Mohon tunggu...
Putri Sabrina Uswatun Hasanah
Putri Sabrina Uswatun Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

haloo^^ salam kenal semuanya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menciptakan Lingkungan Belajar Efektif bagi Anak Usia Dini dengan Hambatan Disleksia

22 Juli 2023   23:47 Diperbarui: 22 Juli 2023   23:48 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Langkah awal yang dapat dilakukan dalam menciptakan lingkungan ini adalah dengan melakukan asesmen, yang digunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, dan kelemahan anak. Asesmen awal bertujuan untuk melihat sejauh mana tingkat hambatan anak dalam belajar, dan juga agar proses belajar dapat terlaksana sesuai dengan tujuan pembelajaran. Setelah mengetahui hal tersebut kemudian indikator pencapaian akan disesuaikan dengan kebutuhan. Keberhasilan suatu tujuan dapat terlihat dari hasil sasemen yang dilakukan, Setelah melakukan hal tersebut orang sekitar dapat lebih sadar akan kebutuhan anak jika memiliki hambatan pembelajaran seperti disleksia.

Setelah melakukan assessment pendidik yakni guru berperan penting dalam proses pembelajaran disekolah. Guru sebagai pembimbing diharapkan mampu menciptakan kondisi yang strategi yang dapat membuat peserta didik  nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Guru harus memberikan penanganan khusus dan perhatian yang lebih kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dibandingkan siswa yang tidak mengalami kesulitan dalam belajar. Ada beberapa cara yang dapat guru lakukan untuk mengatasi masalah hambatan belajar disleksia yang terjadi pada anak seperti : Tehnik bermain tiba- tiba, lomba menamai benda, bernyanyi, menonton TV, permainan drama.

Guru sebagai pendidik maka semestinya memperkaya kompetensinya dengan pemahaman dan pengetahuan yang komprehensif terhadap berbagai jenis hambatan belajar yang terjadi pada anak didiknya. Usaha yang dapat guru lakukan dalam mengatasi hambatan belajar anak adalah dengan mengidentifikasi anak melalui kegiatan pembelajaran yang diberikan. Kemudian mendiagnosa kesulitan belajar apa yang terjadi pada anak dengan membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas minimal yang diperoleh. Menyusun program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak, bisa dengan menggunakan alat bantu mengajar yang diperlukan. Memberikan bantuan atau terapi sesuai dengan hambatan belajarnya, terapi dapat dilakukan dengan melakukan bimbingan belajar kelompok atau individu.

Kerjasama antara guru dan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar adalah harus adanya komunikasi baik itu formal maupun non formal, serta adanya keterlibatan oramg tua dalam pembelajaran anak di rumah akan sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran anak Bentuk kerjasama yang pertama yaitu komunikasi. yaitu melalui grup whatsapp, kunjungan rumah, sms/telepon, melalui papan pengumuman sekolah dan ketika orang tua mengantar atau menjemput Komunikasi yang terbangun antara orang tua dan guru secara teratur dapat menciptakan keharmonisan antar keduanya sehingga pembelajaran anak bisa selaras antara di rumah dan di sekolah. Mengatasi Kesulitan belajar siswa. Kolaborasi guru dan orang tua memang memiliki hubungan yang positif dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Untuk membangun hubungan kerja sama yang baik dengan orang tua, sekolah harus berupaya mengatasi hambatan yang ada.

Anak-anak dengan kondisi kesulitan belajar, salah satunya adalah disleksia. Kesulitan belajar seperti disleksia membutuhkan perhatian khusus dari orangtua. Pola asuh orangtua yang konsisten dalam menjaga dan membimbing anak serta memberikan perhatian ekstra akan sangat bermanfaat untuk perkembangannya terutama dalam belajar. Untuk itu, selain mengetahui bagaimana karakteristik yang dimiliki oleh anak, orangtua memiliki peran futuristic dalam membantu memenuhi kebutuhan dasar, menstimulasi, mendukung, mengajari dan memberikan panduan kepada anak agar dapat melakukan aktivitas atau kegiatan. Disinilah kepedulian orangtua sebagai guru yang pertama dan utama bagi anak-anak, sehingga tujuannya adalah agar kelak anak mampu bertanggungjawab, mandiri, dan bersikap sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

Meita Shanty (2014: 17).dalam bukunya menjelaskan metode serta penanganan disleksia sebagai berikut: a. Metode Multisensori, mendayagunakan kemampuan penglihatan (kemampuan visual), kemampuan pendengaran (kemampuan auditori), kesadaran pada gerak (kinestetik), dan perabaan (taktil) pada anak. b. Metode Fonik (bunyi), memanfaatkan kemampuan auditori dan visual anak dengan cara menamai huruf yang sesuai dengan bunyinya. Misalnya, huruf "B" dibunyikan "eb", huruf "C" dibunyikan dengan "ec" karena anak disleksia akan berpikir, jika kata becak, maka terdiri dari "b-c-a-k", kurang huruf "e". c. Metode linguistic,  adalah mengajarkan anak untuk mengenal kata secara utuh. Adapun cara yang digunakan yaitu menekan pada kata-kata yang bermiripan. Penekanan ini diharapkan dapat dapat membuat anak mampu menyimpulkan sendiri pola hubungan antara dan bunyinya.

Menciptakan lingkungan bagi anak yang memiliki hambatan belajar akan sedikit berbeda dari anak normal pada umumnya. Lingkungan efektif ini cenderung mengeluarkan usaha lebih. Kerja sama yang terjalin antara orang tua dan gurupun sangat mempengaruhi terbentuknya lingkungan ini. Anak dengan hambatan disleksia tidak dapat disembuhkan bukan berarti anak dengan hambatan ini tidak bisa memperoleh lingkungan baik untuk tumbuh kembanganya. Kesadaran orang sekitar akan keadaan ini menjadi refleksi untuk dapat peka lagi terhadap gangguan belajar anak, sehingga anak tidak akan dicap bodoh.

Referensi

Aziz, U. B. A., Mahmud, S., Mislinawati, & Fitriani, D. (2022). Perbedaan Individu dan Gaya Belajar Peserta Didik. Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 8(2), 172186.

Faizin, I. (2020). Strategi Guru Dalam Penanganan Kesulitan Belajar Disleksia. Empati-Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 7(1), 1. https://doi.org/10.26877/empati.v7i1.5632

Iza Syahroni, Rofiqoh, W., & Latipah, E. (2021). Ciri-Ciri Disleksia Pada Anak Usia Dini. Jurnal Buah Hati, 8(1), 62--77. https://doi.org/10.46244/buahhati.v8i1.1326

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun