Ada hal menarik selama aku di kampung. Banyak hal yang baru aku rasakan, tentang hubungan masyarakat, sahabat, kasih sayang diantara remaja dan masih banyak lagi yang membuat ku semakin bisa melupakan si-bajingan Rais.
  Di kampung itu asyik. Jauh dari hiruk pikuk keadaan kota seperti kota Makassar yang banyak ditemukan makaroni tapi lebih enak dari masakan di kampung.
  Belum lagi pengalaman dulu waktu aku masih kecil kini aku dapatkan lagi. Hanya saja bedanya, aku tidak lagi berperan sebagai anak kecil yang biasa berpegang pada jari-jari nya orang tuaku. Aku sudah bisa melangkah dengan kedua kakiku.
  Di pesta pernikahan satu kampung. Sekarang, aku ada disini menikmati pemandangan sajak-sajak cinta pernikahan. Indah banget menyaksikan kedua mempelai yang sedari tadi duduk di panggung pengantin, wajah hias rembulan dan sinar sang maestro cinta bertemu di pelaminan dalam acara cinta yang mereka nantikan.
  Melihat mereka dengan penuh karomah cinta itu. Aku seharusnya bahagia merasakan betapa indahnya kehidupan ini tapi kebahagiaan hatiku walau aku paksa agar bisa tersenyum lewat wajah ayu ini justru membuatku ingin meneteskan air mata.
  Aku teringat oleh kekejaman cinta yang Rais lakukan padaku. Aku teringat oleh janji manisnya padaku yang dulu selalu dia katakan padaku bahwa kami akan menikah. Nyata nya, aku di buai oleh harapan indah yang berhalam-halaman tidak memiliki nomor kepastian.
  Tidak apalah ! Aku tidak mesti larut dalam masalah yang tidak pernah bisa berpihak padaku. Mungkin saja, disini akan ada hal yang menarik, yang bisa aku lakukan atau ada cinta yang lebih baik lagi yang sengaja Illahi kirimkan untukku, kan aku tidak pernah tau rencana Tuhan seperti apa.
  Toh, segala sesuatu dengan sembunyi-sembunyi yang tidak ditampakkan kepada siapapun, biasanya Illahi akan mengirimkan juga suatu hal yang sembunyi-sembunyi untukku, mungkin saja itu benar ! Dan mungkin saja itu adalah seorang laki-laki yang begitu penyayang melebihi si Rais brengsek itu, mengucap kan namanya saja seakan lidahku berat untuk diangkat.
  Hmm...! Tapi siapa ? Mataku kini berkelana menoropong dan melihat-lihat keadaan. Menikmati pemandangan, mencuci mata, refreshing untuk mendapatkan penawaran hati bahwa aku sudah siap menerima pesanan kasih sayang yang apabila ada orang lain yang menyatakan sikap cintanya padaku sebaiknya aku terima saja. Daripada larut dalam keadaan yang tidak menyehatkan bagiku mendingan aku belajar untuk mengenal cinta yang lain apabila cinta itu datang saat ini.
  Di kesempatan yang sama juga, seorang teman lama. Dia adalah Anggun, teman sekolah waktu SMP dulu. Tiba-tiba saja menghampiri ku dengan ucapan "Apa kabar, Ros ?."
  Tentu saja aku kaget dan dibuat heran dengan kedatangan nya tiba-tiba. Dia datang dengan mengagetkan ku yang saat ini, aku masih duduk di sebuah kursi. Padahal mata ini sudah nyaman dengan melihat kedua mempelai diatas panggung begitu gembiranya. Lalu, mataku mulai tertuju pada seorang wanita yang tadi menanyai kabarku sambil mengingat-ingat siapa wanita yang baru saja menyapaku.