Terlepas dari dampak negatif ini, ada bukti bahwa beberapa orang tua mungkin percaya bahwa pola asuh perfeksionis bermanfaat bagi anak-anak mereka.Â
Ada satu studi menemukan bahwa orang tua yang menunjukkan pola asuh perfeksionis cenderung percaya bahwa anak-anak mereka akan mendapat manfaat dari tekanan untuk berprestasi dan hal itu akan mengarah pada tingkat kesuksesan yang lebih tinggi di masa depan.
Secara keseluruhan, literatur menunjukkan bahwa pola asuh perfeksionis dapat berdampak negatif pada kesejahteraan emosional anak dan hubungan keluarga.Â
Penting bagi orang tua untuk menyadari potensi dampak negatif dari pola asuh perfeksionis dan untuk memprioritaskan kesejahteraan emosional anak mereka di atas prestasi. Mencari dukungan dari terapis atau konselor juga dapat membantu orang tua yang bergumul dengan kecenderungan pengasuhan yang perfeksionis.
Pola Asuh Perfeksionis (Perfectionism Parenting)
Pola asuh perfeksionis adalah pola asuh yang ditandai dengan tingkat tekanan yang tinggi untuk mencapai, penekanan pada validasi keberhasilan eksternal, dan sikap kritis terhadap kesalahan.Â
Pola asuh ini sering dikaitkan dengan tingkat kecemasan dan stres yang tinggi baik pada orang tua maupun anak. Dalam psikologi, pola asuh perfeksionis telah menjadi subjek dari banyak penelitian dan artikel penelitian.
Beberapa penelitian menemukan bahwa anak-anak dari orang tua yang perfeksionis lebih cenderung mengalami kecemasan, depresi, dan rendah diri. Ini mungkin karena tekanan terus-menerus untuk berprestasi dan ketakutan membuat kesalahan yang diasosiasikan dengan pola asuh perfeksionis.
Bidang penelitian lain yang terkait dengan pola asuh perfeksionis adalah dampaknya terhadap prestasi akademik. Beberapa orang tua percaya bahwa pola asuh perfeksionis bermanfaat bagi keberhasilan akademik, namun penelitian menunjukkan bahwa hal itu sebenarnya dapat berdampak negatif pada kinerja akademik.Â
Anak-anak dari orang tua perfeksionis mungkin lebih cenderung menunda-nunda, menghindari tugas-tugas yang menantang, dan memiliki tingkat motivasi dan keterlibatan yang lebih rendah di sekolah.
Pola asuh yang perfeksionis juga dapat memengaruhi hubungan keluarga. Orang tua yang menunjukkan kecenderungan pola asuh perfeksionis mungkin terlalu kritis dan fokus pada pencapaian, yang dapat menyebabkan konflik dan jarak dalam hubungan orang tua-anak. Ini bisa sangat merusak selama masa remaja, ketika anak-anak mencari otonomi dan kemandirian yang lebih besar.