Mohon tunggu...
I Putu Merta
I Putu Merta Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Love What You Do, Do What You Love

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hukum Sebab Akibat

23 Juni 2022   09:20 Diperbarui: 23 Juni 2022   09:47 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hari kedua, ketiga, dan keempat berlalu dengan peristiwa yang sama, Jambuka selalu menolak undangan untuk keluar menerima dàna makanan, memilih untuk tetap tinggal di vihàra.

Para petapa Ajivaka mulai bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Jambuka, “Jambuka ini selalu menolak setiap kali diajak untuk pergi ke desa, menolak makanan yang dikirim untuknya, dan berkata bahwa ia memperoleh makanan dari dalam kawasan vihàra. Apa yang terjadi; kita harus menyelidikinya.”

Mereka kemudian memutuskan untuk menunjuk satu atau dua petapa untuk tetap tinggal dan mengamati kegiatan Jambuka, ketika mereka pergi ke desa. Mereka yang ditunjuk untuk menyelidiki, berpura-pura turut dalam rombongan, namun mereka menyamar untuk mengamati Jambuka.

Merasa bahwa semua petapa Ajivaka telah pergi ke desa. Jambuka masuk ke kakus seperti hari-hari sebelumnya dan memakan
kotoran.

Jambuka tertangkap basah oleh para penyelidik dan hal ini dilaporkan kepada para senior mereka.

Para senior, mendengar laporan ini berbisik:

“Perbuatan Jambuka sangat memprihatinkan; jika para siswa Petapa Gotama mengetahui masalah ini, mereka pasti mencela kita sebagai kelompok petapa pemakan kotoran, akan sangat merusak martabat kita. Ia tidak boleh tinggal bersama kita lebih lama lagi.”

Demikianlah akhirnya mereka sepakat untuk mengusirnya dari kelompok mereka.

Setelah diusir oleh para petapa Ajivaka, ia pergi dan menetap di dekat sebuah batu besar yang lokasinya berdekatan dengan tempat yang biasa digunakan oleh para penduduk Ràjagaha sebagai kakus umum. Di sana juga terdapat sebuah pipa pembuangan besar berdekatan dengan batu besar itu.

Orang-orang biasanya membuang hajatnya di balik batu besar tersebut. Jambuka memakan kotoran-kotoran tersebut pada malam hari, ketika orang-orang datang menjawab panggilan alam, ia berdiri dengan tangan bersandar pada sisi batu dan sebelah kakinya bertumpu di atas lutut kaki lainnya, mendongakkan kepalanya dengan mulut terbuka.

Mereka yang datang menjawab panggilan alam, sewaktu melihatnya, mendekat dan bertanya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun