Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hukum Yerkes-Dodson: Tentang Kapan Segera Selesaikan Pekerjaan dan Kapan Santai Saja Dulu

23 Juni 2023   07:00 Diperbarui: 23 Juni 2023   07:55 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by JESHOOTS.COM on Unsplash

Di saat kita berada di ekstrem kiri, kita harus memaksa diri untuk menginjak gas dan menyelesaikan pekerjaan kita, tanpa banyak alasan. Di saat kita berada di ekstrem kanan, kita harus mampu menginjak rem dan mengambil jeda.

Kalau kita diibaratkan mesin mobil, ketika kita terus digas kita akan panas dan rusak. Di sisi lain, jika kita tidak pernah digas, kita jadi rongsokan yang tidak berguna.

Sebagai manusia, jika kita terus bekerja pada tingkat stres dan gairah yang tinggi, seperti ketika kita terus mendorong diri sendiri untuk bekerja lebih cepat dan mencapai lebih banyak hal, kita mungkin mengalami hasil yang kurang optimal. Stres dan tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan burnout, penurunan konsentrasi, dan mengganggu proses pengambilan keputusan. Hal ini pada akhirnya dapat menghambat produktivitas dan kinerja kita secara keseluruhan.

Pada saat-saat inilah sengaja mengambil jeda dan bersantai menjadi sangat penting.

Di sisi lain, ketika tingkat stres dan gairah terlalu rendah, seperti ketika kita tidak cukup tertantang atau termotivasi, kinerja kita bisa menurun.

Pada saat-saat inilah kita sebaiknya mampu mendorong diri untuk segera menyelesaikan pekerjaan kita.

Kunci untuk menerapkan Hukum Yerkes-Dodson secara efektif adalah menemukan keseimbangan yang tepat. Hal ini membutuhkan kesadaran diri dan pendekatan yang penuh perhatian untuk mengelola tingkat stres dan gairah kita.

Kapan Injak Gas dan Kapan Injak Rem?

Penting untuk dicatat bahwa santai saja tidak berarti mengabaikan ambisi atau tujuan kita. Kita harus dapat menemukan jalan tengah yang memungkinkan kita menjadi produktif tanpa mengorbankan well being kita.  Kita harus tahu kapan harus injak gas dan kapan harus injak rem. Berikut adalah beberapa strategi untuk mencapai keseimbangan tersebut:

  • Buat skala prioritas: Identifikasi apa yang benar-benar penting bagi kita dan fokuskan energi kita pada hal tersebut. Hal ini membantu kita untuk menghindari sabotase diri dan memungkinkan kita mengalokasikan waktu dan sumber daya yang kita miliki secara lebih efektif.
  • Tetapkan tujuan yang realistis: Alih-alih membuat diri kita kewalahan dengan check list yang berisi daftar pekerjaan yang tak ada habisnya, tetapkan tujuan yang realistis dan dapat dicapai. Urai check list tersebut menjadi tugas-tugas yang lebih kecil dan manageable, dan rayakan setiap milestonesnya.
  • Lakukan self care: Jadikan perawatan diri atau self care sebagai salah satu prioritas dalam hidup. Dedikasikan waktu untuk aktivitas yang membuat kita senang, baik itu membaca, menghabiskan waktu di alam, melakukan hobi, atau sekadar beristirahat. Ingat, self care adalah kebutuhan untuk kesejahteraan secara keseluruhan.
  • Latih mindfulness: Latih mindfulness. Baik itu meditasi, latihan deep breathing, atau sekadar menjadi present dan meinikmati momen, mindfulness membantu menumbuhkan rasa tenang dan menjernihkan pikiran di tengah kesibukan hidup.
  • Belajar untuk mengatakan tidak: Tidak apa-apa untuk mengatakan tidak pada komitmen yang tidak sejalan dengan prioritas atau nilai kita. Pahami batasan kita dan tetapkan batasan untuk melindungi waktu dan energi kita.
  • Introspeksi diri: Secara teratur renungkan bagaimana posisi kita di antara produktivitas dan kesejahteraan jiwa. Kaji apakah kita mempertahankan keseimbangan yang sehat atau terlalu condong ke salah satu ekstrem. Sesuaikan strategi kita sesuai kebutuhan untuk pastikan kita berada di jalur yang benar.

Ingat, hidup bukanlah perlombaan menuju garis finish. Hidup adalah perjalanan yang dapat dinikmati. Dengan menemukan keseimbangan antara seger menyelesaikan sesuatu dan mengambil waktu untuk bersantai, kita dapat menjalani hidup yang lebih memuaskan dan bermakna.

Penutup

Pada akhirnya, kunci dari menjaga keseimbangan antara kapan harus menginjak gas dan kapan harus menginjak rem adalah pendekatan yang fleksibel dan personal yang mengakui kebutuhan, kekuatan, dan keterbatasan unik kita. Dengan memahami prinsip-prinsip psikologis yang berperan, kita dapat menavigasi kutub "harus segera selesai" dan "pelan-pelan saja", serta memupuk perpaduan yang harmonis antara pencapaian, kesejahteraan, dan pertumbuhan pribadi. (oni)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun