Keinginan untuk menyesuaikan diri dengan perilaku kelompok dapat menyebabkan individu mengadopsi sikap dan perilaku yang sama terhadap ketepatan waktu.
Kurang Motivasi
Faktor psikologis seperti motivasi pribadi dan orientasi pada tujuan berperan dalam menentukan perilaku ketepatan waktu. Dalam budaya di mana ketepatan waktu sangat dihargai, individu mungkin secara intrinsik termotivasi untuk tepat waktu karena tujuan pribadi, disiplin diri, dan rasa tanggung jawab.Â
Namun, dalam konteks di mana ketepatan waktu tidak terlalu ditekankan, individu mungkin kekurangan motivasi intrinsik atau merasakan lebih sedikit imbalan pribadi karena tepat waktu. Akibatnya, budaya ngaret semakin tumbuh subur.
***
Penting untuk dicatat bahwa perspektif psikologis memberikan wawasan tentang faktor individu dan budaya yang memengaruhi budaya ngaret. Namun, sangat penting untuk menyadari bahwa setiap orang dapat bervariasi dalam menyikapi budaya ngaret ini.Â
Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, nilai, dan faktor situasional. Memahami faktor psikologis yang terlibat dapat membantu menginformasikan intervensi dan strategi untuk mempromosikan ketepatan waktu jika dianggap penting dalam konteks tertentu, seperti dalam organisasi tertentu atau lingkungan profesional.
Memahami kaitan psikologis antara konformitas, prokrastinasi, dan budaya ngaret pada masyarakat Indonesia menyoroti bagaimana aspek sosial budaya membentuk sikap dan perilaku individu. Memahami hal-hal di atas diharapkan dapat membuat kita dapat mengurangi prokrastinasi dan mendorong kita untuk tepat waktu.Â
Aspek sosial budaya mungkin menjadi aspek yang dominan dalam kajian budaya ngaret, yang mana ketika secara kolektif kita tidak menghargai waktu maka sesuai dengan teori konformitas akan banyak dari kita yang merasa tidak ada masalah dengan ngaret.Â
Meskipun demikian, kita dapat pelan-pelan mengubah kebiasaan ini dengan mulai dari diri kita sendiri; hargai waktu, pahami lebih dalam apa yang menyebabkan kita menunda atau melakukan prokrastinasi dalam berbagai hal (termasuk berangkat untuk janji temu) dan sebisa mungkin usahakan untuk tidak melestarikan budaya ngaret.
Kalau bisa efisien, kenapa tidak?
Dengan memahami faktor-faktor di atas, harapannya kita dapat mengembangkan pendekatan yang seimbang yang menghormati norma-norma budaya sekaligus mengupayakan produktivitas dan ketepatan waktu secara pribadi. (oni)