Dermawan adalah sifat yang baik. Berderma, bersedekah, dan murah hati kepada orang yang membutuhkan.
Indonesia identik dengan kata dermawan. Menurut Versi World Giving Index tahun 2022 yang dirilis oleh badan amal Charities Aid Foundation (CAF), Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara paling dermawan di dunia bahkan dalam kurun waktu lima tahun berturut-turut.Â
Dari hasil penelitian dari CAF tahun 2021, 84% orang Indonesia yang menyumbang lebih tinggi daripada rata-rata global yaitu 35%. 63% Persen orang Indonesia juga melakukan kegiatan kerelawanan yang jumlahnya hampir tiga kali lipat rata-rata global yaitu 23%.
Bahkan, pandemi juga tidak menghalangi orang-orang untuk tidak menyumbang. Dengan adanya pandemi, orang malah lebih antusias untuk lebih banyak memberikan sumbangan karena banyaknya orang menengah ke bawah yang terdampak pandemi.Â
Bisa kita lihat, banyak orang memberikan makanan ke tukang becak, ojek, dan pedagang-pedagang kecil di pinggir jalan. Saat terjadi bencana di suatu daerah, berbagai golongan masyakarat dan organisasi berlomba-lomba menggalang dana untuk membantu para korban.Â
Banyak juga organisasi yang menyediakan rekening khusus untuk sedekah. Atau banyak juga kotak donasi dengan potret anak-anak yang kurang beruntung terpampang di bagian depan.Â
Dari sini dapat dilihat bahwa orang Indonesia dinilai sangat dermawan dan bukan hal yang sulit juga untuk memberikan sumbangan. Nah, lalu apa yang buruk dari seorang yang dermawan?
Dorongan untuk dermawan dan memberikan sumbangan ini tidak lepas dari peran sosial media. Kita bisa melihat banyak orang dengan bebasnya mengunggah potret orang yang kurang beruntung ke sosial media mereka tanpa sensor.Â
Kebanyakan dari mereka akan membuka penggalangan dana untuk membantu orang tersebut. Penonton akan dibuat makin berempati dan memutuskan untuk berderma setelah melihat potret tersebut. Potret inilah yang dinilai kurang pantas.