Mohon tunggu...
gendeng irng
gendeng irng Mohon Tunggu... karyawan swasta -

seorang penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Lone Wolf (Catatan Perjalanan Sehari di GBK)

15 April 2019   14:35 Diperbarui: 15 April 2019   14:55 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tapi, 5-10 menit kemudian situasi jadi susah bergerak. Padat banget di lapangan. Gak bisa mundur apalagi maju. Untung kondisi badan fit dan Tuhan sudah bantu dengan kasih cuaca cerah namun sesekali tertutup awan. Jadi, gak panas2 amat. Berdiri beberapa jam juga gak begitu terasa lantaran seru lihat para pengisi acara.

Apalagi aksi para artis di atas panggung itu nampak amat seru. Walau agak gak bisa lihat langsung lantaran pandangan ke depan sering keblok tangan2 yang lagi pada ngangkat HP-nya, tapi kehadiran artis2 itu terasa dan terkonfirmasi setiap muncul di layar besar yang ada di sisi panggung. Ngelihat Cak Lontong, Boris Bokir, Ari Kriting, atau Uus ngebanyol saja seru. Ditambah lagi para penyanyi yang gonta-ganti tampil. Ada Iwa Kusuma, Igor Saykoji, Andre Taulani, Desta, Nunung, Titi Puspa, Tina Toon, Karina Larasati, Angel Karamoy, pokoknya banyak deh!! Gak penyanyi cowok, gak penyanyi cewek, semua keren! Apalagi ada aksi puluhan gitaris top main bareng walau lagu yang dilantunkan gak sekeren nama besar mereka dan band mereka. Mungkin karena kebanyakan hehehehe... Secara kan mereka bukan orkestra.

Sempat mulai boring dan terpancing capek, eh Mars Slankers dilantunkan Kaka. Keren!! GBK bergelora, dan setelah lagu Kuil Cinta yang mengajak kita ingat akan pesan damai maka muncullah yang ditunggu. Pak Jokowi muncul setelah hitungan mundur dalam slide panitia.

FYI: Lima tahun silam, di Konser Salam Dua Jari gw masih inget banget kalo Jokowi masuk panggung sambil lari bagai pesepakbola yang habis cetak gol. Dan tadi, saat Jokowi mau masuk gw teriak: lari Pak kayak dulu! Orang2 yang berdiri di dekat gw sontak tertawa karena Pak Jokowi seakan dengar teriakan gw (padahal gak, pastinya). Doski lari loh masuk panggung. Gw meleleh, dia bisa sehati sama gw rakyatnya, walau cuma urusan cara masuk panggung.

Jokowi pun berpidato persis di depan gw. Dan ini melengkapi zigzag pertemuan kami. (FYI lagi: Pertama ketemu Jokowi dia di panggung, gw di bawah waktu Konser Salam Dua Jari [2014]; bulan lalu di acara Pemuda Pancasila gw ketemu Pak Jokowi juga, tapi dia di bawah panggung sementara gw lagi nyanyi di panggung jadi choir; sekarang beliau di panggung lagi dan gw di bawah.... FYI yang gak penting yah).

Gw denger pidatonya. Keren. Sebagai guru bahasa, memang ada nilai minus karena ada beberapa momen gugup yang buat beliau salah ucap. Tapi Jokowi sadar dan memperbaikinya. Tapi alur berucapnya gak mutar2. Tuturannya gw rasa dimengerti kita yang mendengarkan. Secara bahasa baik sekali, namun lebih bernilai lagi dalam pesan yang disampaikannya yang sama sekali gak menyinggung rivalnya dalam kontestasi ini.

Pertama beliau gak mengolok-olok lawannya atau memancing kita berpikir demikian. Walau ada sindiran dilantunkan perihal optimisme dan pesimisme, tapi Jokowi gak ejek lawannya yang menurut saya banyak bergantung dari berita dan cerita yang masih belum bisa dipertanggungjawabkan bahkan kerap memperoloknya.

Kedua, Jokowi mengajak dan menekankan kata "satu". Cerdas, karena kata ini jadi ambigu. Bersatu atau mempersatukan adalah diksi yang bagus dalam kondisi kebangsaan yang agak memanas dari persaingan dua kubu, tapi kata "satu" di dalam kata "bersatu" atau "mempersatukan" adalah kode yang melekat pada pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Ketiga, beliau gak asal ucap soal jumlah peserta yang hadir dalam rapat rakyat atau kampanye akbar ini. Gak seperti kubu lawan yang main klaim hingga satu juta peserta, Jokowi gak menyinggungnya. Padahal di beberapa media ada video tentang padatnya jalan-jalan akses yang berhubungan dengan GBK bahkan hingga Monas. Bisa saja ada klaim seperti tujuh juta peserta di waktu lalu, tapi Jokowi gak lakukan itu yah!

Closingnya pidato Jokowi yang keren. Kalo buat gw yang suka nonton film Kamen Rider atau Super Sentai dalam episode cross over begitu semisal film OOO, Den-O, All Riders: Let's Go Kamen Riders atau Super Hero Taisen Z, ini closing keren.

Di akhir pidato Jokowi perlahan Ma'ruf Amin dan Jusuf Kalla datang dari belakang. Setelah itu muncul perlahan para "jawara" pendukung dari belakang sosok2 besar seperti Surya Paloh, Hary Tanoesudibyo, Yusril Ihza Mahendra, Erick Tohir, Suharso Manoarfa, Airlangga Hartarto, Tuan Guru Bajang, Muhaimin Iskandar, Grace Natalie, Ustaz Yusuf Mansyur, bahkan Ruhut Sitompul dll. Jadi ada rasa keren2nya gitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun