Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Konformitas, Prokrastinasi, dan Budaya Ngaret

26 Juni 2023   07:00 Diperbarui: 26 Juni 2023   12:56 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misal, "habis maghrib"nya kita bisa berarti jam 6, setengah 7, atau bahkan jam 7. Bahkan, "jam 7" pun dapat ditafsirkan jam 7.05 atau 7.30 atau 7.45. 

Preferensi budaya untuk komunikasi konteks tinggi dapat menyebabkan kurangnya kejelasan, sehingga memudahkan individu untuk membenarkan prokrastinasi atau menafsirkan waktu secara fleksibel.

Pengkondisian Budaya
Secara psikologis, individu dibentuk oleh lingkungan budaya dan proses sosialisasi mereka. Dalam kasus masyarakat Indonesia, pengondisian budaya memainkan peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku terhadap ketepatan waktu. 

Penekanan budaya pada kolektivisme, hubungan interpersonal, dan harmoni sosial memengaruhi individu untuk memprioritaskan interaksi dan hubungan sosial daripada tepat waktu. 

Terdengar konyol, tetapi hal ini benar-benar terjadi. Pengondisian budaya ini dapat membentuk persepsi individu tentang waktu dan prioritas mereka, yang mengarah ke pendekatan tepat waktu yang lebih santai.

Fokus Waktu
Fokus waktu individu yang mengacu pada cara pandang mereka terhadap waktu dan kepentingannya dapat mempengaruhi budaya ngaret.

Di Indonesia, seringkali kita fokus pada saat ini, di mana individu berfokus pada apa yang terjadi dan apa yang bisa didapatkan sekarang ketimbang merencanakan sesuatu yang berorientasi pada masa depan. 

Pola pikir berorientasi pada masa sekatang ini dapat mengarahkan individu untuk memprioritaskan kebutuhan mendesak, keterlibatan sosial, dan kesenangan pribadi daripada berusaha tepat waktu dan menghormati waktu orang lain.

Salah Persepsi atas Kontrol
Persepsi kontrol dari waktu ke waktu juga dapat memengaruhi budaya ngaret. Dalam konteks di mana faktor eksternal seperti kemacetan lalu lintas atau keadaan tak terduga secara signifikan mempengaruhi ketepatan waktu, individu mungkin merasa kurangnya kontrol atas waktu mereka. 

Persepsi ini dapat mengurangi motivasi untuk tepat waktu, karena individu mungkin merasa bahwa faktor eksternal menentukan kemampuannya untuk datang tepat waktu. Persepsi yang kontrol terbatas atas ketepatan waktu ini dapat berkontribusi pada pendekatan ketepatan waktu yang lebih santai alias ngaret.

Pengaruh Normatif
Secara psikologis, pengaruh norma sosial dan perilaku kelompok dapat membentuk sikap dan perilaku individu. Ketika individu mengamati orang lain dalam kelompok sosial, komunitas, atau tempat kerja mereka ngaret, itu menciptakan pengaruh normatif yang memperkuat ngaret sebagai budaya kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun