Dengan adanya Alin dirumah ini, mereka menilaiku sebagai seorang laki-laki bejat yang tidak mungkin mau bertanggungjawab terhadap perilakuan asmaraku padanya.
  Bukankah dulu aku sudah pernah memberi kebahagiaan kepada istriku ?. Bukankah aku sudah berlaku adil pada setiap tetesan air mata yang masih terasa ini. Jika aku mengatakan dihadapan mereka bahwa aku sering menangisi masalah yang dulu pernah menjadi tempat memanja, yang penuh semangat, penuh kasih, mereka pasti akan mengatakan bohong.
  Itu pasti !. Hanya ada satu alasan dari sekian banyaknya alasan yang bisa mereka katakan padaku, yaitu mereka tidak pernah melihat dimana air mata itu menetes, dimana aku saat begitu bersalahnya, dimana mereka melihatku ketika aku hendak jauh dari kampung ini.
  Hal itu yang pasti akan mereka katakan. Dari balik jendela tetap kupandangi wajah mereka, aku tidak melihat diwajah mereka ada semacam ketidak-sukaan yang bisa saja kujadikan dasar bahwa mereka memang marah. Tapi apa tujuan dari mereka mengatakan demikian pada ibuku bahwa aku adalah sekian dari laki-laki yang selalu suka memainkan perasaan wanita, diikat dengan tali pernikahan kemudian diputuskan seenak yang mereka bahasakan pada ibuku.
  Tidak lama kemudian, Alin keluar dari dalam kamar. Dia berdiri dibelakangku dan menyaksikan wajahku memerah bahkan aku sampai tidak sadar sejak kapan dia berada dibelakangku.
  Aku hanya merasakan ada rasa hangat, berasa dingin-dingin menempel di kulit lengan tanganku. Kulihat, aku menyaksikan lilitan tangan sedang berbicara, mungkin ini adalah suatu proses dimana cinta bisa meredahkan amarah ini.
  "Alin. Kamu disini dari tadi ya ?."
  "Tidak. Baru saja. Siapa yang ribut-ribut diluar. Suara mereka terdengar sampai dikamar."
  "Entahlah !. Hanya sebagian orang yang datang berbincang-bincang dengan ibuku. Tidak ada yang penting, Alin." Jawabku padanya.
  "Tapi aku mendengar mereka seperti serius, ada apa ? Suruh mereka masuk kedalam rumah, Syarif. Kenapa dibiarkan diluar bicara dari tadi ?.''
  "Bukan aku yang membiarkan mereka, Alin. Coba kamu dengarkan apa yang sedang mereka bicarakan. Mungkin dengan mendengarnya, kamu akan tahu apa yang sedang mereka bicarakan."