Gimana nduk…. Segerkan…
He’eh!!! Seger banget yah…
Pizzanya… makan lah pizzanya, enak gak
Enak kok yah…
Habis gitu kita pulang ya… masih mau jalan – jalan gak…
Nggak yah pulang aja.
Ayah??? Nanti kalau ayah sudah balik ke Jawa, kita ketemuan di Kota Lama aja ya…., di depan Gereja Blenduk, mau ndak…
Bener??? Nduke  mau nunggu ayah di Kota Lama…
Iya,,, nduke janji..!!!
Iya, ayah pasti datang nemuin nduke di Kota Lama. Dah sore pulang yuk nduk…..
15.30 mereka sudah sampai di rumah, dan Ita langsung bergegas mandi, selesai mandi Ita gak keluar – keluar lagi dari kamarnya suasana menjadi berubah, rasa cemas dan gelisah menyelimuti perasan Ita. Air matanya terus mengalir, Ita benar – benar tak menginginkan perpisahan, karena selama pernikahan mereka tidak pernah berpisah. Yadi terus menghibur Ita dan mencandainya, tapi air mata Ita tak mau berhenti terus saja mengalir seperti sungai, walau sekali- kali Ita menangis sambil tertawa karena candaan Yadi. Sambil menyiapkan keperluan suaminya, rasa sedihnya tak mau juga beranjak. Ita sangat mencintai Yadi.