Takut gagal: Orang tua juga dapat menunjukkan kecenderungan pengasuhan yang perfeksionis karena mereka takut akan kegagalan anak mereka. Mereka mungkin percaya bahwa tingkat tekanan yang tinggi akan memotivasi anak mereka untuk berhasil, namun kenyataannya, tekanan ini dapat menyebabkan stres dan kecemasan.
Ketidakamanan pribadi:Â Orang tua juga dapat menunjukkan kecenderungan pengasuhan yang perfeksionis karena ketidakamanan pribadi mereka sendiri. Mereka mungkin merasa perlu untuk membuktikan nilai mereka sebagai orang tua atau untuk mengkompensasi kekurangan mereka sendiri.
Penting untuk dicatat bahwa pengasuhan perfeksionis belum tentu merupakan pilihan sadar. Banyak orang tua bahkan mungkin tidak menyadari bahwa mereka menunjukkan kecenderungan pengasuhan yang perfeksionis.Â
Penting bagi orang tua untuk menyadari gaya pengasuhan mereka dan mencari dukungan jika mereka merasa bahwa gaya pengasuhan mereka berdampak negatif terhadap kesejahteraan anak mereka.Â
Mencari dukungan dari terapis atau konselor dapat membantu dalam mengatasi masalah atau masalah mendasar apa pun yang mungkin berkontribusi pada pengasuhan yang perfeksionis.
Untuk mencegah atau menghindari pola asuh perfeksionis, orang tua dapat melakukan beberapa langkah:
Kenali tanda-tanda perfeksionisme: Beberapa tanda-tanda perfeksionisme adalah menetapkan harapan yang tidak realistis, terlalu kritis, dan berfokus pada kinerja daripada kesejahteraan emosional. Dengan mengenali kecenderungan ini, orang tua dapat mengambil langkah-langkah untuk menguranginya.
Merangkul kesalahan: Orang tua dapat membantu anak-anak mereka mengembangkan mindset berkembang dengan mengakui dan merangkul kesalahan dan kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang. Ketika anak melakukan kesalahan, orang tua dapat memberikan dukungan dan semangat, bukan kritik.
Fokus pada upaya daripada hasil: Alih-alih hanya berfokus pada nilai, penghargaan, dan penanda kesuksesan eksternal lainnya, orang tua dapat menekankan upaya yang dilakukan anak-anak mereka dalam aktivitas mereka. Memuji kerja keras dan ketekunan dapat membantu anak-anak mengembangkan rasa motivasi intrinsik dan keyakinan pada kemampuan mereka sendiri.
Prioritaskan kesejahteraan emosional: Orang tua dapat memprioritaskan kesejahteraan emosional anak-anak mereka dengan mendengarkan kekhawatiran mereka, memberikan dukungan emosional, dan memvalidasi perasaan mereka. Ini dapat membantu anak-anak merasa dilihat dan didengar, dan dapat menciptakan lingkungan keluarga yang lebih mengasuh.
Mencontohkan belas kasih diri (self-compassion): Orang tua dapat mencontohkan kasih sayang diri sendiri dengan bersikap baik kepada diri sendiri ketika mereka membuat kesalahan atau mengalami kemunduran. Ini dapat membantu anak-anak mengembangkan rasa welas asih dan belajar untuk bersikap baik kepada diri mereka sendiri juga.