Identitas Buku
Judul: Laut Bercerita
Penulis Buku: Leila S. Chudori
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun Terbit: 2017
Cetakan ke-1, Oktober 2017
Cetakan ke-54, Januari 2023
Dicetak oleh PT Grafika Mardi Yuana, Bogor.
Jumlah Halaman: 379
Harga Buku: Rp 115.000 (untuk pulau Jawa)
ISBN: 978-602-424-694-5
SINOPSIS:
Dalam buku Laut Bercerita, yang ditulis oleh Leila S. Chudori mengajak kita untuk menyelami kasus penghilangan orang secara paksa. Buku ini memiliki dua bagian, bagian pertama mengambil sudut pandang seorang mahasiswa aktivis bernama Laut, menceritakan bagaimana Laut dan teman-temannya menyusun rencana, berpindah-pindah dalam pelarian, hingga tertangkap oleh pasukan rahasia. Sedangkan bagian kedua dikisahkan oleh Asmara, adik Laut. Bagian kedua mewakili perasaan keluarga korban penghilangan paksa, bagaimana pencarian mereka terhadap kerabat mereka yang tak pernah kembali. Berusaha mencari secercah harapan tentang saudara; jika masih hidup, dia disekap dimana. Dan jika sudah mati, dimana mereka menguburkannya. Serta tentang perasaan para korban selamat, bagaimana terpenjara nya mereka atas kejadian tersebut.
Unsur intrinsik
Tema
Buku Laut Bercinta, karya Leila S. Chudori, menceritakan tetang kisah keluarga yang kehilangan, sekumpulan sahabat yang merasa kekosongan di dada. Dan sekelompok orang yang gemar menyiksa dan mudah berkhianat, sejumlah keluarga yang mencari kejelasan makan anaknya, dan perasaan cinta yang tak pernah luntur.
Tokoh dan Penokohan
Biru Laut -- Merupakan seorang aktivis, yang tengah bekuliah di Universitas Gajah Mada jurusan Sastra Inggris. Seorang yang tidak banyak bicara tetapi kritis terhadap masalah sosial di sekitarnya. Dia juga digambarkan keras kepala tentang apa yang dia yakini benar, tidak pernah menyerah mencari keadilan. Biru Laut suka menulis, dan mengekspresikan diri melalui tulisan-tulisannya.
Asmara Jati (Adik Biru Laut) -- Dia sangat menyukai sains. Dia digambarkan sebagai orang yang  berfikir praktis dibandingkan dengan kakaknya yang idealis. Ia juga sosok yang dewasa, mandiri, tegas, dan cerdas.
Ibu Biru Laut & Asmar-- Sosok karakter ibu yang di gambarkan sebagai pribadi yang pekerja keras, lemah lembut dan perhatian baik terhadap keluarga maupun sekitar.
Arya Wibisana (Bapak Biru Laut dan Asmara) --Sosok karakter ayah yang di gambarkan sebagai orang yang penyayang, lembut dan pemberani.
Anjani (kekasih Biru Laut) -- merupakan sosok yang  percaya diri,  antusias, dan konsisten. Karena ketika dia memutuskan untuk terlibat, dia akan sepenuhnya terlibat dalam apa pun dan siapa pun yang dia cintai dan percayai.
Daniel (Sahabat Biru Laut & Aktivis Mahasiswa) -- digambarkan sebagai karakter yang berfikir kritis, manja dan suka mengeluh.
Kinan (Sahabat Biru Laut & Aktivis Mahasiswa) --digambarkan sebagai karakter yang  berfikir praktis dan  jenius dalam memecahkan berbagai masalah.
Sunu (Sahabat Biru Laut & Aktivis Mahasiswa) -- digambarkan sebagai karakter yang bijaksana, perhatian dan pendiam.
Bram (Sahabat Biru Laut & Aktivis Mahasiswa) -- digambarkan sebagai karakter yang santun, berani, semangat.
Alex (Sahabat Biru Laut & Aktivis Mahasiswa) --digambarkan sebagai karakter  yang baik hati, sopan dan sensitif. Dia memilik bakat  fotograf dan suara yang menenangkan serta menyenangkan.
Naratama (Sahabat Biru Laut & Aktivis Mahasiswa)-- digambarkan sebagai karakter yang pintar, realistis, suka mengkritik, mencela dan menertawakan.
Gusti Suroso(Sahabat Biru Laut & Aktivis Mahasiswa)-- Gusti merupakan seorang yang puitis dan bijaksana tetapi dialah dalang dari penangkapan Biru Laut dan teman-temannya. Bisa kita sebut bahwa dia seorang pengkhianat
Aswin -- digambarkan sebagai Karakter yang peduli terhadap hak asasi manusia, rasional dan spiritual.
Intel -- merupakan sekelompok orang suruhan dari suatu pihak yang tidak terima akan kritikan. Digambarkan sebagai karakter yang kejam, beringas dan tidak memiliki nurani.
Latar
Latar dibagi menjadi tiga bagian yaitu latar empat, latar waktu dan latar suasana
Latar Tempat
Lokasi dalam novel ini berlatar beberapa daerah di Jawa Tengah yaitu Solo dan Yogyakarta (Seyegan), Jawa Timur (Desa Blangguan dan Terminal Bungurasih), Jakarta (Ciputat, Pulau Seribu, Tanah Kusir, Istana Negara) dan New York.
Latar Waktu
Novel Laut Bercerita berlatar tahun 1991 hingga 2008. Tahun 1991-1998 menghadirkan era Orde Baru yang meliputi perjalanan para aktivis saat itu untuk menegakkan keadilan bagi pemerintah. Kemudian, antara tahun 1998 dan 2008, mengisahkan perjuangan keluarga aktivis untuk menuntut pemerintah atas penyelidikan penghilangan paksa terhadap anggota keluarga mereka.
Latar Suasana
Novel ini memiliki latar suasana yang menegangkan, mencekam, memilukan, mengharukan, menakutkan, menyedihkan, penyangkalan, romantis, dan hangatnya keluarga.
Alur
Alur dalam cerita ini termasuk dalam alur campuran karena alur dalam novel ini disajijkan secara tidak berurutan, namun saling berhubungan. Di dalam novel ini juga menampilkan latar waktu dan tempat yang berbeda di setiap bab nya. Biru Laut menceritakan kisahnya antara masa kini dan masa lalu, tidak hanya tentang pergerakan menuntut keadilan dan menentang rezim pemerintah pada saat itu, tetapi juga kisah persahabatan dan hangatnya keluarga serta kisah romansa  yang juga di paparkan sehingga membuat alur dalam novel ini terlihat lebih menarik.
Sudut Pandang
Dalam novel Laut Bercerita ini diambil dua sudut pandang, yaitu Biru Laut sebagai aktivis yang dibunuh secara kejam dan Asmara Jati, adik Biru Laut yang mencari keadilan untuk kakaknya. Kedua sudut pandang tersebut menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini terlihat dari penggunaan kata "aku" oleh pengarang untuk menggambarkan perasaan tokoh utama.
Dari sudut pandang Biru Laut, Kita diajak merasakan penderitaan dan kebrutalan yang dialami para aktivis di era Orde Baru. Sementara itu, dari sudut pandang Asmara Jati, kita diajak untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi sebuah keluarga yang kehilangan saudara/anak dengan ketidak adilan dan tidak jelasan nasib, sehingga tidak pernah kembali lagi hingga saat ini.
Amanat
Jangan pernah takut untuk menegakkan keadilan, meski banyak hal tidak menyenangkan yang harus di lalui dan diterima. Tetaplah berpegang teguh pada keadilan apapun yang terjadi.
Jangan mudah untuk percaya, sekalipun dia orang terdekatmu, temanmu, bahkan sahabatmu sendiri, karena orang yang paling mudah untuk menghianatimu dialah orang-orang terdekatmu.
Bersabar dan berlapapang dadalah dalam menghadapi kenyataan yang menyakitkan, karena dibalik kenyataan yang menyakitkan pasti ada pelajaran yang bisa dipetik.
Bersyukur dan berterima kasih kepada para pahlawan yang rela gugur untuk menegakkan keadilan, sehingga kita tidak merasakan pahitnya ketidak adilan tersebut.
Biografi penulis
LEILA S. CHUDORI
Leila Salikha Chudori lahir di Jakarta 12 Desember 1962 dan menempuh pendidikan di Trent University, Kanada. Karya awal Leila dipublikasi di berbagai media mulai dia berusia 12 tahun.
Leila Salikha Chudori adalah penulis berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa cerita pendek, novel, dan skenario drama televisi. Leila merupakan salah satu sastrawan yang mengawali debutnya sejak anak-anak.
Leila S. Chudori juga menggunakan imajinasinya untuk meruak ruang dan waktu, penuh ilusi dan halusinasi, angan-angan dan khayalan. Leila melukiskan kejadian-kejadian secara pararel dan simultan, berbaur susup-menyusup untuk saling memperkuat kesan pengalaman dan penghayatan. Leila juga mensejajarkan pengalaman pribadi. Satu hal lain yang istimewa dalam cerpen-cerpen Leila bahwa dia tidak ragu-ragu menceritakan hal-hal yang tabu bagi masyarakat tradisional.
Tahun 1989, Leila melahirkan kumpulan cerpen malam terakhir yang diterjemahkan kedalam bahasa Jerman Die Letzte Nacht (Horlemman Verlag). Kumpulan cerpen 9 dari Nadira diterbitkan 2009  (Kepustakaan Populer Gramedia) dan mendapatkan Penghargaan Sastra dan Badan Bahasa. Tahun 2012 Leila menghasilkan novel pulang, yang kini sudah diterjamahkan kedalam bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, dan Italia. Novel ini memenangkan Prosa terbaik Khatulistiwa Literary Award 2013 dan dinyatakan sebagai satu dari "75 Notable Translation of  2016" oleh World Literature Today.
Leila adalah penggagas dan penulis skenario drama televesi berjudul Dunia Tanpa Koma dan penulis skenario penulis film pendek Drupadi (keduanya diproduksi Sinermart)
Leila menetap di Jakarta bersama putrinya, juga seorang penulis, Rain Chudori Soerjoatmodjo.
Dapat kita simpulkan bahwa dari buku ini, berawal mulai dari  organisasi yang terdiri atas  sekelompok sahabat yang  mendiskusikan tentang buku terlarang seperti bukunya pramoedya ananda toer, mereka melakukan aksi untuk mencapai keadilan dan pada akhirnya organisasi mereka dilarang oleh pemerintah. Tapi hal itu juga berdampak kepada biru laut yang merupakan peran penting di buku Laut Bercerita. Perjuangan para aktivis di era Orde Baru melawan pemerintah Orde Baru yang otoriter dan tidak mempedulikan nasib rakyat kecil. Hingga cerita kemudian berlanjut dari sudut pandang Asmara Jati, adik dari Biru Laut dan kekasih Alex. Sebagai keluarga yang ditinggalkan sang kakak secara misterius, mereka sangat kehilangan. Kisah Asmara pun dimulai tahun 2000-an. Bersama keluarga aktivis-aktivis lainnya, Asmara bergabung dengan Aswin dan mencoba mencari keadilan pada pemerintah yang dirasa lebih peduli. Duka kehilangan membuat banyak keluarga hidup dalam penyangkalan. Mereka hidup dalam imajinasi dimana keluarga mereka yang hilang masih tetap ada dalam keseharian. Ayah mereka masih tetap menyiapkan empat piring dalam ritual makan malam bersama di hari Minggu. Memutar lagu yang menandai kehadiran Laut, membersihkan buku-buku dan kamar milik Laut, seolah-olah Laut akan datang secara tiba-tiba kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H