Mohon tunggu...
QayyumNaya
QayyumNaya Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Penulis

Hanya Penulis biasa yang suka menulis. Hobi membaca dan menulis. Dan biasa saja dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terusiknya Kasih

9 Juli 2023   07:13 Diperbarui: 9 Juli 2023   07:20 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


    Dengan adanya Alin dirumah ini, mereka menilaiku sebagai seorang laki-laki bejat yang tidak mungkin mau bertanggungjawab terhadap perilakuan asmaraku padanya.


    Bukankah dulu aku sudah pernah memberi kebahagiaan kepada istriku ?. Bukankah aku sudah berlaku adil pada setiap tetesan air mata yang masih terasa ini. Jika aku mengatakan dihadapan mereka bahwa aku sering menangisi masalah yang dulu pernah menjadi tempat memanja, yang penuh semangat, penuh kasih, mereka pasti akan mengatakan bohong.


    Itu pasti !. Hanya ada satu alasan dari sekian banyaknya alasan yang bisa mereka katakan padaku, yaitu mereka tidak pernah melihat dimana air mata itu menetes, dimana aku saat begitu bersalahnya, dimana mereka melihatku ketika aku hendak jauh dari kampung ini.


    Hal itu yang pasti akan mereka katakan. Dari balik jendela tetap kupandangi wajah mereka, aku tidak melihat diwajah mereka ada semacam ketidak-sukaan yang bisa saja kujadikan dasar bahwa mereka memang marah. Tapi apa tujuan dari mereka mengatakan demikian pada ibuku bahwa aku adalah sekian dari laki-laki yang selalu suka memainkan perasaan wanita, diikat dengan tali pernikahan kemudian diputuskan seenak yang mereka bahasakan pada ibuku.


    Tidak lama kemudian, Alin keluar dari dalam kamar. Dia berdiri dibelakangku dan menyaksikan wajahku memerah bahkan aku sampai tidak sadar sejak kapan dia berada dibelakangku.


    Aku hanya merasakan ada rasa hangat, berasa dingin-dingin menempel di kulit lengan tanganku. Kulihat, aku menyaksikan lilitan tangan sedang berbicara, mungkin ini adalah suatu proses dimana cinta bisa meredahkan amarah ini.


    "Alin. Kamu disini dari tadi ya ?."


    "Tidak. Baru saja. Siapa yang ribut-ribut diluar. Suara mereka terdengar sampai dikamar."


    "Entahlah !. Hanya sebagian orang yang datang berbincang-bincang dengan ibuku. Tidak ada yang penting, Alin." Jawabku padanya.


    "Tapi aku mendengar mereka seperti serius, ada apa ? Suruh mereka masuk kedalam rumah, Syarif. Kenapa dibiarkan diluar bicara dari tadi ?.''


    "Bukan aku yang membiarkan mereka, Alin. Coba kamu dengarkan apa yang sedang mereka bicarakan. Mungkin dengan mendengarnya, kamu akan tahu apa yang sedang mereka bicarakan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun