Ibu itu mengangguk. Ia duduk di sampingku. Kuteguk minuman itu habis. Aku benar-benar haus.
"Mau berangkat kerja?"
Aku menoleh kemudian tersenyum dan menggeleng kecil. "Enggak, Bu. Saya masih kuliah."
Aku melihat tetesan keringat mengucur deras di dahi Ibu itu di atas kulit yang mencokelat. Sebuah sapu lidi tergeletak di sampingnya.
"Ibu kerja jadi tukang sapu jalanan?" tanyaku sedikit heran.
Ibu itu tersenyum. "Iya."
"Suami Ibu ke mana?"
Ibu itu tersenyum lagi. Namun kali ini senyumnya membuatku merasa sedikit berbeda. "Suami saya sedang sakit di rumah. Jadi saya harus bisa merawatnya agar saya dan keluarga saya bisa bertahan hidup."
"Anak ibu?"
"Anak saya dua yang satu kelas tiga SD, yang satunya lagi masih kecil umur dua tahun."
Sejenak aku terdiam. Lebih karena aku tidak bisa lagi berkata apa-apa.