Mohon tunggu...
Putu RatihPrisanti
Putu RatihPrisanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Siswi

Seorang siswi yang suka menulis :D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kau Tetap Pahlawanku

30 November 2023   10:31 Diperbarui: 30 November 2023   10:53 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Apa yang membuat kamu berubah pikiran?" kali ini Ayu menatapku dengan intens. "Seingatku dulu, kamu memiliki jawaban yang berbeda... Kenapa sekarang kamu bertindak seakan-akan kamu tidak menyukai ayahmu lagi?" 

Aku tidak sempat bereaksi karena mendapat panggilan dari kakakku, Indra. Dia melambaikan tangannya dari kejauhan seperti memanggilku untuk segera pergi ke arahnya. Aku pun berpamitan dengan Ayu dan bergegas ke arah kakak. Namun, pertanyaannya tadi masih terngiang di kepalaku. "...Kenapa sekarang kamu bertindak seakan-akan kamu tidak menyukai ayahmu lagi?" Hah, aku lupa kalau dulu aku sangat mengaguminya. Saat aku naif, dan sebelum aku menyadari bahwa dia tidak disukai oleh orang-orang sekitar. Mulai dari situlah pandanganku terhadapnya berubah. Bagaimana bisa aku mengidolakan seseorang yang jahat kepada orang lain? 

"Heh dek, mikir apa aja kamu? Diajak ngomong ga dijawab" bentak kakakku yang menghentikan lamunanku. "Gapapa sih, mikir aja..." ku jawab dengan malas. "Yaudah, aku mau ngajak ngomong serius sambil jalan. Kamu tahu kan aku sebentar lagi mau kuliah ke Surabaya. Sedangkan kamu juga bakal kuliah tahun depan. Kamu sudah punya tujuan belom?"

Aku dan kakakku hanya memiliki jarak 1 tahun, sedangkan aku dan adikku beda 2 tahun. Kita hanya tinggal berempat bersama ayah kita. Sejak ibu meninggalkan keluarga kami, semuanya berubah. Kita terpaksa menjadi lebih mandiri karena ayah selalu bekerja. Tapi walau begitu, biasanya yang mengurus semua pekerjaan di rumah adalah aku. Tumben Indra menanyakan sesuatu yang serius seperti ini, apa karena dia mau pergi?

"Ga tau sih, yang jelas aku mau cari kuliah yang bisa menjamin pekerjaan yang stabil"

"Kamu ga mau merantau keluar pulau seperti aku?"

"Mau dong! Siapa yang ga mau keluar. Lagian aku sudah bosan rasanya di Bali'' ku ucapkan penuh semangat dan harapan. "Masalahnya nanti siapa yang bakal merawat ayah dan Surya?" Indra lanjut. "Mereka bisa merawat diri sendiri lah" ku tuturkan dengan yakin.

Hari demi hari, bulan terus berubah, dan waktu terus mengalir. Indra sudah meninggalkan rumah, dia keterima di kuliah impiannya, kini mendekat saatnya aku untuk menginjak fase hidup yang baru. Iya, aku sedang duduk di bangku kelas 12, dan aku sudah memiliki tujuan, aku juga ingin merantau keluar pulau seperti Indra, cuma ada satu masalah... Ayah sepertinya tidak menyetujui pilihanku.

"Keluar pulau?" tanya pria besar dan kasar yang sedang berdiri didepanku. "Ngapain jauh-jauh gek? Memangnya kamu berani? Keluar rumah aja jarang!" lanjutnya dengan tegas. Sungguh terkadang aku tidak memahami ayahku, selama ini dia selalu tegas denganku mengenai masalah pendidikan, kenapa sekarang saat aku menawarkan untuk pergi mencari pendidikan yang lebih bagus dia malah menantangnya? 

"Nanti kamu tinggal dengan siapa? Bahasa dan budayanya memangnya kamu kenal?" 

"Kemarin saat Indra mau pergi keluar kok ayah nggak menanyakan yang sama? Kenapa kalo aku yang minta pertimbangannya selalu banyak banget!" ku cetus dengan kesal. Benar - benar aku sedang berusaha sebisa mungkin untuk menahan emosi, karena aku tahu kalau aku terlihat marah ayah pasti ikut marah. Memang yang dikatakan ibu benar ya, kita sangat serupa. Aku dan ayahku sama-sama temperamental dan keras kepala. Walau begitu aku masih bisa menerima masukan dari orang lain. Namun anehnya kali ini berbeda. Biasanya kalau sudah begini aku pasti mengalah, biasanya ayah sudah membentak balik dengan pendapatnya yang tidak bisa diganggu gugat. Tapi tidak seperti biasanya, ayah hanya terdiam di sana, tidak langsung mencela aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun