Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Self-Sabotage dalam Kemasan Self-Love

27 Maret 2023   13:22 Diperbarui: 29 Maret 2023   11:01 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Tim Gouw on Unsplash

Self-love dan self-sabotage adalah konsep penting dalam psikologi, karena dapat sangat memengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan kita.

Dalam literatur psikologi, self-love sering disebut sebagai welas asih (self-compassion), yang melibatkan memperlakukan diri sendiri dengan penuh kebaikan dan pengertian, terutama pada saat menghadapi tekanan atau kesulitan.

Self-sabotage, di sisi lain, sering dipandang sebagai bentuk perilaku merusak diri sendiri yang dapat menimbulkan konsekuensi negatif bagi kesehatan mental seseorang.

Baik self-love atau self-compassion mengacu pada perilaku yang sama. Namun, istilah self-compassion lebih lumrah digunakan dalam dunia akademik dan klinis, karena telah dipelajari secara ekstensif dan divalidasi sebagai praktik yang bermanfaat untuk kesehatan mental dan kesejahteraan.

Sementara itu, istilah self-love lebih sering digunakan dalam budaya populer dan literatur self-help.

Oleh karena itu, jika Anda ingin mencari benefit "self-love" dalam literatur ilmiah, Anda dapat menggunakan istilah self-compassion yang bermakna kurang lebih sama.

Di antara penelitian yang telah dilakukan, self-love atau self-compassion terbukti memiliki banyak dampak positif terhadap kesehatan mental. Sebagai contoh, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology menemukan bahwa individu yang mempraktikkan self-compassion memiliki tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang lebih rendah daripada mereka yang tidak memiliki self-compassion. Selain itu, self-compassion telah dikaitkan dengan tingkat kepuasan dan ketahanan hidup yang lebih tinggi.

Sebaliknya, self-sabotage identik dengan sederet dampak negatif bagi kesehatan mental, termasuk peningkatan tingkat stres, kecemasan, dan depresi. Perilaku self-sabotage seperti menunda-nunda, mengkritik diri sendiri, dan perilaku adiktif juga dapat berdampak negatif pada hubungan dan performa kerja.

Salah satu teori yang membantu menjelaskan self-sabotage adalah konsep self-handicapping. Self-handicapping mengacu pada proses menciptakan hambatan-hambatan atau alasan untuk diri sendiri untuk melindungi harga diri jika terjadi kegagalan.

Misalnya, seorang siswa mungkin dengan sengaja begadang semalaman sebelum ujian supaya ketika gagal bisa menyalahkan kondisinya yang tidak fit karena begadang.

Bagaimana cara mempraktikkan self-love yang baik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun