Beranda rumah. Senja merekah. Warna jingga tumpah di halaman.
Saya (S): Aku capek. (Meregangkan kaki. Menatap jalan raya. Menikmati bising kendaraan dari kejauhan.)
Tuhan (T): Kenapa?
S: Jangan tanya. Bukankah Kau seharusnya Maha Tahu Segala? (Menatap cangkir teh hangat yang duduk tegak di atas meja.)
T: Sesulit itukah menengadahkan kepalamu padaKu dan bercerita?
S: (Diam sejenak. Menegakkan duduk) Katanya Kau Maha Kuasa. Tapi kenapa Kau bikin hidupku jadi begini rumit? (Mengambil cangkir teh. Meniup bibir cangkir dan menyesapnya perlahan.)
T: Serumit doa yang kalian pintakan padaKu setiap hari?
S: Aku manusia biasa. Aku berhak meminta banyak hal kepadaMu. (Meneguk minuman kembali . Cairan kuning keemasan yang manis dan hangat mengaliri tenggorokan.)
T: Sebagaimana hakKu menerima sujudmu padaKu?
S: Jangan mengelak. Kau Tuhan. Kau wajib mendengarkan doaku.
T: Dan kau pun wajib menaatiku, bukan?