Saya kira, hampir semua dari kita pernah mengikuti kuis online yang menyenangkan yang bisa mengungkap sesuatu yang mendalam tentang kepribadian kita.
Misalnya, yang paling populer adalah tes MBTI. Apakah Anda seorang ISFJ atau ENTP? Apakah bahasa kasih Anda act of service atau words of affirmation? Saat stres, apakah bahasa stres Anda fight, flight, freeze, atau fawn? Kategorisasi menarik ini ada di mana-mana, dan menawarkan janji yang menggiurkan: untuk menyederhanakan sifat kompleks dari diri kita.
Tapi, let's be real. Meskipun menyenangkan melihat diri kita digambarkan dengan rapi dalam beberapa kalimat, hidup tidak sesederhana itu.Â
Kita bukanlah karakter statis dalam karya fiksi, kita terikat oleh serangkaian sifat dan perilaku yang tetap. Kita adalah makhluk yang dinamis dan memiliki banyak segi yang terus berkembang melalui pengalaman kita.
Jadi, sebelum kita mengategorikan diri ke dalam tipe kepribadian atau love language atau stress language atau kategorisasi tertentu lainnya, mundur sebentar dan mari renungkan artikel ini bersama-sama.Â
Kategori-kategori ini bisa sangat berguna untuk refleksi diri dan pertumbuhan, tetapi hanya jika kita menggunakannya dengan bijak.
Dalam artikel ini, kita akan mempelajari cara memanfaatkan kerangka psikologis ini untuk lebih memahami diri kita sendiri, tanpa membiarkan label kategori yang ada membatasi pengetahuan kita atas diri kita.
Dalam bidang psikologi populer, banyak dijumpai berbagai kerangka kerja untuk memahami perilaku dan emosi manusia. Dari tipe kepribadian dan stress language hingga love language, model-model ini menawarkan cara untuk mengategorikan dan memahami kehidupan batin kita yang kompleks.
Melabeli diri kita dengan mengotakkan diri ke salah satu kategori tersebut juga semudah menjawab beberapa pertanyaan online.
Apakah tidak boleh?