walau di survei yang ada banyakan Jokowi), ternyata silent majority yang bangkit tadi sebenernya gak butuh bantuan kehadiran gw karena sudah segitu banyaknya. So... Lihat artis sudah, dihibur sudah, denger pidato sudah. Saatnya pulang dan mengakhiri aksi lone wolf kali ini.
Gw beranjak keluar dengan perut lapar, whew... di luar banyak stand makanan yang menjual makanan. JUAL yah, bukan bagi-bagi nasi kotak. Belanja deh... Walau gak seberapa tapi keluar duit loh, bukannya ikut kampanye dan dibayar. Kecewa? Gaklah... Kan tujuan utamanya memang dukung Pak Jokowi bukan cari uang kemari.
Menjelang keluar komplek GBK lihat panggung depan Istora, busyet... di dalam Stadion GBK tadi artisnya masih ada yang nyanyi, di depan Istora ternyata God Bless lagi nyanyi juga. Achmad Albar sama Ian Antono lagi nyanyikan Panggung Sandiwara, bonus main ke acara Pak Jokowi masih ada ternyata.
Teman2 gak tertemukan, jadilah benar2 lone wolf... hingga saat sampai gerbang ketemu nantulang dan pariban gw yang ternyata ikutan juga dan jalan di belakang dari keluar Stadion GBK tadi katanya. Well, sempat punya companions, kita terpisah lagi saat melihat antrean buat masuk Stasiun MRT. Masuk stasiun loh kita antre saking banyaknya yang mau pulang duluan kayak gw (acara mah masih ada di dalam).
Lone wolf lagi, gw ngomong ke diri gw sendiri. Tapi mendadak gw berasa bego. Apanya yang lone? Nah itu orang2 se-MRT kan kawanan gw semua, nah yang tadi di stadion juga kawanan gw, dan bukankah Indonesia ini rame. Apanya yang lone (sendiri).
Sampai rumah mertua jemput istri dan anak2 eh ditunjukin undangan buat ke TPS Rabu nanti. Oke... mari lakukan anjuran Pak Jokowi tadi: Hari Rabu jangan takut datang ke TPS, pakai baju putih dan coblos yang baju putih. Tapi kalo gak punya baju putih ya gakpapa. (kalimat terakhir itu asli omongan Jokowi loh. Ini bapak pengertian amat ya, padahal banyak loh boss yang kadang nyuruh pakai dress code dan gak mau tahu kitanya punya baju warna begitu atau gak.)
Bila menang nanti bekerjalah lagi Pak buat kami. Banyakin senyum Pak. Jangan lelah walau kerjamu dicaci dan fitnah terus menghampiri. Bila ternyata kita kalah, berarti bangsa ini akan menyia-nyiakan niat baik dan usahamu.
Saran buat yang masih gamang, tusuklah orang yang sudah jelas bekerja!
Ini catatan gw saja loh. Dibaca silakan, nggak juga gapapa.
Salam jempol, Jokowi gaspol!
Bedahan, 14 April 2019 pukul 00.45
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI