Pada tahapan ketiga NREM Â tidur sudah mulai nyenyak dan kita bakal susah terbangun. Pada tahapan ini otak kita melepaskan gelombang delta.Â
Pada tahapan selanjutnya yaitu REM, dimana gelombang delta yang tinggi membuat kita sudah tidak responsif dengan keadaan, detak jantung dan pernapasan meningkat, serta gerakan mata yang sangat cepat. Pada tahapan ini kita mulai bermimpi, dimana mimpi terjadi karena tidur kita terasa sudah nyenyak. Namun, jika kita terbangun pada tahap ini, kemungkinan besar kita dapat mengalami Sleep Inertia dan menyebabkan penurunan kinerja, kepala terasa pusing atau kebingungan setelah terbangun.
- Reaktivasi Otak yang lambat.
Elektroensefalografi (EEG) yang terdapat di otak, setelah bangun mengandung gelombang delta yang tinggi dan gelombang beta yang rendah. Dengan gelombang delta yang tinggi dapat mengakibatkan reaktivasi otak atau pengaktifan otak ketika bangun tidur itu lambat pada beberapa bagian, seperti pada bagian Prefrontal Korteks yang bertanggung jawab pada fungsi eksekutif, pengambilan keputusan dan pengendalian sensori-motorik. Hal ini juga dapat menyebabkan kondisi sleep inertia terjadi.
- Kurangnya waktu tidur.
Sleep inertia terjadi dan dapat lebih parah ketika kita memiliki waktu tidur yang kurang. Kinerja seorang yang kurang memiliki waktu tidur lebih buruk dibandingkan dengan orang yang cukup memiliki waktu tidur. Secara keseluruhan, hilangnya waktu tidur, dalam bentuk kurangnya waktu tidur, terjaga lebih lama, berkontribusi terhadap meningkatnya efek sleep inertia.
Apa saja dampak Sleep Inertia?
- Penurunan kinerja kognitif.
Sleep Inertia memengaruhi kinerja kognitif, terutama pada waktu reaksi dan akurasi dalam mengerjakan suatu tugas atau aktivitas, meski pengaruhnya bervariasi tergantung jenis tugas, waktu aberaktivitas, dan kondisi tidur. Tugas kognitif kompleks seperti memori, kalkulasi, dan pengambilan keputusan lebih rentan terhadap sleep inertia dibandingkan tugas sederhana. Jadi, ketika beraktivitas atau mendapatkan tugas kita sedang dalam kondisi sleep inertia, reaksi dan akurasi kita terhadap aktivitas yang sedang kita lakukan tidak bisa maksimal dikarenakan kinerja kognitif kita sedang menurun.
- Terganggunya produktivitas.
Sleep inertia menjadi tantangan signifikan bagi semua orang yang harus menjalankan tugas segera setelah bangun tidur, misalnya mengemudi, mengambil keputusan penting, atau aktivitas lainnya. Sleep inertia bukan termasuk gangguan tidur yang parah, tapi kita dapat memerhatikan pentingnya mengelola sleep inertia demi keselamatan kita dalam beraktivitas. Meskipun sleep inertia mungkin lebih memengaruhi aspek tertentu dari kognisi, beraktivitas sering melibatkan kombinasi kemampuan seperti kesadaran situasional, pemrosesan informasi, dan waktu respons cepat. Jadi, sleep inertia dapat berdampak negatif pada aktivitas atau pekerjaan sederhana, kompleks, maupun operasional yang berkaitan dengan keselamatan jika tidak terlalu diperhatikan.