Mohon tunggu...
Putut Dairobi
Putut Dairobi Mohon Tunggu... Freelancer - Bukan apa apa, hanya apa adanya

hidup adalah pergerakan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bagaimana Membangun Lingkungan Ramah Anak?

11 September 2021   18:31 Diperbarui: 15 September 2021   20:30 2481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain ketidakramahan lingkungan anak yang dapat membuat anak kehilangan nyawa tersebut, ada juga yang berdampak ringan, misalnya menyebabkan cacat fisik, dan trauma psikologi bagi anak.

Saya pernah dengar ada anak yang bermain pisau dengan temannya, kemudian menyebabkan 1 jarinya terpotong. 

Ada anak yang bermain panjat pohon, lalu terjatuh dan patah kaki. Ada anak yang bermain di jalan dekat rumah, kemudian terluka karena tersrempet motor.

Ada juga anak yang mengalami trauma mendalam, karena sering mendapat bully, maupun kekerasan dari keluarga dan lingkungan.

Semua orang tua, pastinya tau bagaimana rasanya, saat anak yang menjadi buah hati sedang sakit. Mungkin pedihnya dalam hati, melebihi rasa sakit yang dirasakan anak itu sendiri. Pokoknya semua kata gak akan bisa mewakili rasanya, bro.

Apalagi karena kelalaian orang tua, kemudian menyebabkan anak cidera. Owwh, rasanya trenyeng-trenyeng. 

Anda yang belum punya anak, jangan coba coba membayangkan ya gaess.

Anakku, Alif namanya, dulu saat usianya 3 tahunan pernah ku ajak main ke salah satu tempat wisata, seperti kebanyakan anak kecil lainnya, belum begitu paham bagaimana caranya berhati hati. Sing penting wani tok.

Karena kelalaianku yang kurang mengawasinya, ia terpeleset berguling-guling di tangga besi yang lumayan tinggi. Dibarengi dengan tangisnya, darah segar mengucur dari atas mata yang terbentur.

Sambil badanku gemetaran, kubawa ia ke bidan desa terdekat, beruntung benturan tidak mengenai tepat di mata, dan atau bagian belakang kepala.

Lain lagi ceritanya Ningrum Amanina, adiknya Alif. Waktu usianya 2 tahun, ia bermain di dekatku, menuntun sepeda plastiknya, menata sendal berserakan. Sesekali ia tampak bicara sendiri, tepatnya berdialog dengan mainannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun