Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hukum Yerkes-Dodson: Tentang Kapan Segera Selesaikan Pekerjaan dan Kapan Santai Saja Dulu

23 Juni 2023   07:00 Diperbarui: 23 Juni 2023   07:55 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by JESHOOTS.COM on Unsplash

Dewasa ini, di kehidupan modern, kita semacam tergila-gila oleh produktivitas dan efisiensi. Semakin produktif dan semakin efisien seseorang, semakin tinggi value seseorang di mata kita.

Kita jadi terpacu untuk selalu mengerjakan dan menghasilkan sesuatu. Di sisi lain, kita juga memahami bahwa terlalu aktif dapat membuat kita jenuh atau burnout, dan konstan bekerja membuat kita lelah yang dapat berujung pada memperparah stres. 

Mau bagaimana lagi? Di satu sisi, ada tekanan konstan untuk menjadi produktif, membuat dan mencapai goals dalam hidup, dan menyelesaikan tugas sebelum tenggat waktunya. Di sisi lain, kita juga memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga diri, mindfulness, dan menikmati proses.

Akhirnya, kita bertanya-tanya, di manakah batas antara kapan harus berlari kencang dan kapan harus jalan santai.

Jadi, bagaimana kita bisa mencapai keseimbangan antara kedua hal yang tampaknya saling bertentangan ini?

Mentalitas yang berupa berorientasi pada hasil tertanam kuat dalam budaya kita. Tidak tahu bagaimana prosesnya, kita hanya melihat dan mengapresiasi hasil dari perjuangan orang lain. Banyak dari kita kurang menghargai orang yang bertahun-tahun berusaha mati-matian, dan sangat menghargai mereka yang sudah punya sekian milyar di kantongnya.

Dalam mencapai hasil tersebut, kita seringkali kurang mempertimbangkan prosesnya. Sepersekian orang memiliki sumber daya lebih dan privilege, namun kebanyakan orang harus mencapainya dengan melakukan segala hal dan menghabiskan semua waktu untuk mengejar sebagian kecil dari yang mereka dengan sumber daya lebih dan privilege dapatkan dengan relatif lebih mudah.

Dunia menjadi tempat kita hidup yang bergerak serba cepat dan waktu dianggap sebagai sumber daya yang sangat berharga. Kita dibombardir dengan doktrin yang menekankan pentingnya produktivitas, multitasking, dan memaksimalkan hasil dari pekerjaan kita. Semuanya, dengan harapan akan mendatangkan hasil yang dapat diapresiasi oleh diri kita dan diakui oleh orang lain.

Value kita pun jadi dinilai dari apa yang dapat kita kerjakan, seberapa cepat dan baik kita dalam mengeksekusinya, dan seberapa banyak hal yang dapat kita lakukan dan hasilkan dalam kurun waktu tertentu.

Kemudian kita jadi merasa harus selalu sibuk dan mencapai banyak hal dalam hidup. 

Seperti sudah punya rumah, mobil, dan keluarga sebelum usia sekian puluh tahun.

Atau punya pekerjaan utama dengan gaji sekian ditambah bisnis sampingan dengan penghasilan sekian.

Meskipun pola pikir ini dapat memotivasi dan membantu kita mencapai tujuan kita, tentu saja perjuangan kita memiliki harga yang harus dibayar.

Ketika kita hanya fokus untuk harus menyelesaikan sesuatu, kita mungkin mengabaikan kesehatan mental dan fisik kita. Kita mungkin mengabaikan pentingnya istirahat, relaksasi, dan perawatan diri. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan, masalah kesehatan terkait stres, dan kurangnya kepuasan dalam hidup kita. Sangat penting untuk menyadari bahwa value kita tidak semata-mata ditentukan oleh produktivitas kita atau jumlah tugas yang kita selesaikan.

Di sisi lain, santai saja mendorong kita untuk menikmati momen, meresapi pengalaman kita, dan menemukan kebahagiaan dalam proses, dan tidak hanya berorientasi pada hasil. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat jadwal yang membuat kita tetap sempat merawat diri, dan lebih perhatian atas kegiatan kita. Mengerjakan sesuatu dengan santai dan mengambil jeda membuat kita sempat recharge, introspeksi diri, dan terhubung dengan diri kita sendiri dan orang lain pada tingkat yang lebih dalam.

Banyak dari kita mengira "healing" dapat menuntaskan kejenuhan dan stres yang dialami. Padahal, mungkin kita hanya lelah dan perlu melakukan recharge.

Kembali pada paradoks "harus segera selesai" dan "pelan-pelan saja", jadi bagaimana kajian psikologi membahas fenomena ini?

Dari perspektif psikologi, keseimbangan antara "harus segera selesai" dan "pelan-pelan saja" sangat penting untuk kinerja dan kesejahteraan yang optimal. Keseimbangan yang baik membutuhkan pemahaman tentang berbagai prinsip psikologi yang berkaitan dengan pada produktivitas, kepuasan, dan kesehatan mental kita secara keseluruhan.

Hukum Yerkes-Dodson

Prinsip ini menunjukkan bahwa ada tingkat gairah atau stres yang optimal untuk mencapai puncak performa. Ketika kita terlalu santai atau tidak tertantang, motivasi dan produktivitas kita bisa menurun. Sebaliknya, ketika kita terlalu stres dan tertekan, performa kita juga akan menurun. Menemukan sweet spot di antara kedua ekstrem ini memungkinkan kita berada dalam keadaan flow, di mana kita mampu memberikan performa terbaik kita.

Ilustrasi mengenai hukum Yerkes-Dodson ini adalah sebagai berikut:

Image by Nikolay Borisov on LinkedIn
Image by Nikolay Borisov on LinkedIn
Performa kita tidak optimal ketika kita berada dalam keadaan stres yang tinggi. Pada waktu ini, kita mengalami breakdown atau burnout. Sementara itu, performa kita juga tidak optimal ketika kita berada dalam keadaan stres yang rendah, karena tidak ada gairah yang cukup untuk membuat kita tergerak melakukan sesuatu.

Di saat kita berada di ekstrem kiri, kita harus memaksa diri untuk menginjak gas dan menyelesaikan pekerjaan kita, tanpa banyak alasan. Di saat kita berada di ekstrem kanan, kita harus mampu menginjak rem dan mengambil jeda.

Kalau kita diibaratkan mesin mobil, ketika kita terus digas kita akan panas dan rusak. Di sisi lain, jika kita tidak pernah digas, kita jadi rongsokan yang tidak berguna.

Sebagai manusia, jika kita terus bekerja pada tingkat stres dan gairah yang tinggi, seperti ketika kita terus mendorong diri sendiri untuk bekerja lebih cepat dan mencapai lebih banyak hal, kita mungkin mengalami hasil yang kurang optimal. Stres dan tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan burnout, penurunan konsentrasi, dan mengganggu proses pengambilan keputusan. Hal ini pada akhirnya dapat menghambat produktivitas dan kinerja kita secara keseluruhan.

Pada saat-saat inilah sengaja mengambil jeda dan bersantai menjadi sangat penting.

Di sisi lain, ketika tingkat stres dan gairah terlalu rendah, seperti ketika kita tidak cukup tertantang atau termotivasi, kinerja kita bisa menurun.

Pada saat-saat inilah kita sebaiknya mampu mendorong diri untuk segera menyelesaikan pekerjaan kita.

Kunci untuk menerapkan Hukum Yerkes-Dodson secara efektif adalah menemukan keseimbangan yang tepat. Hal ini membutuhkan kesadaran diri dan pendekatan yang penuh perhatian untuk mengelola tingkat stres dan gairah kita.

Kapan Injak Gas dan Kapan Injak Rem?

Penting untuk dicatat bahwa santai saja tidak berarti mengabaikan ambisi atau tujuan kita. Kita harus dapat menemukan jalan tengah yang memungkinkan kita menjadi produktif tanpa mengorbankan well being kita.  Kita harus tahu kapan harus injak gas dan kapan harus injak rem. Berikut adalah beberapa strategi untuk mencapai keseimbangan tersebut:

  • Buat skala prioritas: Identifikasi apa yang benar-benar penting bagi kita dan fokuskan energi kita pada hal tersebut. Hal ini membantu kita untuk menghindari sabotase diri dan memungkinkan kita mengalokasikan waktu dan sumber daya yang kita miliki secara lebih efektif.
  • Tetapkan tujuan yang realistis: Alih-alih membuat diri kita kewalahan dengan check list yang berisi daftar pekerjaan yang tak ada habisnya, tetapkan tujuan yang realistis dan dapat dicapai. Urai check list tersebut menjadi tugas-tugas yang lebih kecil dan manageable, dan rayakan setiap milestonesnya.
  • Lakukan self care: Jadikan perawatan diri atau self care sebagai salah satu prioritas dalam hidup. Dedikasikan waktu untuk aktivitas yang membuat kita senang, baik itu membaca, menghabiskan waktu di alam, melakukan hobi, atau sekadar beristirahat. Ingat, self care adalah kebutuhan untuk kesejahteraan secara keseluruhan.
  • Latih mindfulness: Latih mindfulness. Baik itu meditasi, latihan deep breathing, atau sekadar menjadi present dan meinikmati momen, mindfulness membantu menumbuhkan rasa tenang dan menjernihkan pikiran di tengah kesibukan hidup.
  • Belajar untuk mengatakan tidak: Tidak apa-apa untuk mengatakan tidak pada komitmen yang tidak sejalan dengan prioritas atau nilai kita. Pahami batasan kita dan tetapkan batasan untuk melindungi waktu dan energi kita.
  • Introspeksi diri: Secara teratur renungkan bagaimana posisi kita di antara produktivitas dan kesejahteraan jiwa. Kaji apakah kita mempertahankan keseimbangan yang sehat atau terlalu condong ke salah satu ekstrem. Sesuaikan strategi kita sesuai kebutuhan untuk pastikan kita berada di jalur yang benar.

Ingat, hidup bukanlah perlombaan menuju garis finish. Hidup adalah perjalanan yang dapat dinikmati. Dengan menemukan keseimbangan antara seger menyelesaikan sesuatu dan mengambil waktu untuk bersantai, kita dapat menjalani hidup yang lebih memuaskan dan bermakna.

Penutup

Pada akhirnya, kunci dari menjaga keseimbangan antara kapan harus menginjak gas dan kapan harus menginjak rem adalah pendekatan yang fleksibel dan personal yang mengakui kebutuhan, kekuatan, dan keterbatasan unik kita. Dengan memahami prinsip-prinsip psikologis yang berperan, kita dapat menavigasi kutub "harus segera selesai" dan "pelan-pelan saja", serta memupuk perpaduan yang harmonis antara pencapaian, kesejahteraan, dan pertumbuhan pribadi. (oni)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun