“Pintu yang akan dibuka adalah pintu sebelah kiri … Stasiun Manggarai.”
Kereta mulai ramai. Banyak orang mulai beranjak untuk menjalani aktivitas masing-masing. Tapi itu pemandangan biasa. Saya berdiri dari kursi untuk mempersilakan penumpang lain duduk, sembari memastikan ibu dan adik saya tetap di bangkunya.
Manggarai punya banyak cerita. Baik yang turun di sini, maupun yang sekadar singgah. Saya ingat bagaimana pada minggu pagi, saya memutuskan pulang dari perantauan di Timur Jakarta, kembali menuju Bogor. Pengumuman kedatangan di tiap stasiun yang satu per satu dibacakan, sudah selayaknya hitungan mundur yang perlahan-lahan berhasil mengobati rindu.
Sebelum semegah sekarang, Manggarai hanya stasiun sederhana dengan lebih banyak peron yang membentang sampai ujung pandang. Meski begitu, ia selalu jadi tempat tepat untuk melepas penat. Dan untuk berhenti sejenak, dari mereka yang berlomba-lomba ingin segera tiba di tujuan dengan aman.
“Sesaat lagi kereta Anda akan tiba di tujuan akhir, Stasiun Jakarta Kota …”
Ini dia tujuan pertama kami. Dari Jakarta Kota, kami masih harus meneruskan perjalanan menggunakan kereta tujuan Tanjung Priok dan berhenti di stasiun Ancol. Untuk satu kali perjalanan dari pinggiran Jakarta, membelah ibukota hingga tiba di tujuan, terbilang cukup murah karena hanya dikenakan tarif Rp6.000.
Nah, enaknya bepergian dengan kereta adalah, banyak pilihan tempat untuk disinggahi yang dekat dari stasiun. Di Jakarta Kota ini misalnya, tinggal berjalan kaki, kita bisa tiba di area Kota Tua. Di tempat lain ada stasiun Juanda yang merupakan akses tercepat menuju area Monas.
Saya jadi ingat, saat ulang tahun KAI Commuter pada 2019, saya pernah membuat video Iklan Layanan Masyarakat di stasiun Jakarta Kota ini. Saat itu memang sedang ada perlombaan video dari PT KCI sendiri, dan meski tidak dinyatakan sebagai pemenang yang beruntung, saya cukup senang mendokumentasikan pengalaman pribadi saya dalam bentuk video.
“Jalur 8 … Jalur 8 persiapan masuk KRL tujuan Tanjung Priok …”
Kembali ke peron, setelah beristirahat sejenak sembari menunggu kereta, perjalanan pun kami lanjutkan ke arah Ancol. Kata orang, waktu cepat berlalu kalau kita bersenang-senang. Hamparan hijau berubah menjadi biru; Jendela-jendela berubah jadi aquarium kaca; an mentari terik berubah jadi gelapnya malam.
Tanpa saya sadari, Commuter Line telah menjadi saksi bisu dari banyak perjalanan hidup saya. Ada Commuter, di hari saya mengikuti tes universitas; Ada Commuter, di hari pertama saya pergi bekerja; Ada Commuter untuk saya berbagi momen tangis dan tawa, senang dan susah.