Mohon tunggu...
Putu Yudyaheri
Putu Yudyaheri Mohon Tunggu... Jurnalis - 100% Human

Manusia biasa yang belum selesai dengan dirinya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sistem Kasta di Era Joseon, Bobrok dan Tidak Humanis

2 Desember 2022   20:58 Diperbarui: 2 Desember 2022   21:05 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika di era modern kelas sosial Korea diklasifikasikan sebagai kelas silver spoon (orang kaya dan konglomerat) dan dirt spoon (orang miskin), tidak demikian halnya dengan Korea di masa lalu.

Selama kurang lebih 500 tahun saat Korea masih berupa kerajaan monarki bernama Joseon, ajaran Konfusius dijadikan sebagai ideologi dan agama resmi negara. Salah satu implementasi dari ideologi ini adalah membagi masyarakat menjadi beberapa kelas atau kasta. Sayangnya, sistem kelas ini dimanfaatkan oleh elit kelompok tertentu untuk kepentingan pribadinya. Lambat laun, sistem kelas ini tak ada bedanya dengan opresi dari pihak yang kuat terhadap pihak lemah yang dilegalkan negara.


Berikut ini adalah ulasan tentang kasta sosial di era Joseon.

Royal Family
Raja dan anggota keluarga kerajaan (royal family) menempati posisi tertinggi. Hanya pria yang merupakan keturunan Dinasti Yi yang berhak menjadi raja di Joseon. Perintah raja bersifat absolut dan barangsiapa yang berani menentang keinginan raja, bisa dianggap sebagai pengkhianat. 

Joseon pernah dipimpin oleh 26 orang raja dari Dinasti Yi yang memiliki karakter beragam. Ada masanya Joseon dipimpin raja yang arif dan berbudi seperti Raja Sejong Yang Agung, namun Joseon juga pernah dipimpin seorang tiran bernama Yeonsan-gun. Pertikaian dan pertumpahan darah mewarnai keberlangsungan dinasti.  

Yangban, kelompok bangsawan
Yangban atau bangsawan merupakan kasta tertinggi di era Joseon. Mereka yang termasuk dalam kelas yangban, menikmati segala bentuk privilese dan merupakan golongan yang paling berpengaruh di masyarakat.


Kasta yangban dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu munban (yang bekerja sebagai pejabat pemerintahan yang mengatur urusan sipil), dan muban (yang mengatur urusan militer).


Golongan yangban mendapatkan previlese seperti bebas wajib militer, diperbolehkan memungut pajak dari rakyat, punya kesempatan besar sebagai pejabat ataupun bagian dari royal family melalui jalur pernikahan.


Status yangban ini tidaklah diperoleh berdasarkan faktor keturunan semata. Mereka juga harus lulus ujian nasional yang diselenggarakan kerajaan yang disebut Gwageo. Setelah lulus ujian negara, mereka lantas dipekerjakan sebagai pejabat pemerintah sesuai dengan kompetensinya. Privilese ini bisa dinikmati hingga tiga generasi setelahnya. Jika tidak ada lagi generasi penerus dari keluarga terkait yang berhasil lolos Gwageo, maka mereka kehilangan status dan hak-haknya sebagai yangban.


Status yangban juga memberikan mereka free pass untuk masuk akademi tinggi kerajaan, Sungkyunkwan. Di sini, para pelajar Konfusius menimba ilmu dan dipersiapkan untuk menjadi pejabat pemerintah.  Para pelajar ini dibiayai sepenuhnya oleh negara.

Kelas Chungin
Secara harfiah Chungin berarti 'orang menengah'. Di era Joseon, Chungin merujuk pada kelas menengah keatas. Mereka terdiri dari para golongan tpekerja profesional yang kalau di dunia modern, setara dengan golongan pekerja berdasi dan berjas. 

Mereka biasanya adalah para astrolog, dokter, akuntan, atau birokrat kelas bawah di area pinggiran. Golongan Chungin juga menikmati berbagai previlese seperti bebas wajib militer dan bebas pajak. Para wanita dari kelas Chungin biasanya dikirim sebagai pelayan istana dan memiliki peluang untuk dijadikan selir atau wanita raja.

Sangmin
Sangmin merupakan kelas pekerja. Jika kelas Chungmin dianggap sebagai sebagai golongan pekerja elit, maka kelas Sangmin ini merupakan para pekerja yang melakukan pekerjaan berat. Mereka adalah petani, buruh perkebunan, pedagang kecil, nelayan, pengrajin dan lainnya.

Mayoritas dari penduduk Joseon merupakan kelas Sangmin. Mereka dibebankan pajak yang tinggi dan diharuskan menjalani wajib militer. Mereka juga kerap mendapatkan tekanan dan pelakuan semena-mena dari golongan kelas atas. Golongan Sangmin biasanya tinggal di gubuk sederhana dan menggunakan pakaian yang minim warna karena lebih murah.

Cheonmin
Cheonmin merupakan kasta paling rendah di masyarakat yang dianggap sebagai kelompok vulgar. Joseon yang berlandaskan ajaran Konfusius, mengedepankan tentang pentingnya moralitas, pendidikan dan hierarki. Mereka yang dianggap tidak bisa menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial, diberikan status paling rendah. Mereka terdiri dari kelompok shaman (praktisi ilmu ghaib), atau para penghibur (gisaeng) yang dianggap immoral. Tukang daging, pelayan atau budak juga digolongkan ke dalam kasta ini.

Penindasan terhadap masyarakat kelas bawah
Begitu banyak ketidak-adilan dan ketimpangan yang terjadi akibat sistem yang bobrok ini. Masyarakat dari kelas Sangmin dan Cheonmin bekerja keras bertani, tapi hasilnya bahkan tidak bisa mereka nikmati karena para pejabat dan saudagar yang serakah. Pejabat membebankan pajak yang tinggi, sementara para saudagar besar memonopoli perdagangan.


Para budak diperlakukan tidak seperti layaknya manusia. Mereka disiksa dengan kejam dan diberjual-belikan layaknya barang dagangan. Sementara para perempuan dari kelas bawah ini kerap dipaksa dan dijadikan upeti untuk Dinasti Ming.


Sistem kelas yang diskriminatif ini merupakan noda bagi sejarah Joseon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun