Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Istilah-istilah Kesehatan Mental Digunakan Sembarangan

20 September 2023   15:40 Diperbarui: 21 September 2023   04:15 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan sekedar sedih, bukan sekedar harus selalu rapi, bukan sekedar tidak bisa tidur, mereka berada dalam keadaan di mana mereka tidak dapat berfungsi sebagaimana orang tanpa gangguan.

Kita tidak main-main dengan berkata "Gue batuk nih, pasti gue kena kanker paru-paru" karena kita menyadari bahwa batuk bukan selalu gejala kanker dan kanker adalah sesuatu yang bersifat kritis dan membutuhkan penanganan serius, bukan malah dijadikan pembicaraan kasual yang diselingi canda tawa. 

Sama saja seperti sedih, belum tentu depresi atau tidak bisa tidur belum tentu insomnia. Butuh penegakan diagnosis oleh profesional kesehatan untuk mengonfirmasi gangguan tersebut agar penanganannya tepat.

Secara khusus, penyalahgunaan terminologi kesehatan mental menimbulkan beberapa konsekuensi yang merugikan yang dapat dirangkum dalam poin berikut:

  • Meremehkan gangguan dan penyintas: Penyalahgunaan istilah dapat meremehkan perjuangan individu dengan kondisi kesehatan mental yang sebenarnya, menciptakan lingkungan di mana pengalaman mereka tidak dianggap serius.
  • Memperkuat stigma bahwa kesehatan mental tidak seserius itu: Penyalahgunaan istilah-istilah ini melanggengkan stereotip dan menstigmatisasi mereka yang benar-benar berjuang melawan gangguan ini, sehingga mempersulit mereka untuk mencari bantuan karena takut tidak dipahami atau dipercaya.
  • Semakin tersesat dalam istilah yang disalahgunakan: Penyalahgunaan istilah secara sembarangan berkontribusi pada kurangnya pemahaman tentang berbagai kondisi kesehatan mental, sehingga menghambat percakapan dan kesadaran yang bermakna.
  • Menghambat pencarian bantuan: Individu mungkin ragu untuk mencari bantuan profesional ketika diperlukan, dengan asumsi bahwa pengalaman mereka tidak cukup signifikan untuk memerlukan dukungan.

Kenapa & Harus Bagaimana

Beberapa faktor berkontribusi terhadap penyalahgunaan terminologi kesehatan mental adalah:

  • Kurangnya kesadaran: Banyak orang tidak menyadari definisi klinis dan implikasi istilah kesehatan mental. Mereka menggunakannya berdasarkan pemahaman mereka yang terbatas atau bagaimana mereka memandang orang lain menggunakannya.
  • Normalisasi istilah kritis dalam budaya populer sebagai sesuatu yang kasual: Semakin sering istilah-istilah ini digunakan secara santai dalam percakapan sehari-hari dan budaya populer, maka penyalahgunaan istilah-istilah tersebut akan semakin dinormalisasi. Hal ini melanggengkan siklus kesalahpahaman.
  • Pengaruh media sosial: Platform media sosial sering kali melanggengkan penggunaan istilah kesehatan mental secara sembarangan. Meme, lelucon, dan konten viral secara tidak sengaja bisa meremehkan kondisi tersebut.

Lalu, harus bagaimana?

Mengatasi penggunaan terminologi kesehatan mental yang sembarangan memerlukan upaya kolektif, di antaranya adalah:

  • Edukasi diri dan orang lain: Bekali diri sendiri dan edukasi orang lain dengan pengetahuan untuk mengenali pentingnya istilah-istilah yang berkaitan dengan kesehatan mental.
  • Hanya percaya dan menyerap informasi dari media/tokoh yang bertanggung jawab: Mendorong penggambaran kesehatan mental yang bertanggung jawab di media dan budaya populer untuk menghindari melanggengkan stereotip.
  • Cross-check arti dari istilah yang baru didengar dan/atau istilah yang akan kita gunakan: Masih berkaitan dengan poin di atas, jangan langsung percaya media atau ucapan seseorang yang menggunakan istilah yang berkaitan dengan kesehatan mental. Latih skeptisisme dalam hal ini; karena bisa saja orang tersebut menggunakan istilah tersebut sembarangan karena tidak tahu atau karena konten tersebut murni hiburan dan bukan konten edukasi.
  • Berpikir sebelum berbicara: Dorong percakapan yang bijaksana tentang kesehatan mental. Dorong orang untuk berpikir sebelum menggunakan istilah-istilah ini dan jelaskan implikasinya bila diperlukan.
  • Beri contoh dengan mulai dari diri sendiri: Perhatikan bahasa yang kita gunakan dan gunakan terminologi kesehatan mental secara bertanggung jawab dalam obrolan kita sehari-hari.

Penutup

Kesimpulannya, perluasan kesadaran kesehatan mental tidak diragukan lagi merupakan langkah positif menuju masyarakat yang lebih berbelas kasih dan berempati. 

Namun, kita harus berhati-hati agar tidak meremehkan kemajuan yang telah dicapai dengan menggunakan terminologi kesehatan mental secara sembarangan. 

Dengan memahami implikasi dari istilah-istilah ini, mendorong pendidikan, dan mendorong diskusi yang bijaksana, kita dapat memastikan bahwa kesehatan mental tetap menjadi topik yang benar-benar menjadi perhatian dan pemahaman, bukan sekedar topik yang dilebih-lebihkan. 

Kata-kata kita penting, dan jika menyangkut kesehatan mental, kata-kata tersebut dapat memberikan pengaruh besar dalam mendukung mereka yang benar-benar membutuhkannya. (oni)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun