Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - English Tutor | Freelance Content Writer

Random Thought About Lifestyle, Movies, K-drama, Beauty, Health, Education and Social Phenomena | Best Student Nominee Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Orangtua Menjadi "Teman" Anak, Apa Bisa?

23 Maret 2023   12:00 Diperbarui: 24 Maret 2023   14:30 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari perkataan ibu tersebut, saya jadi bertanya-tanya akan hubungan orangtua dan anak yang satu ini.

Apakah orangtua bisa menjadi 'teman' anaknya?

Bisa. Saya rasa, orangtua bisa menjadi teman anak. Namun, tetap harus ada batasan yang ditetapkan, baik orangtua maupun anak. 

Berikut adalah beberapa bahasan dan batasan yang harus ditetapkan baik orangtua maupun anak.

Untuk Orangtua

Orangtua menjadi teman anak (sumber: Berkeluarga.id)
Orangtua menjadi teman anak (sumber: Berkeluarga.id)

Pertama, awali dengan menjadi pendengar yang baik kemudian mentor. Daripada menggunakan pendekatan sebagai teman, lebih baik jika orangtua melakukan pendekatan sebagai pendengar yang baik sejak anak di usia belia. Menjadi good listener akan menambah rasa percaya anak kepada orangtua. 

Setelah pendekatan sebagai good listener, orangtua juga berperan menjadi pendamping atau mentor kehidupan anak. Mendengarkan anak saja belum cukup, orangtua juga  harus memiliki kemampuan untuk mendorong dan membimbing mereka mengambil keputusan yang tepat. 

Kedua, jangan kebablasan curhat dengan anak. Seringkali, orangtua yang menganggap anaknya teman, oversharing tentang masalah yang tidak seharusnya diceritakan. 

Orangtua menjadi terlalu terbuka terkait masalah-masalah yang lumayan berat jika dipikirkan oleh anak. Misalnya, masalah keuangan, pekerjaan, atau hubungan keluarga. Hal-hal yang seharusnya belum diketahui akan ditelan mentah-mentah dan memberikan tekanan psikologis kepada anak.

Ketiga, menjadi teman di usia anak yang tepat. Untuk orangtua, menjadi teman anak bisa dilakukan apabila anak sudah mulai menginjak usia remaja. 

Dilansir dari Parenting.id, Rany Moran, Certified Parenting Coach & Trained Counsellor menjelaskan bahwa usia remaja adalah usia emas, dimana anak masuk ke dalam fase mencari jati diri. 

Dalam fase ini, penting bagi orangtua untuk mendapatkan keterbukaan anak. Keterbukaan ini bisa menjadi dasar bagi orangtua untuk memberikan pendampingan agar anak tidak masuk dalam pergaulan yang salah dan mendapatkan jati diri mereka yang sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun