S: (Mengedikkan bahu.) Itulah. Urusanku terlalu banyak.
T: Sebanyak urusan yang kau pasrahkan padaKu setiap kau bertemu jalan buntu?
S: Oke, oke. Aku tahu. Urusanmu bisa jadi lebih banyak dariku. Tapi, sekali lagi, Kau Tuhan. Berdasarkan apa yang kudengar, Kau seharusnya sempurna, kan?
T: Betul. Itulah sebabnya Aku masih mau mendengarkanmu.
S: Begitulah seharusnya. Bukankah Kau memang Maha Mendengar?
T: Tepat sekali. Sayang, kau tutup pintu hatimu rapat-rapat saat Aku bisikkan jawaban.
S: Kau Maha Pengatur. Kenapa tak Kau buat hidupku jadi sempurna?
T: Apa pikirmu arti sempurna itu?
S: Punya segalanya.
T: Dan kau masih saja tak menyadarinya?
S: Jadi Kau anggap aku tak pernah merasa puas? (Diam.)