Mohon tunggu...
Putri Zahra Harniasih
Putri Zahra Harniasih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Teknologi Yogyakarta

Menemukan keindahan di setiap hal.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Teori Hubungan Internasional Konstruktivisme

18 Oktober 2024   22:23 Diperbarui: 18 Oktober 2024   23:42 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan dalam studi hubungan internasional yang menekankan pentingnya ide, norma, dan identitas dalam membentuk perilaku aktor-aktor internasional. Berbeda dengan teori realisme dan liberalisme yang lebih fokus pada aspek material dan kepentingan nasional, konstruktivisme berpendapat bahwa banyak elemen yang membentuk dinamika internasional adalah hasil dari konstruksi sosial.

Teori konstruktivisme dalam hubungan internasional telah dikembangkan oleh sejumlah tokoh penting yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman kita tentang bagaimana ide, norma, dan identitas membentuk perilaku aktor-aktor di arena global. Berikut adalah beberapa tokoh utama dalam pengembangan teori ini: 

Alexander Wendt: Salah satu tokoh paling berpengaruh dalam konstruktivisme, Wendt dikenal melalui artikelnya yang terkenal, "Anarchy is What States Make of It: the Social Construction of Power Politics," yang diterbitkan pada tahun 1992. Dalam karya ini, Wendt menantang pandangan neorealis dengan menunjukkan bahwa konsep seperti "anarki" dan "politik kekuasaan" dikonstruksi secara sosial, bukan ditentukan oleh faktor material.

John Ruggie: Ruggie berkontribusi pada pengembangan konstruktivisme dengan mengidentifikasi berbagai cabang dan aplikasi teori ini dalam konteks hubungan internasional. Ia juga dikenal karena karyanya tentang norma-norma sosial dan identitas dalam politik internasional.

Christian Reus-Smit: Bersama Ruggie, Reus-Smit membantu memperluas pemahaman tentang bagaimana norma-norma dan identitas memengaruhi interaksi antar negara. Ia berfokus pada peran ide dan nilai dalam membentuk kebijakan luar negeri.

Konstruktivisme, sebagai teori dalam hubungan internasional, mulai berkembang pada bagian akhir abad ke-20; namun demikian, beberapa konsep dasarnya dapat ditelusuri kembali ke wacana filosofis sejauh abad ke-18. 

Salah satu tokoh penting dalam pengembangan konstruktivisme adalah Alexander Wendt, yang, dalam karyanya "Anarchy is What States Make of It," menyatakan bahwa anarki dalam sistem internasional bukanlah faktor yang menentukan perilaku negara secara otomatis, tetapi dipengaruhi oleh interaksi sosial dan identitas negara itu sendiri. 

Wendt, bersama dengan pendukung konstruktivisme lainnya, berpendapat bahwa struktur hubungan internasional dibentuk oleh gagasan bersama (shared ideas) daripada kekuatan material semata. Untuk menguraikan, identitas dan kepentingan para aktor dalam hubungan internasional tidak ditentukan oleh karakteristik yang melekat tetapi sebaliknya dibangun melalui interaksi sosial dan norma-norma dominan dalam komunitas internasional.

Prinsip utama konstruktivisme

Identitas dan kepentingan: Identitas aktor, bersama dengan kepentinganya, dipengaruhi oleh ide-ide yang dimiliki secara kolektif. Dengan kata lain, apa yang dianggap penting bagi suatu bangsa muncul dari interaksi sosial dan norma yang berlaku dalam konteksnya.

Struktur sosial: Konfigurasi hubungan antar bangsa terutama diatur oleh norma dan gagasan daripada oleh kekuatan material. Ini menunjukkan bahwa modifikasi dalam norma atau ide memiliki potensi untuk mengubah perilaku negara.

Proses sosial: Konstruktivisme berpendapat bahwa realitas sosial ditempa melalui proses interaksi di antara berbagai aktor. Akibatnya, pemeriksaan menyeluruh terhadap proses ini sangat penting untuk memahami dinamika politik internasional.

Peranan Norma dalam Kerja Sama Antarnegara

Teori konstruktivisme menekankan bahwa Teori konstruktivisme juga mempengaruhi kerja sama antarnegara dalam konteks global dengan cara yang signifikan, berfokus pada peran norma, identitas nasional, dan ide dalam membentuk perilaku aktor-aktor di arena internasional. Berikut adalah cara-cara teori konstruktivisme mempengaruhi kerja sama antarnegara:

Teori Konstruktivisme menggarisbawahi pengaruh signifikan norma-norma sosial dalam membentuk dinamika hubungan internasional. Norma-norma tersebut dapat terwujud sebagai prinsip-prinsip diplomasi damai, termasuk keamanan kooperatif, yang digunakan negara-negara untuk mencegah konflik dan mendorong kolaborasi.

Contoh yang relevan adalah krisis di Semenanjung Korea, di mana Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat ditahan dari terlibat dalam permusuhan terbuka karena pengaruh norma-norma keamanan kooperatif yang ditegakkan oleh China. Prinsip-prinsip Konfusianisme yang membentuk dasar filsafat Tiongkok menganjurkan harmoni dan ketenangan, sehingga berkontribusi pada mitigasi eskalasi konflik.

Identitas Nasional dan kerjasama

Konstruktivisme juga menggarisbawahi pentingnya identitas nasional dalam membentuk kepentingan dan tindakan negara. Identitas ini tunduk pada transformasi dari waktu ke waktu dan dibentuk oleh pengalaman sejarah dan norma-norma internasional. 

Contohnya adalah evolusi kebijakan luar negeri Jepang pasca Perang Dunia II. Setelah kekalahannya, Jepang mendefinisikan kembali dirinya sebagai negara pasifis, yang kemudian mempengaruhi kebijakan luar negerinya untuk memprioritaskan diplomasi daripada militerisasi. Ini mencontohkan bagaimana identitas nasional dapat sangat mempengaruhi perilaku suatu bangsa di panggung internasional.

Proses Sosialisasi dan Pembentukan Identitas Bersama

Teori konstruktivisme juga menyoroti pentingnya mekanisme sosialisasi dalam pembentukan identitas kolektif antar negara. Proses ini meliputi pembentukan kepercayaan, apresiasi budaya daerah, pelaksanaan inisiatif regional, dan fasilitasi pembelajaran sosial. 

Melalui proses yang komprehensif ini, negara-negara memiliki potensi untuk berkembang menjadi wilayah yang dicirikan oleh prinsip-prinsip bersama seperti demokrasi, pembangunan, dan perlindungan hak asasi manusia. Perkembangan ini berfungsi untuk meningkatkan kolaborasi antar negara dengan menyelaraskan harapan dan mengurangi ketidakpastian.

Fokus pada ide-ide budaya

Selanjutnya, konstruktivisme berpendapat bahwa ide-ide dan budaya secara signifikan mempengaruhi hubungan internasional. Secara khusus, persepsi dan gagasan bersama memiliki kapasitas untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri dan tindakan negara-bangsa.

Contoh klasik dari fenomena ini adalah peningkatan kemampuan militer Amerika Serikat, yang lebih relevan ketika berkorelasi dengan Kuba dibandingkan dengan Kanada. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor intersubjektif, termasuk ideologi dan budaya, berperan penting dalam membentuk sistem internasional.

Teori konstruktivisme dalam hubungan internasional juga memandang peran budaya sebagai unsur penting dalam membentuk perilaku dan interaksi antar-negara. Berikut adalah beberapa cara budaya dipandang dalam teori konstruktivisme:

Role of Culture in Shaping Identity and Behavior

Defining Self Through Shared Values and Beliefs

Konstruktivisme menggarisbawahi gagasan bahwa individu dan kolektif menggambarkan identitas mereka dalam kaitannya dengan orang lain, seringkali bergantung pada identitas, nilai, dan keyakinan yang sama. 

Dalam hubungan internasional, negara-negara memiliki identitas yang dibentuk oleh warisan sejarah mereka, karakteristik linguistik, afiliasi agama, dan berbagai penentu budaya lainnya. Identitas ini sangat mempengaruhi cara negara-negara terlibat satu sama lain dan menggambarkan diri mereka sendiri di panggung global.

Influence of Cultural Factors on State Behavior

Tindakan yang dilakukan oleh negara dibentuk tidak semata-mata oleh kepentingan rasional dan material, tetapi juga oleh penentu budaya. Misalnya, negara-negara yang memiliki identitas budaya yang kuat, seperti Jepang, yang menganggap dirinya sebagai entitas pasifis, akan merumuskan kebijakan luar negeri yang menekankan diplomasi daripada militerisasi.

Construction of Reality Through Language and Rhetoric

Meaning Given to Material Structures

Konstruktivisme berpendapat bahwa signifikansi yang dikaitkan dengan konstruksi material, seperti persenjataan nuklir, tidak berasal dari konstruksi itu sendiri melainkan dari konteks sosiokultural yang dihadapi oleh negara-negara yang terlibat. Misalnya, 500 senjata nuklir yang dimiliki oleh Inggris dianggap kurang jahat daripada lima senjata nuklir yang dimiliki oleh Korea Utara karena interpretasi yang dibentuk oleh dinamika sosial antara Amerika Serikat dan Inggris berbeda dengan antara Amerika Serikat dan Korea Utara.

Importance of Contextual Understanding

Avoiding Imposition of Western Values

Konstruktivisme juga menggarisbawahi pentingnya memahami konteks lokal serta menunjukkan kepekaan terhadap budaya non-Barat. Dikatakan bahwa memaksakan nilai-nilai Barat dan institusi demokrasi pada negara-negara non-Barat dapat menyebabkan dampak dan oposisi yang tidak terduga.

Promoting Cooperation Through Common Norms

Norma Cooperative Security

Contoh praktis dari peran budaya dalam kerja sama internasional adalah penggunaan norma cooperative security oleh Tiongkok. Prinsip ini berakar pada Etika Konfusianisme serta bercita-cita untuk menumbuhkan harmoni dan ketenangan di arena internasional. Penerapan prinsip ini membantu menghindari konflik terbuka antara China dan Amerika Serikat selama krisis di Semenanjung Korea.

Teori konstruktivisme mempengaruhi kerja sama antarnegara dalam konteks global dengan cara yang signifikan, berfokus pada peran norma, identitas nasional, dan ide dalam membentuk perilaku aktor-aktor di arena internasional. Berikut adalah beberapa cara teori konstruktivisme mempengaruhi kerja sama antarnegara:

Komunitas keamanan damai 

Konstruktivisme menggarisbawahi pentingnya komunitas keamanan yang berfungsi melalui transformasi tanpa kekerasan. Komunitas-komunitas ini menggunakan prinsip-prinsip cooperative security untuk menghindari konflik dan meningkatkan kerjasama antar negara. Contohnya adalah penerapan norma hezuo anquan (Etika Konfusianisme) oleh Tiongkok untuk mencegah konflik dengan Amerika Serikat selama krisis mengenai Semenanjung Korea.

Regulasi dan konstruksi sosial

Prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh organisasi internasional dapat menimbulkan kepentingan dan identitas baru bagi negara-negara berdaulat. Norma-norma tersebut berfungsi sebagai kerangka peraturan untuk perilaku negara, menyelaraskan harapan, dan mengurangi ketidakpastian dalam bidang hubungan internasional.

Kesimpulan

Teori konstruktivisme menyajikan sudut pandang yang khas dan mencakup semua tentang pemahaman dinamika yang melekat dalam hubungan internasional dengan menggarisbawahi pengaruh signifikan norma, identitas, dan gagasan dalam membentuk perilaku aktor di panggung global. 

Berbeda dengan pandangan seperti realisme dan liberalisme, yang terutama menekankan faktor material dan kepentingan nasional, konstruktivisme berpendapat bahwa banyak dimensi hubungan antarnegara muncul sebagai konsekuensi dari konstruksi sosial yang dikembangkan melalui interaksi dan komunikasi.

Melalui analisis terhadap studi kasus aktual, seperti krisis di Semenanjung Korea dan perubahan kebijakan luar negeri Jepang, menjadi jelas bagaimana identitas nasional dan norma sosial dapat sangat mempengaruhi pilihan politik dan memfasilitasi kerja sama antar negara. Selanjutnya, konstruktivisme menonjolkan pentingnya budaya dan nilai-nilai bersama dalam menumbuhkan kepercayaan dan mempromosikan kolaborasi antar negara.

Dengan demikian, teori konstruktivis tidak hanya meningkatkan pemahaman kita tentang hubungan internasional tetapi juga berfungsi sebagai instrumen analitis yang berharga untuk menyelidiki bagaimana transformasi ideologis dan normatif dapat memodifikasi pola interaksi antarnegara. Dalam lanskap global yang semakin rumit dan saling berhubungan, metodologi konstruktivis menjadi sangat penting dalam menjelaskan tantangan dan peluang yang terkait dengan kerja sama global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun