Dari perkataan ibu tersebut, saya jadi bertanya-tanya akan hubungan orangtua dan anak yang satu ini.
Apakah orangtua bisa menjadi 'teman' anaknya?
Bisa. Saya rasa, orangtua bisa menjadi teman anak. Namun, tetap harus ada batasan yang ditetapkan, baik orangtua maupun anak.Â
Berikut adalah beberapa bahasan dan batasan yang harus ditetapkan baik orangtua maupun anak.
Untuk Orangtua
Pertama, awali dengan menjadi pendengar yang baik kemudian mentor. Daripada menggunakan pendekatan sebagai teman, lebih baik jika orangtua melakukan pendekatan sebagai pendengar yang baik sejak anak di usia belia. Menjadi good listener akan menambah rasa percaya anak kepada orangtua.Â
Setelah pendekatan sebagai good listener, orangtua juga berperan menjadi pendamping atau mentor kehidupan anak. Mendengarkan anak saja belum cukup, orangtua juga  harus memiliki kemampuan untuk mendorong dan membimbing mereka mengambil keputusan yang tepat.Â
Kedua, jangan kebablasan curhat dengan anak. Seringkali, orangtua yang menganggap anaknya teman, oversharing tentang masalah yang tidak seharusnya diceritakan.Â
Orangtua menjadi terlalu terbuka terkait masalah-masalah yang lumayan berat jika dipikirkan oleh anak. Misalnya, masalah keuangan, pekerjaan, atau hubungan keluarga. Hal-hal yang seharusnya belum diketahui akan ditelan mentah-mentah dan memberikan tekanan psikologis kepada anak.
Ketiga, menjadi teman di usia anak yang tepat. Untuk orangtua, menjadi teman anak bisa dilakukan apabila anak sudah mulai menginjak usia remaja.Â
Dilansir dari Parenting.id, Rany Moran, Certified Parenting Coach & Trained Counsellor menjelaskan bahwa usia remaja adalah usia emas, dimana anak masuk ke dalam fase mencari jati diri.Â
Dalam fase ini, penting bagi orangtua untuk mendapatkan keterbukaan anak. Keterbukaan ini bisa menjadi dasar bagi orangtua untuk memberikan pendampingan agar anak tidak masuk dalam pergaulan yang salah dan mendapatkan jati diri mereka yang sesungguhnya.