Mohon tunggu...
Qisthi
Qisthi Mohon Tunggu... Mahasiswa -

biarkan mengalir saja...

Selanjutnya

Tutup

Film

Bajrangi Bhaijaan: Kebencian Mudah Dijual, Tapi Cinta...

19 Februari 2019   14:53 Diperbarui: 19 Februari 2019   16:28 1333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: bollywoodcrazies.com

"Kebencian mudah dijual, tapi cinta...", demikian pernyataan tersebut nampaknya memang dimaksudkan supaya dilanjutkan sendiri oleh para pendengarnya. Pernyataan ini saya kutip dari celetukan Chand Nawab, salah seorang tokoh kunci dalam film Bollywood berjudul "Bajrangi Bhaijaan".

Sebuah pernyataan yang membuat saya secara spontan menyentuh tombol pause, lalu berpikir sejenak. Entah mengapa pula, pernyataan Chand Nawab terdengar sangat masuk akal belakangan ini. Terutama di negara kita.

Terhitung sebelum saya memutuskan untuk menulis review ini, saya sudah berulang kali menonton film Bajrangi Bhaijaan sejak dirilis empat tahun yang lalu.. Tentunya bukanlah tanpa alasan, apalagi saya bukanlah penggemar film Bollywood, pada awalnya. Dalam film berdurasi 159 menit ini, kita diajak mengikuti perjalanan Bajrangi, Munni, serta Chand Nawab yang akan menyentuh rasa kemanusiaan kita.

Siapapun yang kau temui, kenal atau tidak, kau tetap harus merangkulnya.
Kisah ini bermula ketika gadis kecil bernama Shahida yang terpisahkan dari ibunya ketika dalam perjalanan pulang menuju kampung halamannya, Pakistan. Ia tersesat. Ibunya berada di Pakistan, sementara gadis ini di India.

Lalu, takdir pun menuntunnya bertemu dengan Bajrangi (Pawan), yang diperankan oleh aktor kawakan Salman Khan. Bajrangi ialah seorang pria India yang amat baik hati. Dikarenakan Shahida ialah gadis cilik yang tunawicara, berbagai kesalahpahaman pun terjadi diantara mereka. Kesalahpahaman yang justru menghidupkan unsur komedi dalam film ini.

Mulai dari Shahida yang kemudian dijuluki Munni oleh Bajrangi, hingga fakta mengejutkan bahwa Munni sebenarnya seorang warga negara Pakistan yang beragama Islam. Dua petunjuk kecil ini sangat mempengaruhi pandangan orang-orang.

Tak terkecuali ayah Rasika, Dayanand. Ia menentang keras kehadiran Munni di rumahnya. Menghendaki supaya Munni dipulangkan ke negaranya. Dengan dukungan wanita pujaan hatinya, Rasika, Bajrangi bertekad mengantarkan Munni kembali kepada orangtuanya. Bagaimanapun caranya.

Kejujuran tak selalu berbuah sial.
Bajrangi yang merupakan pemuja Bajrangbali atau Hanuman, ia memegang teguh prinsip untuk selalu jujur dimanapun ia berada. Hal itulah yang membuatnya menghadapi berbagai kesulitan dalam perjalanannya. Kejujuran serta keluguan Bajrangi ini tak disambut baik oleh orang lain.

Karena ketiadaan paspor serta triknya menyeberang melewati perbatasan, dia pun terjebak dalam permusuhan antar dua negara. Kebencian yang mengakar dimana-mana. Ia dicurigai sebagai mata-mata India yang menyusup ke Pakistan. Ah, betapa mudahnya untuk berprasangka buruk pada orang lain.

Namun kejujuran tak selalu berbuah sial. Kejujuran inilah yang kemudian mampu meluluhkan hati orang-orang baik di sekitarnya, termasuk Chand Nawab, seorang jurnalis Pakistan. Chand Nawab menjadi sosok penyeimbang bagi Bajrangi yang terkenal lugu dan polos.

Kebencian yang lebih mudah disulut.
Segala upaya mereka lakukan agar dapat menemukan orangtua Munni. Chand Nawab bahkan sudah berupaya agar saluran TV mau menyiarkan kisah Bajrangi dan Munni. Namun, apalah daya, upayanya ibarat cinta bertepuk sebelah tangan. Tak bersambut.

Bajrangi sudah telanjur dituduh sebagai mata-mata, seorang penyusup dari India. Isu inilah yang lebih dulu naik ke permukaan. Lalu melekat di benak orang-orang. Kebencian memang mudah disulut.

Kekuatan media, penyebar kasih sayang atau sebaliknya.
Hingga suatu ketika, Chand Nawab mendapat ide brilliant untuk mengunggah video yang berisikan kisah perjalanan mereka mencari orang tua Munni di situs berbagi video yaitu Youtube. Dalam rekaman videonya, Chand Nawab berkata, "Seluruh saluran TV menolak menyiarkan kisah ini. Menyebutnya murahan dan buang waktu. Dan tak akan ada yang tertarik." Mungkin, penolakan yang seperti ini memang berpotensi menjadi rahasia kelam dunia jurnalistik ya.

Lalu selang beberapa waktu, publik di kedua belah pihak pun mengetahui kisah ini. Kisah ini menjadi viral. Menjadi sorotan dimana-mana. Bajrangi pun mendapat simpati dari banyak orang. Lihatlah, betapa kekuatan media sangat mampu memengaruhi publik. Mengambil hati banyak orang. Atau sebaliknya.

Kasih sayang, penyatu perbedaan.
Saat yang dinantikan pun tiba, Munni bertemu dengan ibunya. Sekali lagi, ibarat kata, you win some you lose some. Pengorbanan harus dilewati. Sementara Munni kembali ke pelukan orangtuanya, Bajrangi harus mendekam di sel tahanan Pakistan. Ia ditangkap dan dipaksa untuk mengaku bahwa ia mata-mata India.

Bagaimanapun, kebencian memang telanjur tersebar. Beberapa orang tetap saja keukeuh bahwa Bajrangi ialah seorang mata-mata. Mengaburkan kebenaran bahwa kasih sayang Bajrangilah yang menggerakkannya untuk rela membantu Shahida tanpa menghiraukan latar belakangnya, bahwa ia orang Pakistan. Bajrangi memandang Shahida sebagai seorang manusia biasa, gadis kecil biasa.

Chand Nawab dengan dibantu jurnalis lainnya, berusaha menggalang dukungan publik supaya Bajrangi bisa dibebaskan dan diijinkan kembali ke negaranya. Upaya ini tidaklah sia-sia, kasih sayang mampu menggerakan semua orang. Menyatukan yang berbeda.

Spread love, make the world a better place.
Film ini sering saya tonton bersama keluarga kecil saya. Entah itu melalui laptop ataupun televisi jikalau salah satu stasiun televisi tengah menayangkannya. Meskipun kisah film ini mungkin terdengar klise atau melebih-lebihkan, namun bagi saya, kisah seperti iniah yang mampu mengingatkan kita agar selalu menyayangi satu sama lain, setiap harinya. Kepada yang dikenal, maupun yang belum dikenal.

Berharap supaya kita mampu menangkal setan kecil jahat bernama kebencian yang belakangan mudah hinggap di benak khalayak serta dianggap "hal-biasa". Biasa dari mananya? Dari Saturnus po? Hehe.

Andai saja ada banyak orang seperti Bajrangi di dunia ini. Pastilah, akan luar biasa, kita bisa aman, tenteram dan damai. We could heal the world, make it a better place, seperti kata mendiang Michael Jackson dalam lagunya.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun