Mohon tunggu...
Qatrunnada Rafifa
Qatrunnada Rafifa Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis yang masih belajar menulis

Saya seorang penulis amatir. Disini saya ingin belajar menjadi penulis yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kesombongan Elisa Yang Malah Menjatuhkannya

4 Desember 2022   14:10 Diperbarui: 4 Desember 2022   14:23 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cr:https://pin.it/1cb3zXV

"Sana pergi buang sampahnya!" Perintah Elisa.

"Itukan tugasnya kamu, kenapa jadi aku yang ngerjainnya," tolak fauziyah mentah mentah.

"Aku ngak mau! Pokonya kamu yang buang sampah, sekalian jangan lupa sapu kelasnya sampe bersih!" Elisa pun langsung keluar tanpa beban sedikit pun.

Fauziya mendengus kesal. Tak urung ia tetap melaksanakan perintah dari Elisa.

"Kamu itu ngak boleh nyuruh Fauziya begitu. Fauziya juga temen kita. Ngak baik." Nasehat temannya, saat ia baru keluar dari kelas.

"Biarin, lagian siapa suruh perusahaan ayahnya bangkrut. Pokonya aku ngak mau temenan sama orang miskin kaya dia." 

Saat fauziya akan lewat, Elisa dengan sengaja menjulurkan kaki nya. Fauziya yang tidak sadar pun terjatuh. Ia meringis, sepertinya lututnya terluka.

"Bye bye anak bangkrut," ucap Elisa sambil menjulurkan lidahnya. Fauziya di bantu teman temannya untuk berdiri. Sepertinya Fauziya harus ke UKS secepatnya.

"Apa apaan sih Elisa itu, mentang mentang papanya kaya dia jadi sombong." Ucap teman sebangku Fauziya, Sani.

"Ehh lutut kamu luka, sini aku bantu ke UKS" 

"Aku ngak papa kok, nanti aja aku obatin di rumah," tolak fauziya halus.

"Fauziya kalau ngak diobatin cepat nanti infeksi lhoo. Memang kamu mau di operasi?" Ujar Sani menakut nakuti.

Fauziyah menggeleng pelan, Sani pun menuntun Fauziya ke UKS.

Besoknya Fauziya tidak masuk sekolah. Tidak ada yang mendapat kabar kenapa Fauziya tidak hadir. Apa Fauziya baik baik saja?

Sudah 3 hari semenjak kejadian fauziya terjatuh karena Elisa. Dan selama 3 hari pula Fauziya tidak datang ke sekokah. Sani dan teman temannya pun khawatir dan berniat menjenguk Fauziya.

Di perjalanan Sani melihat seseorang sendang mencari plastik plastik yang masih bisa di daur ulang. Sani dan teman teman pun mendekat. Wajah anak ini sangat familiar, tapi siapa??

"Hai teman-teman." Sapa Fauziya. Semua orang menjadi bungkam. Tak menyangka bahwa anak ini adalah Fauziya, teman satu kelasnya.

"Fauziya kenapa kamu tidak hadir di sekolah selama 3 hari ini?" Ucap Sani lirih.

"Maaf teman-teman, aku harus membantu ayah untuk mencari uang. Ibuku sedang sakit. Tapi aku mempunyai adik yang kelaparan.  Mau tidak mau aku harus bekerja. Aku tidak tega melihat wajah lelah ayah dan tangisan adikku yang kelaparan." Ucap sendu Fauziya.

"Misquen, misquen. Sana jauh jauh aku ngak mau terkena bau busuk kamu. Aku ngak mau punya temen kaya kamu." Ujar Elina tanoa oersaan sedikit pun.

Semua orang pun memusatkan perhatiannya kepada Elina.

"Kaya kami dongg, hidup senang, makan enak. Lagian ini penampilan kamu kok kaya gembel gini. Ihh, udah berapa hari sih ngak mandi. Bau banget." Ujar Elisa menggebu gebu.

"Sutttt, Elina kamu ngak boleh begitu. Kamu bisa bikin Fauziya sedih. Seharusnya kita itu semangatin dia dan bantu dia. Bukan malah ngerendahin dia." Ujar Sanii

"Yaa, aku gak peduli sih. Ehh, aku udah di jemput supir nii. Bye teman teman." Pamit Elisa. 

"Jangan di masukkin ke hati kalimat si Elisa tadi Fauziya. Aku bisa bantu kamu kok. Aku bakal tanya papa apa masih ada lowongan kerja di perusahannya, suapa ayah kamu punya pekerjaan tetap. Jadi kamu besok bisa sekolah." 

"Aku juga bisa minta tolong Mama untuk ngerawat ibu kamu. Kan mama aku dokter." 

Hati Fauziya pun mengahangat. Ia lupa. Selama ini ia memiliki teman teman baik hati. Ia juga malu untuk meminta bantuan teman teman sebelumnya. Ia takut di rendahkan.

"Terima kasih banyak teman teman." Ucap Fauziya tersenyum.

Lain dengan Fauziya, Elisa sedang mengamuk di rumahnya. Ia membanting semua barang yang ada di dekatnya. Bahkan handphone mahalnya pun ikutan menjadi korban.

"AKU NGAK MAU JATUH MISKIN. AYAAAH BILANG INI CUMA BERCANDA. AYAH NGAK BANGKRUT KAN?" Ujar Elisa sambil menangis.

Sepulang dari tempat Fauziya, ia mendapat kabar bahwa ayahnya di tipu sehingga mengalami kebangkrutan. 

Elisa menangis sejadi jadinya. Mau ditaruh dimana mukanya saat bertemu teman temannya besokk. Ia malu, ia tidak mau menjadi orang kurang mampu seperti Fauziya.

Besok nya Elisa dengan wajah sedihnya datang ke sekolah. Ia akan meminta maaf kepada Fauziya. Apa fauziya mau memaafkannya?

Apa fauziya akan baik kepadanya? Apa ini yang dinamakan dengan karma? Entahlah, ia hanya bisa menghela nafas dan menunduk untuk menutupi wajah nya.

"Fauziya, aku ingin meminta maaf. Aku sadar semua yang aku lakukan tidak baik. Aku tidak berharap di maafkan setidaknya aku sudah mencoba meminta maaf," ujar Elisa. 

Ia mendengar bahwa ekonomi keluarga Fauziyah sudah lebih membaik. Elisa takut Fauziya akan membalas perbuatan jahatnya yang dulu.

Tetapi malah sebaliknya Fauziya tersenyum dan memaaf kan Elisa.

"Aku sudah memaafkan kamu kok Elisa. Lagian keluarga ku sudah membaik. Lain kali kamu jangan sombong dan membangga kan harta ya. Semua itu hanya titipan Tuhan, yang bisa Ia tarik kapan pun Ia menginginkannya," ucap Fauziya dengan tulus. 

"Kesombongan adalah karma kita yang paling merepotkan dan rintangan yang besar." Tambahnya lagi

Kini Elisa meminta maaf kepada seluruh teman temannya dan meminta bantuan. Teman teman pun berbaik hati membantu Elisa. Mereka pun menghubungi orang tua masing masing dan menanyakan ada kah lowongan kerja untuk ayahnya Elisa.

Elisa pun tersenyum hangat. Ia menyesal dengan perbuatannya dulu yang sangat jahat. Bahkan semua teman  temannya sekarang mau berbaik hati menolong Elisa. Ia akan mengingat pesan dari Fauziya. Ia berjanji mulai dari hari ini ia akan berubah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun