Dermaga: “Tetapi bagaimanapun juga, kamu harus mencobanya, setidaknya sekali. Tak ada yang tahu, mungkin ayahmu bisa mendengarkanmu yang ingin berbicara jujur?”
Ucapan Dermaga, anehnya, ada benarnya. Membuat Candra mengangguk, mungkin ia memang harus mencobanya. Pemuda asing di sampingnya berhasil membawanya untuk keluar dari zona nyamannya dengan berusaha untuk berbicara dengan kedua orang tuanya.
Candra: “Baiklah mungkin akan kucoba malam ini…”
Dermaga: “Kalau begitu kau harus kembali, sudah hampir malam dan waktu makan malam sebentar lagi. Bicaralah dengan ayah dan ibumu malam ini, dengan lapang dada. Tenangkan dirimu.”
Dermaga tersenyum, Candra pun menatap langit yang kian menggelap kemudian ia kembali ke penginapan. Candra akan berbicara pada ayahnya malam ini. Namun sebelum Candra sempat mengucap terima kasih pada Dermaga, pemuda itu hilang entah kemana. Ah, mungkin ia sudah kembali ke rumahnya? Dan Candra tak ambil pusing.
——————
Malamnya setelah makan malam, Candra meminta kedua orang tuanya untuk mengobrol dengannya, dan untuk malam ini secara ajaib, kedua orang tuanya ingin mengobrol bersamanya.
Maka di sinilah ketiga orang tersebut berkumpul, di sebuah ruang keluarga yang cukup besar yang berada di penginapan.
Arumelati: “Jadi ada apa nak? Tumben sekali kamu meminta kami untuk mengobrol?”
Sang ibu membuka percakapan sembari menyesap teh panas di tangannya. Sedangkan sang ayah berdeham setuju dengan ucapan sang ibu. Candra menghela nafas berat, mengembuskannya perlahan sebelum memulai ucapannya.
Candra: “Ibu, ayah, Candra ingin mengeluarkan keluh kesah Candra yang selama ini selalu menuruti ucapan ibu dan ayah..”