Contoh: "Berapa jumlah roda angkot?". Hal pertama yang harus dilakukan adalah merepresentasikan informasi lama dari kalimat tersebut, X adalah jumlah warna pelangi. Kemudian mencermati informasi demi informasi yang telah tersimpan dalam memori kita. Apabila cermatan tersebut cocok dengan apa yang dibutuhkan dalam kalimat tersebut, maka hasil pencarian tersebut adalah jawaban dari kalimat itu. Bila memori memang menyimpan informasi tersebut, maka jawabannya adalah empat(dua di depan dan dua dibelakang). Jika memori tidak menyimpan informasi tersebut, maka yang terjadi adalah jawaban tidak tahu.
Pelaksanaan untuk Kalimat Perintah. Kalimat perintah adalah tindak ujaran direktif langsung . Dapat disimpulkan bahwa kalimat perintah tidak membutuhkan jawaban, melainkan perbuatan untuk melakukan sesuatu.
Misalnya pada kalimat "Jemput aku sekarang."
Dari kalimat tersebut, yang dibutuhkan bukan jawaban tetapi perbuatan untuk menjemput pembicara. Dari kalimat tersebut pula, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan tujuan. Jelas tujuan kalimat tersebut adalah untuk menjemput pembicara saat itu.
Dalam hal ini, posisi pendengar sedang tidak menjemput pembicara. Langkah kedua adalah mengamati keadaan saat ini. Keadaan saat itu adalah tidak ada komunikasi dua arah. Dalam hal ini, yang perlu dipertimbangkan adalah konsep. Berkaitan dengan tujuan, konsep juga sangat diperlukan. Permanen dan kebutuhan sangat memengaruhi. Misalnya contoh yang telah disebutkan adalah sesuai kebutuhan, karena pembicara membutuhkan pendengar untuk menjemputnya.
Pelaksanaan Tindak Ujaran Komisif. Tindak ujaran komisif yang telah dijelaskan sebelumnya adalah tindak ujaran yang fokus pada pembicara yang berupa sumpah, janji, dan tekad. Tindak ujaran komisif hanya berupa penyimpanan informasi pada memori.
Contoh : "Saya berjanji untuk tidak membuat ibu menangis mulai hari ini."
Dari contoh tersebut, tidak memerlukan perbuatan ataupun tanggapan dari pendengar, melainkan hanya menyimpannya di memori pembicara. Hal tersebut karena komisif berupa sumpah, janji, tekad untuk dirinya sendiri.
Pelaksanaan Tindak ujaran ekspresif yang telah dijelaskan sebelumnya adalah tindak ujaran yang menyatakan keadaan psikologis seseorang. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaannya bukan berupa perbuatan. Pendengar hanya diam. Namun, pendengar tidak hanya diam, melainkan dapat merespon dengan ucapan terimakasih, atau ungkapan lain. Contoh: "Saya turut berbela sungkawa." Pada kalimat tersebut, pendengar memiliki dua pilihan, antara lain
1) diam dan menyimpan maknanya,
2) merespon