Mohon tunggu...
Inovasi

Persahabatan Kura-kura dalam Novel "Perahu Kertas" oleh Dee Lestari

21 Februari 2018   09:35 Diperbarui: 21 Februari 2018   09:43 1995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan kecewa dan berat hati ia pun mencoba untuk menerima kenyataannya bahwa hati Kugy bukannlah untuk dia yang sesungguhnya walaupun Kugy menerima cincin pemberiannya. Lalu ia pun meminta penjelasan dari Kugy dan memilih untuk mengakhiri hubungan mereka. Dengan berat hati pula dan dengan perasaan bersalah, Kugy pun rela melepas Rumi. 

Setelah klimaks, muncullah Karel, kakak tertua Kugy yang menasihatinya. Selama du Ubud, Luhde pun merasakan hal yang sama dengan Rumi. Luhde pun meraskan adanya kejanggalan di dalam perasaannya. Ia merasakan bahwa cinta Keenan itu bukan untuk dirinya sehingga ia pun berniat menyudahi hubungannya dengan Keenan.

Pada bagian akhir, diceritakan bahwa Keenan telah menikan dengan Kugy. Tanpa ada perpanjangan cerita bagaimana mereka bisa bertemu kembali setelah masing-masing dari mereka memutuskan untuk berpisah dengan kekasih mereka. 

Hal itu menyebabkan cerita-cerita sebelumnya terkesan diceritakan pada 'hari ini'. Seperti sebuah diari yang menceritakan kembali kisah-kisah di masa lalu dari awal sampai akhir secara runtut. Oleh sebab itu, novel Perahu Kertas menggunakan alur maju mundur.

Dalam novel Perahu Kertas menggunakan gaya bahasa yang ringan, khas gaya bahasa para remaja. Seperti penggunaan kata 'gua' dan 'lu' antar tokohnya walaupun sebagian percakapan tetap menambahkan bahasa-bahasa asing. 

Penulis selalu menyesuaikan gaya bahasa dengan latar tempat dimana tokoh berada dan berasal seperti bahasa Belanda, bahsa Bali, serta bahasa Sunda. Hal itu disesuaikan dengan latar belakang tokoh, Ibu Lena memang seorang bule dari Belanda sehingga tentu saja dalam percakapannya masih menggunakan istilah-istilah Belanda. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan penggalan dialog di bawah ini.

"Keenan! Let op je woorden!" Lena menyambar seketika, "ga niet al te ver." Jangan asal ngomong kamu..."

Sudut pandang dalam novelpenulis memposisikan dirinya sebagi orang ketiga serba tahu. Penulis menceritakan semua kejadian dengan keserbatahuannya mengenai tokoh-tokoh dalam novel Perahu Kertas. 

Penulis tahu persis semua karakter tokoh dan juga apa yang sedang dipikirkan tokoh. Penulis sebagai orang ke tiga karena penulis tidak menyebut 'aku' sebagai tokoh, melainkan menyebut nama masing-masing tokoh dalam novel Perahu Kertas ini.

Untuk kesekian kalinya, Keenan membolak-balik buku tulis itu dengan resah. Semua halaman sudah habis ia baca, bahkan berkali-kali dan tak terhitung lagi.(halaman 278 baris ke-4)

Penulis mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh tokoh. Dalam penggalan paragraf si atas, Keenan tidak mengatakan keresahannya dalam dialognya seperti ini "Aku resah dan gundah," tetapi penulis langsung menceritakan dalam paragraf yang menyatakan bahwa Keenan sedang resah dengan membolak-balikkan halaman sebuah buku tulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun