Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Checkout sebagai Bentuk Self-reward: Jangan Sampai Impulsive atau Compulsive Buying

25 Juni 2023   14:49 Diperbarui: 25 Juni 2023   15:33 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Compulsive buyer sering kehilangan kendali atas perilaku belanja mereka dan mungkin merasa terjebak dalam siklus compulsive buying dan rasa bersalah atau menyesal.

Terbiasa berbelanja dengan sehat dan menghindari pembelian yang berlebihan atau pembelian yang tidak disadari membutuhkan pendekatan yang penuh niat dan kesadaran. 

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat kita lakukan untuk mengendalikan diri dan membuat keputusan yang lebih tepat dalam berbelanja, termasuk belanja online:

  • Tetapkan Anggaran: Sebelum mulai berbelanja, buat anggaran untuk diri sendiri. Tentukan jumlah maksimum yang ingin dibelanjakan dan patuhi anggaran tersebut. Hal ini dapat membantu kita menghindari impulsive buying dan memastikan kita membuat pilihan sadar sesuai dengan kemampuan finansial kita.
  • Buat Daftar Belanja: Buat daftar barang spesifik yang dibutuhkan atau benar-benar ingin dibeli. Hindari menyimpang dari daftar tersebut sebisa mungkin. Hal ini membantu kita tetap fokus dan mengurangi kemungkinan melakukan impulsive buying.
  • Jangan Langsung Checkout: Ketika menemukan barang yang ingin dibeli, praktikkan "kepuasan yang tertunda" atau delayed gratification. Beri diri sendiri jeda, seperti 24 jam atau beberapa hari, sebelum benar-benar checkout dan bayar. Hal ini memberikan waktu untuk berpikir rasional dan refleksi, yang membantu kita menentukan apakah barang tersebut adalah kebutuhan asli atau keinginan sesaat.
  • Pertimbangkan Nilai dan Kualitas: Alih-alih hanya berfokus pada harga atau diskon, pertimbangkan nilai dan kualitas barang yang diminati. Carilah produk yang sesuai dengan kebutuhan, preferensi, dan tujuan jangka panjang. Berinvestasi pada barang-barang berkualitas lebih tinggi yang akan bertahan lebih lama bisa lebih memuaskan daripada mengalah pada alternatif yang impulsif dan lebih murah.
  • Hindari Berbelanja Saat Emosional: Berhati-hatilah saat berbelanja ketika sedang mengalami emosi yang intens seperti stres, kesedihan, atau kebosanan. Keadaan emosional dapat menyebabkan perilaku impulsive buying, atau yang lebih parah bisa menjadi compulsive buying. Sebaiknya, temukan cara yang lebih sehat untuk mengatasi emosi kita terlebih dahulu.
  • Evaluasi Kebiasaan Belanja: Secara teratur evaluasi kebiasaan belanja kita dan tinjau lagi untuk apa saja pengeluaran kita. Pertimbangkan apakah itu sudah selaras dengan nilai-nilai kita, tidak memberatkan secara finansial, memberikan kepuasan sejati, dan berkontribusi secara positif dalam hidup. Evaluasi ini membantu kita untuk lebih sadar dan memberdayakan kitauntuk membuat pilihan belanja yang lebih sehat.

Dengan menerapkan strategi di atas, atau mungkin strategi pribadi yang kita kembangkan masing-masing, kita dapat mengembangkan kebiasaan berbelanja yang lebih sehat, menghindari pembelian yang tidak perlu dan tidak sadar, serta mendapatkan kembali kendali atas pengeluaran kita. 

Ingatlah bahwa sesekali memanjakan diri dengan memanjakan diri atau menghadiahi diri sendiri, atau self-reward, adalah hal yang wajar, tetapi menjaga keseimbangan dan membuat pilihan yang hati-hati adalah kunci kesejahteraan finansial jangka panjang dan kepuasan yang hakiki. (oni)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun