Mohon tunggu...
Putu Raditya
Putu Raditya Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Lepas

Penikmat Fiksi | Peresensi Karya Seni | Pengasuh Blog sejak 2017

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Cerita-Cerita di Lini Bogor

1 September 2023   10:11 Diperbarui: 1 September 2023   10:12 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hati-hati pintu akan ditutup.”

Kereta kami bertolak dari stasiun Bogor pada jadwal biasanya. Dalam akhir pekan yang biasa, saat itu saya sedang mengarah ke Sea World, Ancol, untuk berlibur dengan keluarga. Entah kapan terakhir kali ke sana, seingat saya sih mungkin 20 tahun lalu.

Bersama ibu dan seorang adik perempuan, tentu saja perjalanan kami awali dengan menggunakan KAI Commuter. Sudah sejak masa kuliah saya menjadi Anak Kereta, atau yang biasa dikenal dengan sebutan “Anker”. Bagi ibu dan adik saya yang jarang sekali naik kereta, perjalanan ini tentunya menjadi waktu liburan yang berkesan.

Beruntung, pagi itu pun kereta tak tampak begitu ramai. Sehingga kami bertiga dapat duduk dengan nyaman, sembari saya mengingat-ingat cerita-cerita yang terbentang di antara peron sejak kali pertama naik kereta.

“Sesaat lagi kereta Anda akan tiba di Stasiun Pondok Cina …”

Ah iya, bagaimana mungkin bisa saya lupakan perjalanan pertama itu. Dingin masih menyelimuti subuh di Stasiun Bogor, ketika antrian sudah tampak di loket THB. Tak sedikit ternyata yang berangkat kuliah dengan kereta dan turun di stasiun yang sama.

Saya tak punya kendaraan pribadi. Jadi saya pikir, hanya KAI Commuter lah satu-satunya yang bisa membantu saya mencapai tujuan dengan cepat dan tepat waktu.

Saya mendengarkan dengan seksama tujuan tiap kereta, tanpa ragu bertanya apakah masing-masing dari mereka melewati Stasiun Pondok Cina. Petugas-petugasnya selalu siap membantu. Melayani dan menjawab pertanyaan para penumpang dengan sabar.

Kalau boleh saya hitung, saya berani katakan bahwa 95% perjalanan saya semasa kuliah telah dilayani KAI Commuter dengan baik. Sisanya, permasalahan-permasalahan teknis kecil yang dengan sigap diatasi - bahkan bandara-bandara terbaik pun pernah mengalami delay penerbangan.

Tak terasa hari-hari itu berlalu dengan cepat. Kuliah saya berakhir tiga tahun kemudian. Commuter Line tetap menjadi andalan saya sejak semula. Ia telah menemani saya menimba ilmu, lalu mengejar rupiah, hingga menjelajah indahnya ibukota seperti hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun