Abu Nawas langsung pergi ke istana menghadap Baginda. Dalam hatinya berkata, "sekarang giliran ku yang akan membuat mencari solusinya. Selama ini, selalu aku yang dibuat mencari solusi dari setiap keinginan nya yang aneh."
Setelah berbasa-basi maka Baginda bertanya kepada Abu Nawas.
"Ada apa Abu Nawas ? Kau datang tanpa kupanggil ? Apakah ada yang begitu serius ?." Tanya Baginda Raja yang belum tahu apa maksud kedatangan Abu Nawas menemuinya.
"Ampun Tuanku Yang Mulia Raja, hamba baru saja pulang dari suatu desa yang sangat menegangkan dan menganeh kan sekali.''
"Desa aneh, apa keanehannya ?. Beritahukan padaku agar kita bisa memperbaiki keanehan itu." Jawab Baginda Raja.
"Di desa tersebut ada orang menjual bubur laris yang khas dan sangat lezat dan sungguh sangat enak sekali. Di samping itu hawa di desa itu benar-benar sejuk dan segar tidak ada desa seperti itu yang pernah aku singgahi." Abu Nawas meyakinkan Baginda Raja.
"Aku ingin berkunjung ke desa itu agar aku tahu seperti apa keanehan dan kesegaran hawa disana. Pengawal, Siapkan pasukan !." Perintah Baginda Raja.
"Ampun Tuanku Yang Mulia Raja, kalau boleh jangan membawa pengawal, Tuanku. Baginda harus menyamar jadi orang biasa agar bisa bersentuhan langsung dengan Masyarakat di desa itu. Kesegaran hawa dan keanehan di desa itu hanya bisa diketahui kalau Baginda bersentuhan dengan masyarakat yaitu dengan cara menyamar."
Jawab Raja, ''wahai Abu Nawas, ini demi keselamatan ku sebagai seorang raja. Kalau aku kenapa-kenapa, siapa yang akan membantuku ?.''
Tentu saja Raja merasa was-was jika harus menyamar tanpa pengawalan dari anak buahnya.
Sekali Abu Nawas memberi penjelasan, "ampun Tuanku Yang Mulia Raja jika membawa tentara maka orang desa akan ketakutan dan Tuanku takkan dapat melihat orang menjual bubur khas itu apalagi menanyakan keanehan serta hawa segar itu."